Pencemaranudara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam, contoh : abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi. gas-gas vulkanik. debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin. bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik. 2.
Saat suatu lingkungan tercemar, tentu terdapat parameter yang menjadi indikator bahwa lingkungan tersebut tercemar. Selain dari beberapa kondisi yang terlihat secara kasat mata, terdapat juga kondisi yang tidak kasat mata. Parameter pencemaran lingkungan perlu dilakukan monitoring dan pengujian secara rutin oleh industri untuk mengetahui dampak pencemaran yang terjadi. Pencemaran terjadi akibat dari kegiatan manusia. Termasuk proses aktivitas industri yang membuang limbah secara tidak bertanggungjawab. Sehingga menyebabkan pencemaran di lingkungan sekitar. Selain itu, pencemaran juga bisa terjadi akibat ulah masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan. Seperti membuang ke lahan kosong, sumber air, dan udara seperti membakar sampah. Ada beberapa parameter yang digunakan dalam proses monitoring lingkungan. Parameter ini menjadi acuan dalam pengukuran lingkungan. Apa saja parameter yang digunakan? Parameter lingkungan harus dipantau sesuai dengan persyaratan yang yang ditentukan oleh regulasi. Secara luas, parameter pencemaran lingkungan diklasifikasikan menjadi empat kelompok. Baca Juga Definisi Polutan Udara Parameter & Fakta Penting Parameter Kimia Parameter kimia adalah parameter yang menjadi acuan dari sisi kimia, meliputi Karbon Dioksida CO2, pH, alkalinitas, fosfor, dan aktivitas berat yang menimbulkan efek kimia. Parameter Biokimia Parameter ini meliputi Biochemical Oxygen Demand atau BOD. BOD menjadi salah satu indikator dalam pengukuran pencemaran air. Untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam air, melalui penguraian bahan organik dari mikroorganisme. Parameter Fisik Parameter fisik adalah parameter yang terlihat, seperti temperatur, warna, rasa, bau, kejernihan, dan kandungan bahan radioaktif. Parameter Biologi Parameter Biologi juga menjadi acuan dalam pengukuran parameter limbah lingkungan. Biasanya mengukur mikroorganisme seperti bakteri, virus, bentos, dan plankton. Setiap unsur lingkungan bisa dilakukan pengujian untuk mengukur kadar pencemaran. Seperti pada lahan, air, dan udara. Oleh karena itu, perlu diukur secara rutin untuk mengetahui kadarnya. Parameter Keberlanjutan yang Perlu Diukur Industri Menjadi industri yang ramah lingkungan memang tidak mudah, Anda juga perlu mempertimbangkan kelestarian lingkungan dengan mempertimbangkan beberapa metrik berikut ini Risiko Iklim Risiko iklim menjadi parameter yang perlu diukur oleh industri dalam memperhitungkan perubahan lingkungan ataupun perubahan iklim dari aktivitas industri. Perusahaan perlu menganalisa apa saja risiko iklim yang terjadi akibat dari kegiatan yang dilakukan. Bisnis juga perlu menganalisa mengenai hal ini, karena risiko iklim akan berdampak pada keuangan bisnis di masa depan. Masih banyak pebisnis yang tidak memiliki pandangan luas mengenai dampak risiko iklim terhadap bisnis mereka. Pemanasan global yang terjadi memang tidak terlepas dari kegiatan bisnis yang dilakukan. Oleh sebab itu, CEO dan para Pemimpin bisnis perlu memiliki kebijakan yang tepat dalam membuat kebijakan bisnis yang tepat untuk membangun bisnis ramah lingkungan. Emisi Karbon Source Emisi karbon menjadi perjanjian yang sudah disepakati oleh negara-negara yang hadir di Konferensi Paris pada 2015 untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan. Perusahaan perlu mengurangi emisi karbon dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam aktivitas industri yang dilakukan. Perlunya melakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi energi, bermigrasi ke energi terbarukan, dan beralih dari batubara ke energi terbarukan. Konsumsi Energi Pemakaian energi yang tidak efektif menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Serta menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca dan senyawa lain yang merugikan lingkungan. Oleh karena itu, konsumsi energi yang dijalankan oleh setiap perusahaan memang penting, tetapi juga menjadi salah satu parameter pencemaran lingkungan yang perlu diuji lebih lanjut secara rutin. Untuk melakukan pengujian memang banyak industri yang tidak bisa melakukannya sendiri, oleh karena itu perlu menggandeng Laboratorium Lingkungan seperti A3 Laboratories untuk melakukan uji dan monitoring lingkungan. Dengan begitu, perusahaan bisa mengetahui tingkat emisi yang dibuang sudah sesuai dengan standar atau tidak. Baca Juga Siap Siap Kena Disisentif’ Jika Tidak Uji Emisi Minimal 6 Bulan Sekali! Penggunaan Air Air adalah bahan dasar manusia yang menjadi kunci penting kehidupan. Kebutuhan air dalam industri pun cukup tinggi, seperti dalam industri tekstil yang membutuhkan ribuan liter air hanya untuk membuat satu jenis pakaian. Setelah penggunaan pun, air hasil produksi dari industri tidak bisa dibuang begitu saja. Perlu dilakukan pengukuran baku mutu yang sesuai dengan Nilai Ambang Batas NAB dari air tersebut. Selain itu, perusahaan juga perlu membatasi penggunaan air untuk keberlanjutan lingkungan. Limbah dan Polusi Pengelolaan limbah menjadi kategori yang luas dalam industri dan menjadi masalah industri yang tidak pernah selesai untuk dibahas. Limbah dan polusi sudah menjadi bagian dari industri untuk diatasi dan dikelola secara seksama oleh bisnis. Pengelolaan limbah memang menjadi tanggung jawab industri untuk dikelola dengan manajemen terbaik. Bahkan perlu menggandeng third party untuk mengelolanya. Pemisahan limbah juga perlu dilakukan agar limbah tidak dibuang secara sembarangan dan bisa menyesuaikan dengan jenis limbah yang ada. Kesimpulan Parameter Pencemaran Lingkungan bisa digunakan oleh industri sebagai indikator dalam menganalisa dampak lingkungan terhadap aktivitas industri yang dilakukan. Perusahaan harus berkomitmen untuk melakukan upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak industri terhadap lingkungan. Perusahaan perlu menerapkan program strategis dalam mengintegrasikan metrik lingkungan ke dalam tujuan bisnis. Sehingga bisa membantu perusahaan menuju kesuksesan menjadi industri ramah lingkungan. Tak lupa, untuk menjadi perusahaan ramah lingkungan, Anda perlu melakukan uji dan monitoring lingkungan secara rutin. Anda bisa menggandeng PT Advanced Analytics Asia Laboratories untuk melakukan monitoring lingkungan. Temukan informasinya pengujian hanya di
Unggasbiasanya dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam, dilakukan penimbangan, dan pemotongan. Penyembelihan dilaksanakan dengan cara halal, dikuliti, dikeluarkan darah dan diambil berbagai Kemacetan yang terjadi dijakarta semakin lama semakin parah, hal ini tentunya berpengaruh pada pemborosan energi, hal tersebut dapat dilihat dari kemacetan yang ada, kemacetan membuat energi terbuang sia sia akibat kendaraan yang diam namun masih dalam keadaan menyala mesin, AC, dll. kapasitas jalan tidak sebanding dengan jumlah kendaraan pribadi dan umum yang menggunakannya. jumlah kendaraan yang beroperasi di jalan-jalan Jakarta untuk tahun 2007 dihitung sebanyak yang terdiri dari; kendaraan sepeda motor unit, mobil sebanyak unit, kendaraan bus berjumlah dan untuk jenis kendaraan lainnya. Dari total tersebut, kendaraan umum hanya berjumlah 2% dari seluruh kendaraan dijakarta. sumber Terkait dengan kemacetan tersebut kualitas udara ternyata berpengaruh akan kesehatan masyarakat di sekitar, hasil sisa pembakaran dari kendaraan banyak mengandung CO2, dimana zat ini merupakan racun bagi manusia. Pencemaran udara ini harus selalu diukur menggunakan Alat Pengukur Kualitas Udara atau seperti perangkat untuk mengukur kualitas udara secara indoor milik yaitu salah satunya Air Quality meter, dengan melakukan pengukuran dan monitoring lingkungan maka akan didapatkan data yang konkret untuk mengendalikan pencemaran udara pada lingkungan masyarakat, sehingga data tersebut dapat menjadi himbauan dan acuan dalam hal menangulangi dan mencegah pemcemaran udara lebih luas. Didaerah tertentu Alat pengukur kualitas udara sangat diperlukan sesuai dengan peraturan daerah yang ada, contoh Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara pengertian Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya sumber Mudah- mudahan dengan informasi yang ada dapat memberi himbauan kepada masyarakat agar mengetahui pentingnya menjaga lingkungan, terutama kualitas udara yang selalu kita hirup. dengan Alat pengukur kualitas udara dapat membantu beberapa masyarakat lebih paham dan mengetahui tingkat kualitas udara yang ada. polusi dampak pencemaran tanah dan penanggulangannya, dampak polusi air bagi kesehatan manusia dan lingkungan, 12 dampak polusi tanah terhadap lingkungan ilmugeografi com, dampak positif dan negatif dari intensifikasi pertanian, makalah polusi udara polusi air amp polusi tanah the, pencemaran tanah penyebab dampak danBukit Kototabang, West Sumatera is one of the 34 global global Global scale monitoring stations in the world. Bukit Kototabang GAW Station is an implementation of the Global Atmosphere Watch GAW program initiated by the World Meteorological Organization WMO as an effort to monitor global atmospheric conditions. The Global Atmospheric Watch GAW Stations have duty to obtain atmospheric data and air quality data in remote area or relatively clean areas and far away from anthropogenic activity. Measurements of air quality parameters CO, NO2, SO2, O3 and PM10 are continuously conducted at Bukit Kototabang. The monitoring data at Bukit Kototabang GAW Station in 2012 which is converted to Indonesian Air Pollution Standard Index shows the air quality is still good, shown by 353 days classified as clean index = 0-50, 10 days is moderate index = 51-100, and 1 day is very unhealthy index = 200-299. That means 3% of daily air quality in Bukit Kototabang in 2012 is not - available via license CC BYContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1VOLUME 7 No. 1, 22 Desember 2017 Halaman 1-82PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUAgusta Kurniawan Stasiun Klimatologi Mlati, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geo agusta6872 ABSTRACT Bukit Kototabang, West Sumatera is one of the 34 global global Global scale monitoring stations in the world. Bukit Kototabang GAW Station is an implementation of the Global Atmosphere Watch GAW program initiated by the World Meteorological Organization WMO as an effort to monitor global atmospheric conditions. The Global Atmospheric Watch GAW Stations have duty to obtain atmospheric data and air quality data in remote area or relatively clean areas and far away from anthropogenic activity. Measurements of air quality parameters CO, NO2, SO2, O3 and PM10 are continuously conducted at Bukit Kototabang. The monitoring data at Bukit Kototabang GAW Station in 2012 which is converted to Indonesian Air Pollution Standard Index shows the air quality is still good, shown by 353 days classied as clean index = 0-50, 10 days is moderate index = 51-100, and 1 day is very unhealthy index = 200-299. That means 3% of daily air quality in Bukit Kototabang in 2012 is not Air Quality; Bukit Kototabang; GAW; Indonesian Air Pollution Standard Index; WMO. ABSTRAKBukit Kototabang, Sumatera Barat merupakan salah satu lokasi dari 34 Stasiun Pemantau Atmosfer Global sejenis berskala global yang ada di dunia. Stasiun Pemantau Atmosfer Global SPAG Bukit Kototabang merupakan implementasi dari program Global Atmosphere Watch GAW yang dicetuskan oleh World Meteorological Organization WMO sebagai upaya untuk melakukan monitoring terhadap kondisi atmosfer secara global. SPAG bertugas untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah dengan tipe remote atau daerah dengan kondisi udara yang relatif bersih dan jauh dari aktivitas antropogenik. Pengukuran parameter kualitas udara CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 secara terus menerus dilakukan di Bukit Kototabang. Data monitoring di SPAG Bukit Kototabang tahun 2012 yang dikonversi menjadi Indeks Standar Pencemaran UdaraISPU menunjukkan kualitas udara masih baik, ditunjukkan dengan 353 hari tergolong bersih indeks = 0-50 , 10 hari tergolong sedang indeks =51-100, dan 1 hari tergolong sangat tidak sehat indeks = 200-299.Itu berarti 3% kualitas udara harian di Bukit Kototabang tahun 2012 tergolong tidak Bukit Kototabang; GAW; ISPU; WMO; Kualitas 2089-6131 printISSN 2443-1311 OnlineDOI 2 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13PENGANTAR Bukit Kototabang GAW Station Bukit Kototabang GAW Station atau dalam bahasa Indonesia disebut Stasiun Pemantau Atmosfer Global merupakan satu-satunya Stasiun Pemantau Atmosfer Global di Indonesia skala global dan merupakan satu dari 34 Stasiun Pemantau Atmosfer Global sejenis yang ada di dunia. Stasiun Pemantau Atmosfer Global SPAG Bukit Kototabang merupakan salah satu stasiun pengamatan referensi udara bersih. Stasiun ini merupakan implementasi dari program Global Atmosphere Watch GAW yang dicetuskan oleh World Meteorological Organization WMO sebagai upaya untuk melakukan monitoring terhadap kondisi atmosfer secara global. Sampai saat ini 17 April 2012, ada 34 stasiun berskala global yang ada di dunia yang bertugas untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah dengan tipe remote atau daerah dengan kondisi udara yang relatif bersih dan jauh dari aktivitas antropogenik. Gambar 1. Lokasi Stasiun Pemantau Atmosfer Global berskala global di dunia Bukit Kototabang terletak dekat dengan garis katulistiwa ekuator, berada di Pulau Sumatera, Propinsi Sumatera Barat. sumber kawasan Asia, SPAG Bukit Koto-tabang merupakan satu dari empat stasiun GAW selain Minamitorishima Jepang, Mount Waliguan China, dan Danum Valley Malaysia. Posisi astronomis dan geografis Indonesia memberikan fenomena tersendiri dalam bidang sains atmosfer. Kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara maritim yang terletak di daerah tropis dengan keberagaman topografi dan sumberdaya alamnya telah sejak lama menjadi perhatian para peneliti di bidang sains atmosfer. Oleh karena itu, ketika Organisasi Meteorologi Dunia WMO bermaksud untuk memperluas jaringan pemantau atmosfernya, maka Indonesia dijadikan sebagai salah satu kandidat utamanya. Wilayah Indonesia yang terbagi dalam 5 lima pulau utama, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian dengan perbedaan topografi mengisyaratkan suatu pemilihan yang selektif untuk dapat merepresentasikan Indonesia sebagai titik acuan bagi pengukuran di wilayah tropis berbasis maritim. Dari kelima pulau tersebut, Pulau Sumatera dipilih karena keragaman topografi dan letaknya yang berhadapan dengan Samudera Hindia, yang telah lama menjadi salah satu perhatian kalangan meteorologis dan peneliti sains atmosfer. Selain itu, belum banyaknya titik yang berada di dekat Samudera Hindia menjadi pertimbangan khusus mengapa wilayah Sumatera dipilih. Bukit Kototabang berada di Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Secara astronomis, stasiun ini berada di 0,20°LS dan 100,32°BT. Letak astronomisnya yang sangat unik karena berada dekat dengan garis ekuator membuat 3AgustA KurniAwAn PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUstasiun ini menjadi sangat penting untuk pengamatan kondisi atmosferik di daerah sekitar ekuator. Letak geografis dari stasiun ini juga tak kalah unik karena di bagian barat merupakan daerah pesisir yang berhadapan dengan Samudera Hindia yang luas, sementara di bagian timur merupakan wilayah dataran tinggi yang didominasi oleh Bukit Lingkungan Bukit Kototabang GAW StationFoto merupakan dokumentasi pribadi penulis, diambil tahun 2009. Bukit Kototabang dipilih sebagai tempat untuk mengukur referensi udara bersih karena bukit ini berada jauh dari sumber-sumber pencemaran udara antropogenik seperti industri, jalan raya dan pemukiman. Jalan raya dan pemukiman yang merupakan salah satu sumber pencemaran udara antropogenik berada di kaki bukit dengan jarak sekitar 3 tiga kilometer dari Bukit Kototabang, sehingga tempat ini diharapkan ideal untuk mengukur referensi udara Mutu Udara dan ISPU Indeks Standar Pencemaran UdaraKualitas udara pada umumnya dinilai dari konsentrasi parameter pencemaran udara yang terukur lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Baku mutu udara adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemaran udara yang dapat ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer lapisan udara setebal 16 km dari permukaan bumi yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara sebagaimana terlampir dalam PP No 41 Tahun 1999. Pemerintah menetapkan Baku Mutu Udara Ambien Nasional untuk melindungi kesehatan dan kenyamanan masyarakat. Baku Mutu Udara Ambien Nasional dilihat pada Tabel 1. Baku mutu udara ambien nasional menurut PP No 41 tahun 1999No. Parameter Waktu Baku Mutu1 Aerosol PM10 24 jam 150 μg/m32 Karbonmonoksida CO1 jam 30000 μg/m324 jam 10000 μg/m33 Ozon O3 1 jam 235 μg/m31 tahun 50 μg/m34 Sulfurdioksida SO224 jam 365 μg/m31 tahun 80 μg/m35 Nitrogendioksida NO21 jam μg/m31 tahun 100 μg/m3ISPU didefinisikan sebagai angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu, yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan mahluk hidup lainnya. Meskipun nilai ISPU lebih tepat digunakan untuk daerah urban, pada prinsipnya nilai ini dapat diterapkan ke semua tipe wilayah. Parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan nilai ISPU dituangkan lebih detil lagi dalam Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemaran Udara Tabel 2. 4 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Tabel 2. Parameter dasar untuk pengukuran ISPU dan periode waktu pengukurannya sesuai dengan lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997No. ParameterWaktu Pengukuran rata-rata1 Partikulat PM10 24 jam2 Sulfurdioksida SO2 24 jam3 Karbonmonoksida CO 8 jam4 Ozon O3 1 jam5 Nitrogendioksida NO2 1 jamHasil perhitungan nilai ISPU digunakan untuk melakukan kategorisasi kondisi kualitas udara di suatu tempat. Kualifikasi tersebut didasarkan pada nilai ISPU dari parameter pencemar utama. Kualifikasi kondisi kualitas udara tersebut dirangkum dalam Tabel 3 3. Kategori kualitas udara berdasarkan nilai ISPU sesuai dengan lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997No. Nilai ISPU Kategori1 0-50 Baik2 51-100 Sedang3 101-199 Tidak Sehat4 200-299 Sangat Tidak Sehat5 > 300 BerbahayaPengaruh parameter kualitas udara CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 berbasis nilai ISPU terhadap kesehatan manusia dan makhluk konsentrasi gas karbon monok-sida CO terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, tidak menimbulkan efek apapun bagi manusia dan makhluk hidup. Nilai ISPU pada kisaran 51-100 ber-kategori sedang, paparan gas CO mulai me-nim bulkan perubahan kimia darah, tetapi walaupun tak terdeteksi. Pada kisaran 101-199 berkategori tidak sehat paparan gas CO mulai meningkatkan kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung. Sedangkan pada kisaran 200-299 berkategori sangat tidak sehat, paparan gas CO akan meningkatkan kardiovaskular pada orang bukan perokok yang berpenyakit jantung, dan akan tampak beberapa kelemahan yang terlihat secara nyata. Pada nilai ISPU di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas CO berbahaya bagi semua konsentrasi gas Nitrogendi-ok sida NO2 terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, paparan gas NO2 menimbulkan sedikit bau tertentu. Nilai ISPU yang lebih tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas NO2 menimbulkan bau tertentu. Pada kisaran lebih tinggi lagi pada indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat paparan gas NO2 mulai meningkatkan bau lebih tajam dan mulai kehilangan warna gas, memberikan efek peningkatan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma. Sedangkan pada kisaran 200-299 berkategori sangat tidak sehat, gas NO2 akan meningkatkan sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas NO2 berbahaya bagi semua konsentrasi gas Ozon Per-mukaan O3 terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, paparan gas O3 dan kombinasi dengan SO2 selama 4 empat jam berturut-turut mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Nilai ISPU yang lebih tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas O3 pada jangka waktu yang lebih pendek dapat menimbulkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Pada kisaran indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat, paparan gas O3 mulai mengakibatkan penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih keras. Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299, gas O3 akan mengakibatkan pengaruh pernapasan pada pasien yang berpenyakit paru-paru kronis saat melakukan olah raga ringan. Pada nilai ISPU diatas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas O3 berbahaya bagi semua konsentrasi gas Sulfurdi oksida SO2 terhadap kesehatan manusia dan makhluk 5AgustA KurniAwAn PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUhidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, paparan gas SO2 dan kombinasi dengan O3 selama 4 empat jam berturut-turut mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Nilai ISPU yang lebih tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas SO2 pada jangka waktu yang lebih pendek dapat menimbulkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Pada kisaran indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat, paparan gas SO2 mulai menimbulkan bau dan meningkatnya keracunan pada tanaman. Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299, gas SO2 akan mengakibatkan peningkatan sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU diatas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas O3 berbahaya bagi semua Partikulat PM10 terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, yaitu tidak ada efek apapun bila kategori ISPU berkategori baik 0-50. Pada kisaran nilai 51-100 berkategori sedang, partikulat berakibat mulai penurunan pada jarak pandang. Pada kisaran indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat, partikulat menyebabkan jarak pandang turun secara signifikan, dan terjadi pengotoran debu di mana-mana. Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299, partikulat meningkatnya sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan partikulat PM10 berbahaya bagi semua Mengenai Kualitas Udara Banyak negara di dunia termasuk Indonesia melalukan penelitian mengenai kualitas udara, antara lain Monitoring kualitas udara dilakukan di lingkungan perkotaan urban environmental di kota Catania, Italia pada tahun 2012-2013 Famoso dkk, 2015. Lima stasiun yang digunakan adalah Viale Veneto mewakili heavy traffic, Piazza A. Moro mewakili medium traffic, Librino mewakili light traffic, Parco Gioeni mewakili urban-background, Zona Industriale mewakili industrial zone. Ambang batas yang digunakan adalah European Air Quality Directive 50/2008. Nilai ambang batas masing-masing parameter sebagai berikut NO2 dan NOx sebesar 200 µg/m3 rata-rata 1 jam, sebesar 40 µg/m3 rata-rata 1 tahun O3 sebesar 120 µg/m3 8 jam/hari, sebesar 180 µg/m3 1 jamSO2 sebesar 350 µg/m3 1 jam, sebesar 125 µg/m3 1 hariC6H6 sebesar 5 µg/m3 rata-rata 1 tahunPM10 sebesar 50 µg/m3 rata-rata 1 hari, sebesar 40 µg/m3 rata-rata 1 hari.Hasil penelitian menunjukkan bahwa stasiun Viale Veneto yang mewakili heavy traffic, memiliki konsentrasi tahunan NO2 melebihi ambang batas 40 µg/m3 rata-rata 1 tahun dan konsentrasi O3 8 jam/hari melebihi ambang batas 120 µg/m3 8 jam/hari. Lalu lintas mobil dengan bahan bakar diesel dianggap penyebab hal itu Famoso et al., 2015.Penelitian serupa mengenai monitoring kualitas udara di daerah perkotaan juga dilakukan di kota Florence Italia, bedanya pada penelitian ini hanya mengukur tiga parameter CO, CO2 dan NO2 menggunakan unit monitoring kualitas udara berbiaya rendah teknologi Arduino dengan sensor resolution tinggi dilengkapi monitoring pengukur kepadatan lalulintas jalan sensor kamera dan video analisis untuk menghitung jumlah kendaraan, kecepatan, dan kategori kepadatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 dan NO2 lebih tinggi di bulan-bulan musim dingin daripada bulan-bulan musim panas disebabkan ada tambahan emisi dari pemanas pada bulan-bulan di musim dingin Gualtieri et al., 2017.Kota lain yang melakukan monitoring kualitas udara di Italia juga dilakukan di Roma Batista G.,2017. Penelitian ini juga menggunakan ambang batas European Air Quality Directive 50/2008, parameter kualitas udara yang diteliti juga sama Famoso et al., 2015, ada enam parameter NO2 dan NOx, O3, SO2, C6H6, CO dan PM10. Hasil penelitian yang sama dengan Gualtieri et al., 2017, di musim dingin konsentrasi polutan lebih tinggi karena selain kontribusi dari lalulintas kendaraan dan ada tambahan emisi dari penggunaan pemanas. 6 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Penelitian mengenai hubungan curah hujan, lalu lintas kendaraan dengan konsentrasi polusi udara dilakukan di Seoul, Korea menggunakan path analysis Kwak, H. Y. et all., 2017. Polusi udara yang diteliti ada lima parameter PM10, NO2, SO2, O3 dan CO. Hasil penelitian menunjukkan curah hujan secara langsung memberikan efek pencucian sehingga menurunkan konsentrasi polutan, tetapi curah hujan juga memberikan efek tidak langsung saat hujan lebat pandangan pengemudi berkurang, menyebabkan kendaraan berjalan lambat dan berakibat konsentrasi polutan semakin tinggi Kwak, H. Y. dkk., 2017. Penelitian mengenai kualitas udara tidak hanya terkait dengan lalulintas saja, penelitian mengenai kualitas udara saat terjadinya kabut asap di Malaysia tahun 2013, akibat kebakaran hutan di Sumatra, Indonesia Show, D. L and Chang, S. C.,2016. Penilaian kualitas udara berdasarkan konsentrasi PM10 harian yang diukur di Petaling Jaya menggunakan instrumen BAM1020. Titik panas akibat kebakaran hutan diamati dengan citra MODIS dari Satelit Terra dan Aqua. Nilai Konsentrasi PM10 tertinggi tercapai pada 23 Juni 2013 sebesar 290 mikrogram/m3, didukung dengan jumlah titik panas terbanyak yaitu 19 Juni 2013, disusul 21 Juni 2013 dan ketiga 23 Juni 2013. Peta vektor angin memperlihatkan lintasan polutan dari Indonesia ke Semenanjung Malaysia pada musim kemarau bulan Juni 2013 Show, D. L and Chang, S. C.,2016. Selain itu ada juga penelitian mengenai efek polusi udara terhadap kesehatan, khususnya penyakit asma dilakukan di kota Izmir, Turki pada tahun 2007-2010. Parameter polusi udara yang digunakan adalah SO2 dan PM10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi SO2 dan PM10 yang tinggi menyebabkan penyakit asmaOzcan, N. S. and Cubukcu, K. M., 2015.Keterbatasan penelitian/monitoring kualitas udara di daerah remote/terpencil mendorong penulis untuk melihat kualitas udara di Bukit Kototabang sebagai salah satu stasiun referensi udara bersih background monitoring di Indonesia berdasarkan kategori ISPU, serta menilai kelayakan Bukit kototabang GAW Station sebagai remote monitoring ataukah perlu dinaikkan menjadi urban atau sub-urban monitoring berdasarkan data kualitas udara tahun saat penentuan kategori kualitas udara dari lima parameter pengukuran CO, NO2, SO2, O3 dan PM10, maka kategori kualitas udara lokasi tersebut ditentukan dari kategori nilai ISPU yang terburuk pada saat yang sama. Metode Pengukuran parameter kualitas udara di Bukit kototabang GAW Station menggunakan metode monitoring. Metode monitoring disini artinya pengukuran konsentrasi CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 secara terus-menerus 24 jam tanpa henti. Periode pengukuran kualitas udara yang digunakan pada tulisan ini terbatas hanya pada tahun 2012, berkaitan dengan ketersediaan data semua parameter. Untuk menjamin kualitas data pengukuran secara berkala 2-4 tahun sekali, Bukit kototabang GAW Station diaudit oleh badan dunia yang mengurusi cuaca WMO=World Meteorology Organization, yang hasilnya tertuang dalam GAW Parameter Meteorologi Permukaan Tekanan Udara dan Temperatur UdaraParameter meteorologi permukaan seperti radiasi matahari global, curah hujan, kelembaban relatif udara, temperatur udara permukaan, tekanan udara, kecepatan angin, dan arah angin diukur dengan menggunakan instrumen Meteorological Automatic Weather Station MAWS-Vaisala. MAWS merupakan stasiun cuaca mini dan dipasang dengan menggunakan tripod portable. Instrumen ini terdiri dari beberapa sensor yang dapat digunakan untuk mengukur parameter meteorologi terdiri dari sensor angin seri QMW 101, sensor radiasi matahari QMS 101, sensor temperatur dan kelembaban QMH 101, sensor presipitasi QMR 101, sensor tekanan PMT 16A, sebuah logger QML 102, baterai internal rechargable QMB 102, dan panel surya untuk mengisi baterai internal. Resolusi data pengamatannya adalah 1 satu menitan. Komponen parameter meteorologi permukaan yang digunakan pada 7AgustA KurniAwAn PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUtulisan ini adalah temperatur udara dan tekanan udara, dari data mentah 1 satu menitan diolah menjadi rata-rata perjam kemudian dioleh kembali menjadi rata-rata parameter gas CO, NO2, SO2, dan O3Pengukuran Ozon permukaan O3 Pengukuran ozon permukaan O3 dilakukan dengan menggunakan instrumen TEI Tipe 49C Ozone Analyzer. Detail mengenai metode pengukuran dan hasil pengukuran beserta koreksinya ini dapat dilihat pada publikasi lain Klausen et al., 2003; Mairisdawenti, 2014. Resolusi data dibuat menjadi agregat per-jam untuk selanjutnya diproses sesuai dengan keperluan perhitungan nilai ISPU, keluaran data konsentrasi O3 memiliki satuan parts per-billion ppb.Pengukuran Karbonmonoksida COPengukuran karbonmonoksida diper-oleh dari instrumen HORIBA APMA360 CO Analyzer. Instrumen ini beroperasi meng-guna kan metode Non-Dispersive Infra Red NDIR Spectroscopy. Konsentrasi CO dihitung berdasarkan kompensasi pengurangan intensitas cahaya berdasarkan prinsip Beer-Lambert. Detail mengenai metode pengukuran dapat dilihat pada publikasi lain Henne dkk., 2008. Resolusi data yang dihasilkan kemudian diolah menjadi agregat per-jam untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan keperluan perhitungan nilai ISPU. Keluaran data konsentrasi CO memiliki satuan Sulfurdioksida SO2Pengukuran gas SO2 dengan metode UV Fluoresense menggunakan instrumen TS43i. Instrumen mencatat konsentrasi gas SO2 dengan resolusi waktu setiap beberapa puluh detik namun dicatat sebagai rawdata dengan rata-rata 5 menit. Inlet berada kurang lebih 3-4 meter dari permukaan tanah. Inlet udara menggunakan bahan dari polietilen dengan pertimbangan bersifat inert atau tidak bereaksi dengan sampel yang dianalisa. Untuk menghilangkan partikel/debu pada sistem inlet dipasangkan filter inlet, dan untuk menghilangkan uap air dari udara ambien dipasang pengering berupa rubin gel. Prinsip kerja instrumen yang menggunakan metode UV Fluoresense adalah udara yang mengandung gas SO2 ditarik menggunakan pompa kemudian dibawa ke dalam ruangan pengukuran. Sumber cahaya digunakan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 320-380 nm. Saat di dalam ruangan pengukuran sampel gas SO2 akan dikenai dengan sinar ultraviolet tersebut. Selanjutnya SO2 akan mengalami eksitasi. Saat SO2 yang tereksitasi kembali keadaan dasar ground state akan memancarkan sinar, proses memancarkan sinar ini disebut dengan fluoresense. Besarnya fluoresense akan diukur dengan bagian instrumen disebut photomultiplyer Speidela, 2007.. Besarnya konsentrasi gas SO2 sebanding dengan besarnya sinar yang diukur oleh photomultiplyer. Instrumen ini dilengkapi dengan sistem kalibrasi Dynamic Gas Calibrator TS146i dan Zero Air Supply TS111 serta gas standar SO2 untuk menjamin kualitas peralatan dan data yang 3. Proses UV-Fluoresense pada gas SO2 atas, prinsip kerja instrumen dengan metode UV-Fluoresense bawahSumber M. Speidela, R. Naua, F. Arnolda, H. Schlagerb, A. Stohlc.2007. Sulfur dioxide measurements in the lower, middle and upper troposphere Deployment of an aircraft-based chemical ionization mass spectrometer with permanent in-ight calibration, Atmospheric Environment 41 2007 2427–2437. 8 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Pengukuran Nitrogendioksida NO2Pengukuran gas NO2 dilakukan instrumen TS42i-Trace Level. Instrumen ini diperuntukkan untuk monitoring gas NO, NO2, NOx di daerah terpencil, sesuai dengan istilah nama Trace Level pada nama instrumen, nilai konsentrasi gas terukur dinyatakan sebagai mixing ratio atau fraksi mol dalam orde ppb part perbillion. Prinsip kerja instrumen ini Chemiluminescent. Data gas NO2 merupakan data dengan resolusi 5 lima menit, kemudian diolah data ini kemudian diolah menjadi agregat harian. Data mentah diambil dari instrumen menggunakan software iport dengan kabel RS232. Instrumen ini dilengkapi dengan sistem kalibrasi Dynamic Gas Calibrator TS146i dan Zero Air Supply TS111 serta gas standar NO2 untuk menjamin kualitas peralatan dan data yang dihasilkan. Pengukuran Parameter Partikulat PM10Pengukuran PM10 diukur dengan meng-gunakan instrumen BAM1020. Instrumen ini bekerja berdasarkan prinsip pelemahan partikel sinar beta yang melalui materi padatan yang dikumpulkan dalam pita filter yang terbuat dari fiber. Materi padatan yang terkumpul dalam filter fiber tidak lain adalah PM10 dalam satu volume udara ambien yang dihisap oleh pompa. Konsentrasi PM10 juga ditentukan dari kompensasi pengurangan intensitas cahaya berdasarkan prinsip Beer-Lambert. Konsentrasi PM10 yang terukur disimpan di dalam data logger dan dapat ditampilkan pada layar monitor PC melalui koneksi serial RS-232. Data konsentrasi PM10 yang dihasilkan memiliki satuan μg/m3 dalam resolusi perjam. Perhitungan nilai ISPU Konsentrasi yang digunakan dalam perhitungan ISPU adalah μg/m3, konsentrasi PM10 sudah dalam satuan μg/m3sedangkan konsentrasi instrument O3, CO, NO2 dan SO2 dalam ppb, sehingga data tersebut harus dikonversi terlebih dahulu ke μg/m3 menggunakan persamaandenganp = tekanan udara PascalMr = massa molekul relatif g/molR = konstanta gas ideal N m mol-1 K-1T = temperatur udara KelvinUntuk persamaan ini, nilai tekanan udara p dan temperatur udara T digunakan pada kondisi STP temperatur udara 25 C=293K dan tekanan udara 1 atm. Koreksi tersebut dihitung dengan persamaan berikut denganX0 = konsentrasi awalX1 = konsentrasi terkoreksiT0 = temperatur udara STP KT1 = temperatur udara rata-rata Kp0 = tekanan udara STP Pap1 = tekanan udara rata-rata PaTabel 4. Batas Atas ISPU Indeks Standar Pencemaran Udara dalam Satuan SI sesuai dengan Lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997ISPU24 Jam PM10 μg/m38 jam SO2μg/m38 Jam COμg/m31 Jam O3 μg/m31 Jam NO2μg/m300 0 0 0 050 50 80 5 120 0100 150 365 10 253 0200 350 800 17 400 1130300 420 1600 34 800 2260400 500 2100 46 1000 3000500 600 2620 1200 3750nilai 0 disisipkan dalam tabel untuk mempermudah pemahaman dalam perhitungan.Periode paparan seperti yang disebutkan dalam Tabel 4 menentukan resolusi data yang digunakan dalam perhitungan. Untuk data O3 dan NO2 yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai maksimum dari rata-rata perjam dalam satu hari. Data konsentrasi CO dan SO2 yang digunakan dalam perhitungan dipilih dari nilai maksimum dari rata-rata per 8 delapan 9AgustA KurniAwAn PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUjam dalam satu hari. Sementara itu, konsentrasi PM10 merupakan data rerata harian digunakan dalam perhitungan. Setelah dari data μg/m3 diubah menjadi nilai indeks ISPU terhitung, dengan caradenganI = ISPU terhitungIa = ISPU batas atasIb = ISPU batas bawahXa = ambien batas atasXb = ambien batas bawahXx = konsentrasi ambien nyata hasil pengukuranHASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pengukuran di Bukit Kototabang GAW Station periode dari 1 Januari 2012 – 31 Desember ISPU Karbonmonoksida CO Gambar 4. Nilai ISPU Karbonmonoksida CO pada tahun 2012 di Bukit KototabangSelama tahun 2012, dari pengukuran karbonmonoksida Gambar 4 menunjukkan nilai ISPU berada pada kisaran 0-50, artinya kondisinya udara baik dan tidak menimbulkan efek bagi kesehatan manusia dan makhluk ISPU Nitrogendioksida NO2Gambar 5. Nilai ISPU Nitrogendioksida NO2 pada tahun 2012 di Bukit Kototabang 10 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Serupa dengan pengukuran karbon-monoksida CO, nilai ISPU Nitrogendioksida NO2 di Bukit Kototabang selama tahun 2012 gambar 5, berada pada kisaran 0-50, yang artinya kondisinya udara baik dan tidak menimbulkan efek bagi kesehatan manusia dan makhluk ISPU Sulfurdioksida SO2Gambar 6. Nilai ISPU Sulfurdioksida SO2 pada tahun 2012 di Bukit KototabangSama dengan dua parameter sebelumnya CO dan NO2, Sulfurdioksida SO2 gambar 6 juga menunjukkan kualitas udara yang baik dan tidak ada efek bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup selama tahun 2012 di Bukit Kototabang, dengan kisaran ISPU ISPU Ozon Permukaan O3Ozon permukaan O3 lihat gambar 7, selama tahun 2012 366 hari di Bukit Kototabang, mempunyai nilai ISPU sebanyak 358 hari berada pada kisaran 0-50 yang artinya kualitas udara baik, 7 tujuh hari berada pada kisaran 51-100 yang artinya berada pada kategori sedang efeknya menimbulkan luka pada beberapa spesies tumbuhan dan 1 satu hari pada 30 Agustus 2012 berada pada kisaran ISPU 200-299, yang artinya kualitas udara sangat tidak sehat Olah raga ringan mengakibatkan pengaruh pernapasan pada pasien yang berpenyakit paru-paru kronis. Kualitas udara termasuk pada kategori sedang adalah 7 tujuh hari di mana nilai ISPU berada pada kisaran 51-100, yaitu pada 13 Februari 2012 nilai ISPU 85, 24 Juli 2012 nilai ISPU 61, 26 Juli 2012 nilai ISPU 50, 28 Agustus 2012 nilai ISPU 58, 3 September 2012 nilai ISPU 52, 30 September 2012 nilai ISPU 55 dan 1 Oktober 2012 nilai ISPU 63.Gambar 7. Nilai ISPU Ozon Permukaan O3 pada tahun 2012 di Bukit Kototabang 11AgustA KurniAwAn PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUAda beberapa penyebab mengapa kualitas udara di Bukit Kototabang dari parameter ozon permukaan O3 berkategori sedang nilai ISPU 51-100 bahkan sampai kondisi sangat tidak sehat nilai ISPU 200-299, antara lain karena ada transport polutan dari daerah lain misalnya dari Riau atau Palembang, dibuktikan dengan adanya titik api hotspot di pulau Sumatra karena kebakaran hutan, selain itu ada faktor lokal yang ikut berperanan adalah adanya pembakaran ladang di sekitar lokasi station dan banyak pemakaian bahan VOC Volatile Organic Compounds sebagai precursor pembentukan ozon permukaan di sekitar lokasi Stasiun. Senyawa VOC yang biasanya digunakan misalnya pengencer cat, pengharum ruangan, dan ISPU partikulat PM10Untuk parameter Partikulat PM10 gambar 8, selama tahun 2012 366 hari di Bukit Kototabang, nilai ISPU sebanyak 363 hari berada pada kisaran 0-50 yang artinya kualitas udara baik, 3 tiga hari berada pada kisaran 51-100 yang artinya berada pada kategori sedang efeknya terjadi penurunan pada jarak pandang. Tiga hari tersebut teramati pada 14 Juni 2012 nilai ISPU 53, 15 Juni 2012 nilai ISPU 54 dan 17 September 2012 nilai ISPU 51. Penyebab turunnya kualitas udara dari Parameter partikulat PM10 dari kategori baik menjadi sedang, adalah karena ada transport polutan misalnya karena adanya titik api hotspot di Pulau Sumatra, selain itu dari faktor lokal adalah adanya pembakaran ladang di sekitar lokasi station. Sumber dari kendaraan bermotor dan asap pabrik dapat diabaikan Sudalma dkk., 2015 dan Kwak dkk., 2017 mengingat Bukit Kototabang adalah daerah yang terpencil dan jauh dari aktivitas 8. Nilai ISPU partikulat PM10 pada tahun 2012 di Bukit KototabangHubungan antara Nilai ISPU dengan Kategori Kualitas UdaraDengan melihat nilai dari parameter ISPU dapat dipastikan bahwa selama tahun 2012, kualitas udara di Bukit Kototabang masih berkategori baik, berada dalam kisaran ISPU 0-50. Penurunan parameter menjadi kategori sedang terjadi 7 tujuh hari untuk parameter ozon permukaan O3 dan 3 hari untuk parameter partikulat PM10, dan menjadi kategori sangat tidak sehat hanya 1 satu hari untuk parameter ozon permukaan O3 artinya hanya 11 hari dari 366 hari atau hanya 3 % berkategori tidak baik, sisanya 97 % berkategori baik. 12 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Gambar ISPU CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 pada tahun 2012 di Bukit KototabangIni berarti Bukit Kototabang masih dikatakan daerah yang bersih dan masih dapat digunakan sebagai background monitoring kualitas udara di Indonesia, dan status Bukit Kototabang GAW Station masih dikatakan sebagai remote hasil analisa di atas, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut Kualitas udara di Bukit Kototabang selama tahun 2012 tergolong baik, dibuktikan hanya 11 hari dari 366 hari atau hanya 3 % berkategori tidak baik, sisanya 97 % berkategori baik. Kategori tidak baik itu berasal dari parameter ozon permukaan O3 dan partikulat PM10. Perlunya data yang lebih panjang, minimal lima tahun dengan tersedianya semua parameter kualitas udara CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 untuk melihat status Bukit Kototabang GAW Station sebagai background monitoring dan remote monitoring. Kedua, perlu adanya lokasi lain daerah urban dan sub urban di Indonesia yang melakukan pengukuran kualitas udara secara TERIMAKASIHTerima kasih penulis ucapkan kepada rekan-rekan dari Bukit Kototabang GAW Station yang telah melakukan pengukuran, perawatan terhadap instrumen SO2 Analyzer TS43i, NO2 Analyzer TS42i-Trace Level, O3 Analyzer TE49i, CO Analyzer HORIBA APMA 360, PM10 Analyzer BAM1020 dan MAWS Vaisala. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr Joerg Klausen, Dr. Christoph Zellweger, Dr. Martin S. dari EMPA Swiss yang telah melakukan audit komprehensif dan kalibrasi terhadap instrumen di Bukit Kototabang GAW Station, serta mengirimkan data-data CO dan Ozon permukaan ke World Data Center for Green House Gasses WDCGG dan mengirimkan data aerosol/partikulat PM10 ke World Data Center for Aerosol. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pusat Instrumentasi dan Kalibrasi BMKG yang telah melakukan kalibrasi terhadap peralatan MAWS PUSTAKABattista, G., of the Air Pollution Sources in the city of Rome Italy.Energy Procedia 126392-397, doi F., Lanzafame, R., Monforte, P., Oliveri, C., Scandura, P. F. quality data for Catania analysis and investigation casestudy 2012-2013. Energy Procedia.81644 – 654, doi 13AgustA KurniAwAn PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUGualtieri G., Camilli F., Cavaliere A., De Filippis T., Di Gennaro F.,Dini F., Gioli B., Matese A., Nunziati W., Rocchi L., Toscano P., Di Lonardo S., Vagnoli C., Zaldei A. 2017. An integrated low-cost road traffic and air pollution monitoring platform to assess vehicles’ air quality impact in urban Research Procedia 27609–616, doi S., Klausen, J., Junkermann, W., Kariuki, J. M., Aseyo, J. O. and Buchmann, B. 2008. Represen-tativeness and climatology of carbon monoxide and ozone at the global GAW station Mt. Kenya in equatorial Africa. Atmos. Chem. Phys.83119– Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 Tanggal 21 November 1997 Tentang Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara, J., Zellweger, C., Buchmann, B. and Hofer, P. 2003. Uncertainty and bias of surface ozone measurement at selected Global Atmosphere Watch sites. Journal of Geophysical Research. 108 D19 4622, doi A. 2010. Pengaruh Letusan Gunung Sinabung Terhadap Pengukuran Deposisi Asam di Bukit Kototabang. Megasains 14 218-229, ISSN H. Y., Ko, J., Lee, S., Joh, Identifying the correlation between rainfall, traffic flow performance and air pollution concentration in Seoul using a path analysis Identifying the correlation between rainfall, traffic flow performance and air pollution concentration in Seoul using a path analysis. Transportation Research Procedia 253552–3563, doi Ko, J., Lee, S., Joh, 2017. Identifying the correlation between rainfall, trafic flow performance and air pollution concentration in Seoul using a path analysis, Transportation Research Procedia 253552-3563, doi Speidela, R. Naua, F. Arnolda, H. Schlagerb, A., Stohlc 2007. Sulfur dioxide measurements in the lower, middle and upper troposphere Deployment of an aircraft-based chemical ionization mass spectrometer with permanent in-flight calibration. Atmospheric Environment 41 2427– Dwi Pujiastuti, D., Ilahi, 2014. Analisis Pengaruh Intensitas Radiasi Matahari, Temperatur Dan Kelembaban Udara Terhadap Fluktuasi Konsentrasi Ozon Permukaan Di Bukit Kototabang Tahun 2005-2010. Jurnal Fisika Unand 33177-183, ISSN N. S. and Cubukcu, K. M., of Air Pollution Effects on Asthma Disease The case of Izmir. Procedia - Social and Behavioral Sciences 202448–455Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tanggal 26 mei 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, D. L. and Chang, S. C., 2016. Atmospheric impacts of Indonesian fire emissions Assessing remote sensing data and air quality during 2013 Malaysian haze. Procedia Environmental Sciences 36176–179, doi Sudalma, S., Purwanto, P., and Santoso, L. W. 2015. The Effect of SO2 and NO from Transportation and Stationary Emissions Sources to SO42- and NO3- in Rain Water in Semarang. Procedia Environmental Sciences 23247–252, doi . ... WHO in 2019 reported that at least 7 million deaths occur annually due to air pollution. It can be caused by climate change, the greenhouse effect, and significant air pollutants such as particulate matter, sulfur dioxide, nitrogen dioxide, carbon monoxide, and ozone [2]. The increasing population and high energy consumption in urban areas cause air pollution to worsen. ...... where Di,j = Distance of data to I to cluster center j-th x ki = Data to i-th on attribute data to k-th x kj = The j-th center point on the k-th attribute 2. Clustering data, the smaller the distance from the center of the cluster, the higher the similarity of the data. 3. Defining a new cluster center, with the following calculations Based on the results of the initial clustering of k-Means to the distribution points of air volume, the SOM algorithm [2] was used to visualize the clustering results with the following steps. ...... It showed that the air content during the day with the highest average was CO and far above the average content of other parameters due to the density of vehicles during the day. Subsequently, industrial and construction workers operating in urban areas also contribute to high levels of air pollution [1,2]. Based on air quality parameters using k-Means, there are seven regional clusters. ...Air pollution is an important environmental problem for specific areas, including Makassar City, Indonesia. The increase should be monitored and evaluated, especially in urban areas that are dense with vehicles and factories. This is a challenge for local governments in urban planning and policy-making to fulfill the information about the impact of air pollution. The clustering of starting points for the distribution areas can ease the government to determine policies and prevent the impact. The k-Means initial clustering method was used while the Self-Organizing Maps SOM visualized the clustering results. Furthermore, the Geographic Information System GIS visualized the results of regional clustering on a map of Makassar City. The air quality parameters used are Suspended Particles TSP, Sulfur Dioxide SO2, Nitrogen Dioxide NO2, Carbon Monoxide CO, Surface Ozone O3, and Lead Pb which are measured during the day and at night. The results showed that the air contains more CO, and at night, the levels are reduced in some areas. Therefore, the density of traffic, industry and construction work contributes significantly to the spread of CO. Air conditions vary, such as high CO levels during the day and TSP at night. Also, there is a phenomenon at night that a group does not have SO2 and O3 simultaneously. The results also show that the integration of k-Means and SOM for regional clustering can be appropriately mapped through GIS visualization.... The ISPU value in the range of 201-300 will be sensitive to humans, especially for the individuals who already have asthma and bronchitis. In turn, ISPU > 300, categorized as a hazard, will severely affect the entire population Kurniawan, 2017. ...... The ISPU value in the range of 200-299 is categorized as unhealthy for smokers, will increase cardiovascular risk, and weaken the body significantly. Meanwhile, ISPU values ranging from >300 can have a dangerous impact on all living things Kurniawan, 2017. ...This study identified the spatial distribution pattern of the ambient air quality in the Yogyakarta Urban Area. It was performed to determine the distribution pattern of SO2, CO, and NO2 concentrations for 2016–2019 pre-pandemic and 2020 during pandemic. Furthermore, the spatial analysis was performed using the Inverse Distance Weighting interpolation method. This study proved that spatial modeling using this method has good accuracy, and it is easier to map the distribution pattern of ambient air quality. In 2020, most of the locations met the quality standard As a result, the SO2 and CO parameters immediately showed that most conditions are satisfactory. In 2016, the SO2 parameters met the quality standards at of locations. In 2020, the number increased to In addition, the CO parameter reached the quality standard at of locations in 2016 and a perfect level of 100% in 2020. This occurred due to the effects of the COVID-19 pandemic because most human and business activities decreased drastically. Therefore, all studies can be used as the basis for air quality modeling and post-COVID-19 predictions. This study is also important as a policy material in the monitoring and management system of ambient air quality in urban areas... Air pollution has a negative impact, such as human health problems, especially children, women or the elderly who suffer from respiratory problems [2]. To monitor air quality, the government sets the National Ambient Air Quality Standard which is used as the maximum limit for the levels of elements present in ambient air [3]. Air pollution is assessed from the concentration of several parameters compiled in the Air Pollution Standard Index ISPU. ...... ISPU has parameters according to Decree of the Head of the Environmental Impact Management Agency Attachment Number 107 of 1997, which are SO2, PM10, NO2, O3, and CO. From the five parameter values obtained, those will be classified based on the highest value [3]. To assist in determining the category in the ISPU, it can predict or classify the air quality [1]. ...Sugandi Yahdin Anita desianiShania Putri AndhiniDitia Fitri ArindaThe increase in the use of energy sources causes air pollution. The Air Pollutant Index API is information about the air quality of a place and at a certain time. API has several parameters, namely SO2, PM10, NO2, O3, and CO. In this study, the KNN method was used to assist categorize air quality. However, all training data were used during the classification process with KNN causes a long prediction process. Another problem with KNN is difficult to determine the optimal value of the K parameter in KNN. The Particle Swarm Optimization PSO method can be used for problems on KNN. Therefore, the aim of this study is to predict air quality based on the API by combining the KNN-PSO method. The dataset used is the API dataset for the DKI Jakarta area 2017-2019 totaling 1075 data. The results showed the accuracy for the KNN-PSO method was with a precision value of and a recall value of To further analyze the results on the combined method, the results of this study were compared with the KNN method only. The results obtained from the KNN method are lower than the KNN-PSO method. So it can be concluded that the KNN-PSO method is great and robust in air quality classification or prediction.... Secara keseluruhan rata-rata konsentrasi tertinggi yakni pada titik lokasi 6 sedangkan terendah pada titik lokasi 1. Hal ini dikarenakan pada titik lokasi 6 merupakan kawasan pemukiman yang berdekatan dengan jalan raya dan memiliki aktivitas transportasi Kurniawan, 2017. Nilai ISPU berkisar anatara 51 -100, berdasarkan hasil peta tersebut di kawasan Bundaran Taman Pelangi Surabaya di keenam titik sampling memiliki indikator warna yang sama yakni warna biru, dengan demikian dapat diartikan termasuk kedalam kategori pencemaran udara dengan tingkat sedang. ...Zakaria AmrizalIda MunfaridaAmrullahMasalah pencemaran udara merupakan persoalan tahunan yang terus terjadi di setiap kota. Kota Surabaya adalah salah satu kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat sehingga berbanding lurus dengan jumlah kendaraan bermotor yang digunakan. Kendaraan bermotor serta kawasan perindustrian yang berada di Surabaya menyumbang emisi terbesar ke udara sehingga memiliki kualitas udara yang rendah kareana adanya pencemaran tersebut. Kualitas udara berkaitan erat dengan pencemaran, untuk mengetahui tingkat kadar pencemaran udara pengukuran kualitas udara mengacu pada indeks standar parameter pencemaran udara ISPU. Parameter pemantauan yang digunakan salah satunya adalah Particulate matter 10. PM10 merupakan pencemar primer yang beremisi langsung ke udara yang berdampak serius bagi kesehatan dan lingkungan. Penelitian ini dilakukan di kawasan Bundaran Taman Pelangi Surabaya selama 3 hari dengan selang waktu hari kerja dan hari libur dengan interval waktu pada pagi, siang dan sore hari. Analisis data konsentrasi dihitung menggunakan alat HVAS dengan metode gravimetri serta dipetakan mengunakan program ArcGIS. Hasil studi menunjukkan konsnetrasi tertinggi pada titik lokasi sampling 6 dengan nilai PM10 = μg/m3 , dan terendah pada titik lokasi sampling 1 Pm10= μg/m3... Minamitorishima adalah sebuah pulau yang terletak di wilayah paling tenggara Jepang di Samudra Pasifik Utara, sekitar km tenggara Tokyo. Stasiun pemantau ketiga terdapat di Mount Waliguan, Republik Rakyat Tiongkok dan di Danum Valley, Sabah, astronomis dan geografis Indonesia memberikan fenomena tersendiri dalam bidang sains atmosferKurniawan, 2017. Tujuan dibangunnya stasiun pemantau atmosfer global adalah untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah dengan kondisi udara yang relatif bersih dan jauh dari aktivitas antropogenik. ...... Dari keseluruhan reaksi di atas, diketahui bahwa di aliran pendingin helium akan terbentuk pengotor antara lain CO, CH 4 , CO 2 , H 2 , H 2 O, dan O 2 [16]. Sedangkan pengotor N 2 timbul karena adanya udara yang masuk ke pendingin primer, dan secara alamiah udara telah mengandung N 2 [25]. Gambar ...PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA OLEH KOLOM MOLECULAR SIEVE PADA SISTEM PEMURNIAN HELIUM DALAM PELUIT. Peluit adalah desain konseptual reaktor daya yang dirancang berdasar teknologi High Temperature Gas-cooled Reactor HTGR, dengan siklus konversi daya tidak langsung. Pendingin primer Peluit adalah gas helium dan harus dijaga kemurniannya dari pengotor CO2 dibawah 0,6 parts per million by volume ppmv berdasarkan persyaratannya. CO2 terbentuk karena reaksi oksigen atau air dengan karbon di teras pada saat kejadian water/air ingress. Dampak CO2 terhadap sistem, struktur dan komponen SSK adalah terjadinya reaksi dekarburisasi pada tabung steam generator. Dalam sistem pemurnian helium Peluit, komponen penyerap CO2 adalah kolom molecular sieve jenis 5A. Penelitian ini bertujuan mendemonstrasikan simulasi proses penyerapan pengotor CO2 pada kolom molecular sieve sepanjang ketinggian kolom yang dirancang sehingga hasil penyerapan menghasilkan konsentrasi batas maksimal pada pendingin primer tidak terlampaui. Metodologi yang digunakan adalah pemodelan perhitungan dengan software Matlab dengan metode penyerapan adalah metode Henry. Tinggi kolom diasumsikan 200 cm, diameter kolom 50 cm, laju aliran gas helium adalah 5% dari aliran utama pendingin primer setara dengan 3,0 kg/s, dan konsentrasi pengotor CO2 adalah 40 ppmv. Berdasarkan simulasi diketahui bahwa setelah 5 detik, gas helium bersih sudah keluar dari ujung kolom dengan konsentrasi pengotor CO2 tersisa 4×10-5 ppmv. Dengan hasil ini menunjukkan bahwa kolom molecular sieve mampu membersihkan pengotor CO2 dengan efisiensi 99,99% dan dapat disimpulkan bahwa molecular sieve tipe 5A cocok digunakan pada sistem pemurnian helium Peluit.... The air quality detector prototype describes an online air quality monitoring system that provides information on indoor and outdoor air quality via the Internet. The variable observed is the level of air quality [9]. The components connected to the IoT include an active gas sensor to detect gas. ...Irmayatul HikmahAfifah Dwi RamadhaniF T SyifaThe efforts to maintain indoor air quality from dangerous viruses need to be improved. One way is by sterilizing the room using a disinfectant which has a weakness, namely that it is unsafe if the disinfectant is exposed to the body, especially, when entering the respiratory system, it will become dangerous toxins. Therefore, an innovation of a healthy room that is safe for the respiratory system is needed by applying essential oil as a natural antiseptic liquid which is converted into gas through a diffuser that is connected to a gas sensor equipped with the Internet of Things IoT technology. It can record air quality data and connect to an Internet server to monitor indoor air quality easily and practically. The research was conducted by making different variations in the concentrations of essential oil to obtain maximum air quality. From the results we obtained, the level of air quality is getting better when the oil concentration is increased because more gas particles can bind contaminant molecules in the air. Karina AnggraeniHeru Dwi WahjonoMuhammad Agus SalimPenerapan TeknologiPemantauan kualitas air dan udara merupakan salah satu kegiatan pengendalian Quality Monitoring SystemAQMS dan Water Quality Monitoring SystemWQMS merupakan salah satu teknologi pelaporan kualitas udara dan air secara kontinu tanpa pengambilan sampel secara manual. Kebutuhan monitoring kualitas air dan udara di Indonesia di berbagai daerah maka diperlukan suatu inovasi dengan dibuatnya integrasi pemantauan kualitas air dan udara untuk pelaporan kualitas lingkungan. Integrasidilakukandengan meletakkan alat pemantauan kualitas air Onlimo dan alat pemantauan kualitas udara Sipaku secara berdekatan di dalam 1 stasiunyang sudah diterapkandiPos Pemantauan Sungai CisadaneTangerang. Adanya integrasi ini diharapkan dapat menghemat biaya maintenance alat Onlimo dan Sipaku dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan Onlimo dan Sipaku untuk pemantauan kualitas lingkungan secara integrasi Onlimo dan Sipaku dimulai dengan perancangan dan perakitan Sistem Onlimo dan Sipaku, uji coba peralatanSistem Onlimo dan Sipaku, pemasangan Sistem Onlimo dan Sipaku di Pos Pemantauan Sungai Cisadane Tangerangdan evaluasi pengukuran kualitias air dan udara yang diukur oleh AlatOnlimo dan Sipaku. Sistem integrasi pemantauan kualitas air dan udara di Sungai Cisadanedapat diterapkan dengan baik tetapi perlu adanya peningkatan keandalan dan kestabilan alat Onlimo dan Eko CahyonoParikesit Benny JoyReza MahdiThe impact of global warming caused by the increasing CO2 concentrations has emerged as one of the most critical issues to be globally addressed. The top two sectors contributing to the country's emissions are forestry and energy, emissions from deforestation, and power generation. Most of the fuel used in petroleum and coal are identified as contributors to Indonesia's CO2 emissions. This study employs a comprehensive modelling tool, the GAINS energy planning system, to project CO2 emissions from 1990 to 2050 for each sector. Furthermore, it is compared with projections from Agency for the Assessment and Application of Technology BPPT, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi of Indonesia and the Secretariat General of the National Energy Council SGNEC to find out which energy sector is the largest contributor to CO2 emissions. Then a projection was made using the Autoregressive Integrated Moving Average ARIMA model for CO2 data at the GAW station, West Sumatra. Actual and projected data show that the CO2 concentrations were above 400 ppm, which had the potential to cause global warming. The government is recommended to use this projection as an effort to reduce global warming. The Indonesian government, with The Paris Agreement, is willing to reduce CO2 emissions by 41% by IsfiyaAir pollution can be interpreted as the presence of foreign substance or level substance contained in the air, so that it can cause changes in the composition of the air from normal conditions. The presence of pollutants sourced from moving and immovable sources can be in the form of dust particles that can affect the level of air quality in the environment and interfere with human health, so that air quality is measured. The measurement of air quality particulates carried out aims to determine the quality of outdoor air at PSDKU Airlangga University in Banyuwangi. This type of research is descriptive observational research. The method used in sampling is purposive sampling. This research was conducted in 5 locations, namely Sobo basketball court, student parking lot, outdoor student discussion area I, Sobo campus outdoor canteen, and outdoor student discussion area II. The result of measurements of dust particulate levels showed that all places were in the good category, but the student parking lot had the highest average which is equal to 1,572 µ/m3, compared to the other 4 places. Efforts that can be made to overcome the high levels of dust particulates in PSDKU Airlangga University in Banyuwangi include reducing the use of motorized vehicles, as well as always covering the helmet and wearing masks when driving, as well as care free day policies in the campus KwakJoonho KoSeungho Lee Ch JohExtreme weather events including a heavy rain and the snow are known to have negative impacts on the traffic flow and on the air quality in turn. Rainfall however has a moderate effect of washing the pollution in the air as well. The literature has mostly concerned one of these two conflicting impacts, but they are better analyzed by simultaneous linear equations. The paper employs a path analysis to investigate the complex impact of rainfall on the air pollution on the road via the change in traffic flow. The results differ between the amounts of rainfall and between pollutants. De Lin ShowSu-Chin ChangThe 2013 Malaysian haze event coincided temporally with rising trends of hotspots detected in Sumatra, Indonesia. Based on satellite remote sensing, air quality data and wind vector maps, our study aims to provide a preliminary assessment on the remote effects of Indonesian forest fires on the Malaysian haze. In order to locate and detect the occurrence of active fires in Sumatra, MODIS Active Fire Data was retrieved from NASA/LANCE – FIRMS for satellite imagery and analysis. Air quality at Petaling Jaya was assessed based on PM10 concentration and meteorological data provided by the Malaysian Meteorological Department. Wind vector maps for the Indian Pacific region were constructed with the NCEP/NCAR Reanalysis Product developed by NOAA-ESRL. In June, southwesterlies prevailed in the region and brought substantial amounts of particulate matter from Sumatra to Peninsular Malaysia, with Petaling Jaya being one of the most severely inflicted air pollution is undoubtedly a significant risk factor for human health and has been increasing due to increasing population, population density, rapid urbanization, industrialization, traffic density, since the 1950s. The aim of the study is to test the relation between the number of asthma cases and the levels of air pollutants sulfur dioxide SO2 and particulate matter PM10. The data are collected for six districts in Izmirfor the years between 2007 and 2010. The results from the regression show that there is a statistically significant relation between the number of asthma cases and the level of urban air is the central of economic growth in the Central Java; grow as the city of industry, trade, services and education. One of the impacts of urban development is air pollution and acid rain. This study aims to analyse the impact of emissions of SO2 and NO2 emissions from stationary sources and mobile sources of the content of SO42-and NO3− in the rain. Research method using Gaussian distribution models to determine the contribution of SO2 and NO2 emissions from 98 industrial stacks and transport activity of 43 major roads in the city of Semarang and its correlation with SO42-and NO3− in the rain at points monitored. Location of monitoring conducted at 13 monitoring points includes residential areas, industrial areas and areas with dense transport. Number of samples rainwater 131 samples during the period February - May 2013. SO2 emissions from stationary sources and transportation caused to Whereas NO2 impact of emission sources in Semarang on nitrates in rain water was of rain events during the period January - June Global Atmosphere Watch GAW program currently coordinates 22 ground-based atmospheric background monitoring stations of global scope. The GAW World Calibration Centre for Surface Ozone, Carbon Monoxide and Methane WCC-EMPA is responsible for tracing surface ozone measurements at these stations to the designated reference within the GAW program, the Standard Reference Photometer SRP 2 maintained at the National Institute of Standards and Technology NIST. The recommended method for surface ozone measurements is based on UV absorption at 254 nm Hg line. Repeated and regular intercomparisons of station instruments are necessary to achieve and maintain high and known data quality. In this paper, the traceability chain is explained, and standard uncertainties for each element are evaluated. Data of 26 intercomparisons performed at 14 stations between 1996 and 2002 are analyzed. On 23 occasions, the instruments passed the audit with “good” agreement, in one case with “sufficient” agreement. On 2 occasions, both first audits at the site, the audited instrument did not comply with the minimal data quality requirements. The best instruments in use exhibit a median absolute bias of approximately ppbv and a standard uncertainty of approximately ppbv 0–100 ppbv. The quantitative improvement of data quality as a result of repeated audits can be demonstrated with several tropics strongly influence the global atmospheric chemistry budget. However, continuous in-situ observations of trace gases are rare especially in equatorial Africa. The WMO Global Atmosphere Watch GAW programme aimed to close this gap with the installation of the Mt. Kenya MKN baseline station. Here, the first continuous measurements of carbon monoxide CO and ozone O3 at this site covering the period June 2002 to June 2006 are presented. The representativeness of the site was investigated by means of statistical data analysis, air mass trajectory clustering, interpretation of biomass burning variability and evaluation of O3-CO relationships. Because of its location in eastern equatorial Africa, the site was rarely directly influenced by biomass burning emissions, making it suitable for background observations. Located at 3678 m above sea level the night-time 2100–0400 UTC measurements of CO and O3 were in general representative of the free troposphere, while day-time measurements were influenced by atmospheric boundary layer air. Increased night-time concentrations were observed in 25% of all nights and associated with residual layers of increased CO and water vapour in the free troposphere. Six representative flow regimes towards Mt. Kenya were determined eastern Africa 21% of the time, Arabian Peninsula and Pakistan 16%, northern Africa free tropospheric 6%, northern Indian Ocean and India 17%, south-eastern Africa 18% and southern India Ocean 21% flow regimes. The seasonal alternation of these flow regimes was determined by the monsoon circulation and caused a distinct semi-annual cycle of CO with maxima during February primary and August secondary, annually variable and with minima in April primary and November secondary, annually variable. O3 showed a weaker annual cycle with a minimum in November and a broad summer maximum. Inter-annual variations were explained with differences in southern African biomass burning and transport towards MKN. Although biomass burning had little direct influence on the measurements at MKN it introduces inter-annual variability in the background concentrations of the southern hemisphere that subsequently reaches Kenya. The measurements at MKN were representative of air masses with little photochemical activity as indicated by weak O3-CO correlations, underlining the baseline character of the site. Inter-comparison of O3 at MKN with sounding data from Nairobi revealed a positive offset of the sounding data, most likely due to additional photochemical production of O3 in the Nairobi city plume. Future extensions of the measurement programme will provide better understanding of the atmospheric chemistry of this globally important of atmospheric SO2 have been made at altitudes between ground level and 12 km in the lower, middle and upper troposphere. The measurements were carried out within the framework of the ITOP Intercontinental Transport of Ozone and Precursors campaign in summer 2004 above Europe and the Eastern Atlantic. They were made using a novel very sensitive and fast-response aircraft-based ion trap CIMS instrument ITCIMS; CIMS=chemical ionization mass spectrometry, which was continuously calibrated using isotopically labelled SO2. During a total of eight flights of the research aircraft FALCON DLR air masses of different origin and different degree of pollution, indicated by measured elevated atmospheric SO2 mole fractions, were intercepted. Often elevated concentrations of SO2, which stemmed from North America were observed over Europe and the eastern Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar UdaraTahun 1997 Tanggal 21 November 1997 Tentang Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara, Effect of SO 2 and NO from Transportation and Stationary Emissions Sources to SO 4 in SemarangS SudalmaP PurwantoL W SantosoSudalma, S., Purwanto, P., and Santoso, L. W. 2015. The Effect of SO 2 and NO from Transportation and Stationary Emissions Sources to SO 4 in Semarang. Procedia Environmental Sciences 23247-252, doi
Kondisiruangan yang lembab dengan suhu tinggi dan aliran udara yang tenang biasanya menebarkan bau kurang sedap karena proses pembusukan oleh mikroorganisme (Mukono, 1993). 7. Ventilasi Yang dimaksud dengan ventilasi adalah proses, dimana udara bersih dari luar ruang secara sengaja dialirkan ke dalam ruang dan udara yang buruk Dipublish tanggal Sep 20, 2019 Update terakhir Okt 12, 2020 Waktu baca 5 menit Berdasarkan pengukuran kualitas udara yang dilakukan BMKG, Indeks Standar Pencemaran Udara ISPU di sejumlah wilayah di Indonesia memasuki kriteria sangat tidak sehat bahkan berbahaya. Per tanggal 19 September 2019 kemarin, akibat pengaruh kabut asap kebakaran hutan membuat udara Kota Pekanbaru tergolong sangat tidak sehat, bahkan di Kota Palangka Raya mencapai status berbahaya. Setelah maraknya isu polusi di Jakarta yang berpedoman pada angka AQI dan Anda mungkin baru mendengar soal Indeks Standar Pencemaran Udara ISPU. Simak informasi lengkapnya berikut ini. Baca Selengkapnya Polusi Udara Jakarta Makin Parah, Berapa Angka AQI dan yang Aman? Apa itu Indeks Standar Pencemar Udara ISPU? Indeks Standar Pencemar Udara atau ISPU adalah angka yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di suatu lokasi. Indeks ini ditentukan berdasarkan 5 parameter utama, yaitu Partikulat PM10 diukur dalam waktu 24 jam Sulfur dioksida SO2 diukur dalam waktu 24 jam Karbon monoksida CO diukur dalam waktu 8 jam Ozon O3 diukur setiap jam Nitrogen dioksida NO2 diukur setiap jam Setiap parameter tersebut diukur dan diambil rata-ratanya. Setelah itu, hasil pengukuran akhir ISPU dilaporkan kepada masyarakat setiap 24 jam, mulai pukul WIB sampai WIB keesokan harinya. Semakin besar angka ISPU, maka tingkat polusi dan pencemaran udaranya juga semakin parah. Cara membaca polusi udara dengan ISPU ISPU terbagi menjadi kategori-kategori tertentu yang ditentukan berdasarkan dampaknya pada kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, berikut kategori Indeks Standar Pencemar Udara ISPU, yaitu Baik 1-50 hijau Tingkat kualitas udara cenderung aman, dalam artian tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia, hewan, maupun tumbuhan. Kondisi udara juga tidak mengganggu nilai estetika lingkungan dan bangunan. Sedang 51-100 biru Tingkat kualitas udara cukup aman bagi kesehatan manusia atau hewan, tapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif. Kondisi udara juga mulai mengganggu nilai estetika lingkungan. Tidak sehat 101-199 kuning Kualitas udara mulai memburuk dan tidak sehat bagi manusia maupun hewan yang sensitif. Kondisi ini bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan dan nilai estetika lingkungan. Sangat tidak sehat 200-299 merah Tingkat kualitas udara dapat merugikan kesehatan seluruh masyarakat. Kondisi udara sudah sangat tidak layak, sehingga sebaiknya tetaplah berada di dalam rumah untuk menghindari paparan polusi. Berbahaya 300 ke atas hitam Udara mengandung partikel berbahaya yang dapat memicu masalah serius pada tubuh. Bila tidak segera diatasi, bisa mengancam kesehatan dalam jangka pendek hingga jangka panjang. Pengaruh ISPU untuk setiap parameter pencemar Setiap parameter yang digunakan untuk mengukur pencemaran udara memiliki efek tersendiri pada kesehatan. Ambil contoh pada PM10, yaitu partikel udara yang ukurannya 10 mikron mikrometer yang umumnya berasal dari debu, diesel truk, pembangkit listrik, hingga tungku kayu. Semakin banyak partikel PM10 yang terhirup, tubuh lama-kelamaan akan mengalami gejala berupa Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan Batuk dan sesak napas Detak jantung tidak teratur Serangan asma Penurunan fungsi paru-paru Serangan jantung Kematian dini, terutama bagi penderita penyakit jantung atau paru-paru Begitu juga dengan karbon monoksida CO, sulfur dioksida SO2, nitrogen dioksida NO2, dan ozon O3. Gabungan dari zat-zat polutan inilah yang dapat menurunkan kesehatan tubuh. Tidak hanya soal aman atau tidaknya udara, Anda juga perlu memahami bahwa setiap parameter pencemar dalam kategori ISPU punya pengaruhnya masing-masing pada kesehatan. Berikut selengkapnya Pengaruh ISPU baik pada kesehatan Kondisi udara masih cukup bersih dan aman bagi kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Karbon monoksida CO Tidak ada efek bagi kesehatan. Nitrogen dioksida NO2 Sedikit berbau. Ozon O3 Dapat menimbulkan luka pada beberapa tumbuhan akibat kombinasi dengan sulfur dioksida selama 4 jam. Sulfur dioksida SO2 Dapat menimbulkan luka pada beberapa tumbuhan akibat kombinasi dengan ozon selama 4 jam. PM10 Tidak efek. Dengan kategori ISPU yang baik, masyarakat bisa bebas beraktivitas, termasuk anak-anak, ibu hamil, lansia, maupun orang-orang dengan penyakit tertentu. Pengaruh ISPU sedang pada kesehatan Kualitas udara cukup baik untuk manusia dan hewan, tapi bisa memberikan sedikit efek buruk pada tumbuhan yang sensitif. Karbon monoksida CO Memicu perubahan kimia darah, tapi tidak terdeteksi. Nitrogen dioksida NO2 Berbau. Ozon O3 Menyebabkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Sulfur dioksida SO2 Menyebabkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. PM10 Menyebabkan udara kotor dan menurunkan jarak pandang. Meski sudah masuk ke kategori ISPU sedang, masyarakat masih bisa beraktivitas dengan bebas seperti biasanya, termasuk kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Pengaruh ISPU tidak sehat pada kesehatan Kualitas udara memburuk dan mulai tidak sehat bagi manusia maupun hewan yang sensitif, bahkan dapat merusak tumbuhan. Karbon monoksida CO Meningkatkan gejala kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung. Nitrogen dioksida NO2 Bau dan kehilangan warna. Terjadi peningkatkan reaktivitas pembuluh di tenggorokan pada penderita asma. Ozon O3 Menurunkan kesehatan atlet yang sedang berlatih keras. Sulfur dioksida SO2 Bau, meningkatkan kerusakan tanaman. PM10 Udara berubah jadi kotor dan penuh debu, jarak pandang kian menurun. Sebaiknya kurangi aktivitas atau olahraga di luar rumah, terutama bagi lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Bila terpaksa harus ke luar rumah, selalu gunakan masker untuk menghindari paparan polusi. Sementara bagi Anda yang punya riwayat gangguan paru-paru, penyakit jantung, atau penyakit kronis lainnya, sebaiknya hindari beraktivitas di luar rumah. Baca Selengkapnya Lagi Ngetren Masker Elektrik, Bisakah Lindungi Tubuh dari Polusi? Pengaruh ISPU sangat tidak sehat pada kesehatan Kualitas udara sudah sangat tidak layak dan mengganggu kesehatan seluruh makhluk hidup. Karbon monoksida CO Meningkatkan gejala kardiovaskular pada non-perokok yang sakit jantung. Tampak beberapa tanda-tanda kelemahan yang bisa dilihat dengan jelas. Nitrogen dioksida NO2 Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis. Ozon O3 Menyebabkan gangguan pernapasan pada pasien dengan paru-paru kronis yang melakukan olahraga ringan. Sulfur dioksida SO2 Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis. PM10 Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis. Sebaiknya hindari beraktivitas di luar rumah agar tidak terpapar bahaya polusi udara. Pengaruh ISPU berbahaya pada kesehatan Bila Indeks Standar Pencemar Udara sudah mencapai kategori berbahaya, artinya udara sudah sangat tidak sehat dan bisa memicu masalah serius pada tubuh. Hal ini bisa mengancam kesehatan secara menyeluruh untuk semua populasi yang terpapar. Sebaiknya tetaplah berada di dalam rumah, terutama untuk anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang-orang yang punya riwayat gangguan pernapasan atau sakit jantung. Bagi Anda yang sedang berada di daerah yang penuh polusi atau kabut asap, sebaiknya pantau terus Indeks Standar Pencemar Udara ISPU secara berkala. Selalu ikuti arahan petugas berwenang setempat agar tetap aman dan sehat. Baca Juga 5 Kiat Jaga Tubuh Tetap Fit Saat Dikepung Kabut Asap 12 Referensi Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini. Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya. Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat .