Tekananudara mula-mula diukur oleh Torricelli (1608 - 1647), yaitu menggunakan pipa kaca yang panjang dan salah satu ujungnya tertutup. Pipa itu disebut dengan pipa Torricelli. Pipa diisi raksa hingga penuh. Ujung terbuka pipa ditutup dengan jari, lalu dibalik dan dicelupkan ke dalam bejana berisi raksa, kemudian jari dilepaskan.
The rapid growth of population in developing country causes environmental contamination by increasing significantly pollution load in river and other water body. It needs efficient and effective strategy to overcome contamination in certain areas. Technical identification of pollution source and its influence to environmental quality is important to should be known and socialized to community. Land use to is important to get priority and should be managed consistently environmentally sound, beside solid waste and domestic wastewater. Law enforcement also should be applied, especially to company or industry which significantly gives contribution to environmental degradation. Environmental restoration need fund, so government as regulator need partner from private to overcome environmental problem. Environmentally based industries and services is needed to be developed as government counterpart, but up to now the development of them retarded caused by non competitive interest of commercial bank. Environmental fund should be collected from polluter through regulated mechanism and In the next future environmental bank should possible manage the fund and finance environmental industry and services to overcome environmental pollution, in this case government act as regulator only. Kata Kunci Pencemaran air, pengelolaan, s umber daya air, strategi penanggulangan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Arie Herlambang Pencemaran dan Strategi Penggulangannya JAI Vol. 2 , 2006 PENCEMARAN AIR DAN STRATEGI PENGGULANGANNYA Oleh Arie Herlambang Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT Abstract The rapid growth of population in developing country causes environmental contamination by increasing significantly pollution load in river and other water body. It needs efficient and effective strategy to overcome contamination in certain areas. Technical identification of pollution source and its influence to environmental quality is important to should be known and socialized to community. Land use to is important to get priority and should be managed consistently environmentally sound, beside solid waste and domestic wastewater. Law enforcement also should be applied, especially to company or industry which significantly gives contribution to environmental degradation. Environmental restoration need fund, so government as regulator need partner from private to overcome environmental problem. Environmentally based industries and services is needed to be developed as government counterpart, but up to now the development of them retarded caused by non competitive interest of commercial bank. Environmental fund should be collected from polluter through regulated mechanism and In the next future environmental bank should possible manage the fund and finance environmental industry and services to overcome environmental pollution, in this case government act as regulator only. Kata Kunci Pencemaran air, pengelolaan, sumber daya air, strategi penanggulangan. 1. PENDAHULUAN Kondisi Air Dunia dan Indonesia Menurut WHO, saat ini terdapat 2 miliar orang yang menyandang risiko menderita penyakit murus disebabkan oleh air dan makanan. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebih dari 5 juta anak-anak setiap tahun. Sumber-sumber air semakin dicemari oleh limbah industri yang tidak diolah atau tercemar karena penggunaannya melebihi kapasitasnya untuk dapat diperbaharui. Kalau kita tidak mengadakan perubahan radikal dalam cara kita memanfaatkan air, mungkin saja suatu ketika air tidak lagi dapat digunakan tanpa pengolahan khusus yang biayanya melewati jangkauan sumber daya ekonomi bagi kebanyakan negara Midleton, 2004. Sumber kehidupan ini persediaannya terbatas dan semakin hari semakin terpolusi oleh kegiatan manusia sendiri, namun masih terlalu banyak orang yang tidak mempunyai akses ke air. Sekalipun air merupakan sumber daya yang terbatas, konsumsi air telah meningkat dua kali lipat dalam 50 tahun terakhir dan kita gagal mencegah terjadinya penurunan mutu air. Pada saat yang sama, jurang antara tingkat pemakaian air di negara-negara kaya dan negara-negara miskin semakin dalam. Dewasa ini 1,2 milyar penduduk dunia tidak mempunyai akses ke air bersih dan hampir dua kali dari jumlah itu tidak mempunyai fasilitas sanitasi dasar yang memadai. Portensi dan ketersediaan air di Indonesia saat ini diperkirakan sebesar meter kubik perkapita pertahun. Jauh lebih tinggi dari rata-rata pasokan dunia yang hanya m3/kapita/tahun. Pulau Jawa pada tahun 1930 masih mampu memasok m3/kapita/tahun, saat ini total potensinya sudah tinggal sepertiganya, yakni tinggal 1500 m3/kapita/tahun. Pada tahun 2020 total potensinya diperkirakan tinggal 1200 m3/kapita/tahun. Dari potensi alami ini, yang layak dikelola secara ekonomi hanya 35%, sehingga potensi nyata tinggal 400 m3/kapita/tahun, jauh dibawah angka minimum PBB, yaitu sebesar m3/kapita/tahun. Padahal dari jumlah 35% tersebut, sebesar 6% diperlukan untuk penyelamatan saluran dan sungai-sungai, sebagai maintenance low. Oleh karena itu pada tahun 2025, Internasional Water Institute, menyebut Jawa dan beberapa pulau lainnya termasuk dalam wilayah krisis air. Berdasarkan studi Water Resources Development 1990, tahun 1990 Pulau Jawa sudah mengalami defisit air, dari kebutuhan juta m3/tahun hanya bisa disediakan juta m3/tahun. Joko Pitono 2003 juga mengkaji bahwa pada musim kemarau tahun 1993, 75% Pulau Jawa sudah mengalami kekeringan akibat defisit air dan diperkirakan defisit air akan meningkat pada tahun 2000 menjadi 56%, suatu angka yang mengkhawatirkan dan perlu diwaspadai secermat mungkin. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1997, dalam neraca airnya menyatakan bahwa secara nasional belum terjadi defisit air, tetapi khusus untuk Jawa, Bali sudah terjadi defisit tahun 2000 dan tahun 2015 bertambah dengan wilayah Sulawesi dan NTT. Sifat Air dan Karakter Air Limbah Sifat Air Air yang secara kimia, hanya terdiri dari atom H dan O mempunyai sifat yang unik. Tanpa air tidak akan mungkin terdapat kehidupan. Air di alam dijumpai dalam tiga bentuk, yakni bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap. Bentuk mana yang akan ditemui, tergantung keadaan cuaca setempat. Kepadatan density, seperti halnya bentuk, juga tergantung pada temperatur dan tekanan barometris P. Pada umumnya densitas meningkat dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada 4oC Celsius, apabila temperatur turun lagi, maka densitas akan turun pula. Sekalipun demikian temperatur air tidaklah mudah berubah. Hal ini nampak dari spesifik heat air, yakni angka yang menunjukkan jumlah kalori yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu gram air satu derajat celsius. Spesifik heat air adalah 1 /gram/oC, suatu angka yang sangat tinggi dibandingkan spesifik heat elemen-elemen lain di alam. Dengan demikian tranfer panas dari dan kedalam air tidak banyak menimbulkan perubahan temperatur. Kapasitas panas yang besar ini juga menyebabkan efek stabilitas badan air terhadap udara sekitarnya. Kondisi ini sangat penting untuk melindungi kehidupan akuatik yang sangat sensitif terhadap gejolak suhu. Pada tekanan atmosfir air mendidih pada 100 oC, karena tekanan di daerah tinggi lebih rendah dari satu atmosfir, maka air mendidih pada temperatur yang lebih rendah. Karakterisrik Air Limbah Secara awam air tercemar dapat dilihat dengan mudah, misalnya dari kekeruhan, karena umumnya orang berpendapat bahwa air murni atau bersih itu jernih dan tidak keruh, atau dari warnanya yang transparan dan tembus cahaya, atau dari baunya yang menyengat hidung, atau menimbulkan gatal-gatal pada kulit dan ada juga yang dapat merasakan dengan lidah, seperti rasa asam dan getir. Dengan demikian, sebenarnya mudah untuk mengenal pencemaran, oleh karena itu jangan meremehkan informasi dan keluhan masyarakat tentang pencemaran air. Air tercemar juga dapat diketahui dari matinya atau terganggunya organisme perairan, baik ikan, tanaman dan hewan-hewan yang berhubungan dengan air tersebut. Dalam menentukan karakteristik limbah, parameter-parameter yang dipakai antara lain 1 Parameter Suhu. Parameter ini sangat diperlukan dalam penentuan karakter limbah, karena menyangkut kecepatan reaksi dan pengaruhnya terhadap kelarutan suatu gas, bau dan rasa. Beberapa jenis bakteri populasinya dipengaruhi oleh suhu dari limbah, dan organisme perairan sangat peka terhadap perubahan suhu air. Pengukuran suhu dapat dipakai termometer khusus yang dapat dipakai untuk setiap variasi kedalaman. 2 Parameter Rasa dan Bau. Parameter ini seringkali diakibatkan oleh material-material terlarut, dapat berupa zat organik seperti phenol dan Khlorophenol. Bau dan Rasa merupakan sifat air yang sangat subyektif, karena itu sulit diukur, tetapi bisa di identifikasi seperti bau busuk, bau gas, rasa pahit, dan rasa masam. 3 Parameter Warna. Estetika air sering dilihat dari warna. Air yang jernih, transparan, segar dan tidak bau merupakan indikator air bagus secara awam. Namun demikian penting untuk dapat membedakan antara air yang mempunyai warna asli akibat material terlarut dan warna semu akibat zat-zat yang tersuspensi. Warna kuning alami pada air yang berasal dari daerah pegunungan adalah berasal dari asam-asam organik yang tidak berbahaya bagi kesehatan, dan warna ini bisa disamakan dengan warna asam tanik yang terdapat dalam air teh. Namun demikian banyak konsumen atau pemakai air yang menolak air dengan warna yang terlalu menyolok atas dasar alasan estetika. Demikian pula dengan industri tertentu, air berwarna sering kali tidak dapat diterima, misalnya pada industri kertas yang bermutu tinggi. 4 Parameter Kekeruhan. Hadirnya material berupa koloid menyebabkan air menjadi tampak keruh yang secara estetis kurang menarik dan mungkin bisa berbahaya bagi kesehatan. Kekeruhan dapat pula disebabkan oleh partikel-partikel tanah liat, lempung, lanau atau akibat buangan limbah rumah tangga Arie Herlambang Pencemaran dan Strategi Penggulangannya JAI Vol. 2 , 2006 maupun limbah industri atau bahkan karena adanya mikroorganisme dengan jumlah besar. 5 Parameter Padatan. Padatan hadir dalam air berupa zat-zat tersuspensi atau terlarut dan dapat dibedakan dalam bentuk organik atau inorganik. Total Padatan Terlarut Total Dissolved Solid – TDS adalah jumlah padatan yang berasal dari material-material terlarut, sedangkan Padatan Tersuspensi Suspended Solid=SS adalah partikel tersuspensi yang dapat diukur dengan menggunakan kertas saring halus. Padatan yang dapat diendapkan Settleable Solid adalah jumlah padatan yang dapat dipisahkan dari air dengan prosedur standard, yaitu perbedaan antara SS dalam supernatan dan SS dalam sampel air. Pengukuran Settleable Solid biasanya menggunakan kerucut Imhoff berukuran satu liter. 6 Parameter Kondutivitas. Konduktivitas suatu larutan tergantung pada jumlah garam-garam terlarut dan untuk larutan yang encer konduktivitasnya kurang lebih akan sebanding dengan nilai TDS. Secara matematis K =Konduktivitas - µmhos/m/TDS – mg/l. Dengan mengetahui nilai K untuk suatu sampel air tertentu, pengukuran konduktivitas air dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah TDS secara cepat dan mudah. 7 Parameter pH. Tingkat asiditas atau alkalinitas suatu sampel diukur berdasarkan skala pH yang dapat menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan tersebut. Skala pH mempunyai rentang 0 – 14, dengan nilai 7 sebagai pH netral, di bawah 7 larutan disebut asam sedangkan di atas 7 larutan disebut basa. Reaksi kimia banyak dikendalikan oleh nilai pH dan demikian pula aktivitas biologi yang biasanya dibatasi oleh rentang pH yang sangat sempit pH antara 6 – 8. Air yang terlalu asam atau basa tidak dikehendaki oleh karena akan bersifat korosif atau kemungkinan akan sulit diolah. 8 Parameter Oxidation Reduction PotentialORP. Dalam setiap sistem yang sedang melangsungkan proses oksidasi, akan terjadi perubahan yang terus menerus rasio antara material dalam bentuk tereduksi dan material yang teroksidasi. Dalam situasi semacam itu, potensial yang diperlukan untuk mentranfer elektron-elektron dari oksidator ke reduktor dinyatakan sebagai ORP. Pengalaman-pengalaman operasional suatu sistem menunjukkan bahwa nilai ORP dapat dijadikan indikator kritis bagi beberapa reaksi oksidasi. Misalnya reaksi dalam proses aerobik menunjukkan nilai ORP lebih besar dari 200 mv, sedangkan reaksi anaerobik terjadi pada nilai ORP dibawah 50 mv. 9 Parameter Alkalinitas. Alkalinitas disebabkan oleh hadirnya bikarbonat HCO3, karbonat CO3-, atau hidroksida OH-, maka air dikatakan mempunyai alkalinitas. Pada umumnya alkalinitas disebabkan oleh bikarbonat yang berasal dari larutnya batu kapur dalam air tanah. Alkalinitas sangat berguna dalam air maupun air limbah, karena dapat memberikan buffer untuk menahan perubahan pH. 10 Parameter Asiditas. Air alam dan air limbah rumah tangga umumnya mempunyai buffer dalam bentuk sistem CO2-HCO3, asam karbonat, H2CO3 tidak bisa dinetralkan secara sempurna sampai pada pH 8,2 dan tidak akan menahan perubahan pH dibawah 4,5, sehingga asiditas CO2 akan terjadi rentang pH antara 8,2 – 4,5, sedangkan asiditas dari mineral hampir semuanya akibat dari limbah industri terjadi dibawah 4,5, seperti alkalinitas, asiditas juga dinyatakan dalam mg/l CaCO3. 11 Parameter Kesadahan. Kesadahan adalah sifat air yang dapat mencegah pembentukan busa dalam pemakaian sabun dan dapat menimbulkan kerak dalam peralatan-peralatan yang berhubungan dengan pemakaian air panas. Kesadahan terutama disebabkan oleh ion-ion Ca++dan Mg++, walaupun sebenarnya Fe++ dan Cr++ juga menimbulkan kesadahan. Hadirnya kesadahan biasanya dikaitkan dengan HCO3-, SO42-, Cl-, dan NO3-. Kesadahan tidak membahayakan kesehatan, namun sangat merugikan, yaitu dapat mengakibatkan pemborosan dalam pemakaian sabun dan pemakaian bahan bakar pemanas air serta kerusakan peralatan yang menggunakan air panas. Kesadahan dinyatakan dengan satuan mg/l CaCO3 dan dibagi dalam dua macam, yaitu kesadahan karbonat metal dengan HCO3- dan Kesadahan non karbonat metal dengan SO42-, Cl-, dan NO3-. 12 Parameter Oksigen Terlarut. Oksigen adalah elemen yang paling penting dalam pengendalian kualitas air. Hadirnya oksigen dalam air sangat penting bagi kelangsungan hidup makluk biologi tingkat tinggi dan dampak pembuangan air limbah ke sungai atau badan air akan ditentukan oleh kesetimbangan oksigen dalam sistem tersebut. Hanya saja oksigen mempunyai daya larut yang rendah dalam air, misalnya pada suhu 0, 10, 20, dan 30 0C adalah masing-masing 14,6; 11,3; 9,1; dan 7,6 mg/l. Air permukaan yang mengalir deras dan jernih, biasanya mengandung oksigen dengan kadar yang jenuh, akan tetapi oksigen yang terlarut tersebut dapat berkurang secara cepat akibat hadirnya air limbah yang banyak mengandung bahan organik. Ikan-ikan besar bisa tahan hidup pada konsentrasi hidrogen paling sedikit 5 mg/l, sedangkan ikan-ikan tertentu masih bisa hidup pada kondisi oksigen terlarut 2 mg/l. Air yang banyak mengandung oksigen rasanya segar dan untuk meningkatkan oksigen terlarut biasanya dilakukan aerasi. Namun demikian untuk pemakaian tertentu, misalnya ketel uap, oksigen terlarut tidak dikehendaki sebab dapat meningkatkan resiko berkaratnya peralatan. 13 Parameter Kebutuhan Oksigen. Senyawa-senyawa organik pada umumnya tidak stabil dan mungkin saja teroksidasi secara biologis atau kimiawi menjadi bentuk yang lebih sederhana atau stabil. Indikator adanya zat organik dalam air limbah dapat diperoleh dengan cara mengukur jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk menstabilkannya dan dapat dinyatakan dengan parameter BOD, Angka Permanganat, atau COD. 14 Parameter Nitrogen. Nitrogen merupakan elemen penting, karena reaksi biologi dapat berlangsung hanya jika tersedia nitrogen yang cukup. Nitrogen hadir di alam dalam 4 senyawa pokok 1. Nitrogen-Organik, yaitu nitrogen yang berupa protein asam amino dan urea; 2. Nitrogen Amonia, yaitu nitrogen dalam bentuk senyawa garam amonium, misalnya NH42CO3, atau sebagai amonia bebas; 3. Nitrogen Nitrit, yaitu nitrogen dalam bentuk nitrit yang merupakan hasil oksidasi sementara akan segera berubah menjadi nitrat dan pada umumnya ditemukan dengan konsentrasi rendah; dan 4. Nitrogen Nitrat, yaitu merupakan hasil oksidasi akhir dari nitrogen. Konsentrasi nitrogen untuk masing-masing bentuk senyawanya yang saling berhubungan dapat memberikan petunjuk yang berguna terhadap sifat-sifat dan daya cemar suatu sampel air atau limbah cair. Sebelum dilakukan analisis bakteriologi, kualitas air seringkali diperkirakan atas dasar nitrogennya. Air yang mengandung nitrogen organik dan nitrogen amonia dengan konsentrasi tinggi serta NO2-N dan NO3-N dengan konsentrasi rendah akan dianggap berbahaya tidak aman, karena keadaan demikian menunjukkan bahwa pencemaran akan atau sedang berlangsung. Di lain pihak, suatu sampel yang tidak lagi terdapat nitrogen organik dan amonia atau yang mengandung sedikit NO3-N akan dianggap aman, sebab proses nitrifikasi telah terjadi yang berarti pencemaran tidak berlangsung lagi. 15 Parameter Khlorida. Khlorida adalah penyebab rasa payau dalam air dan merupakan indikator pencemaran dari air limbah rumah tangga, mengingat khlorida berasal dari urine manusia. Batas rasa asin untuk Cl- ini adalah 250 – 500 mg/l, walaupun sampai 1500 mg/l sebenarnya belum membahayakan kesehatan manusia. 16 Parameter Biologi. Hampir semua air limbah mengandung beraneka ragam mikroorganisme, misalnya air limbah rumah tangga dapat mengandung lebih dari 106 individu/ml, tetapi angka yang tepat seringkali tidak dapat diukur. Setelah mengalami pengolahan limbah konvensional, efluen masih mengandung bermacam-macam mikroorganisme dengan jumlah yang cukup tinggi. Pada pengolahan limbah sistem biologi, mikroorganisme dijaga dan dipelihara untuk proses degradasi limbah dengan waktu tinggal tertentu. Dalam pelaksanaannya, untuk mengenal bau dan warna, walaupun ada peralatannya, kita dapat mengenal secara visual, sedangkan kemasaman atau total padatan terlarut atau total padatan tersuspensi diperlukan metode pengukuran yang lebih akurat dengan peralatan yang sudah baku. Dalam menentukan air tercemar diperlukan pembanding, sebagai rona awal ketika belum diadakan kegiatan. Parameter yang umum dipakai untuk mengenal adanya pencemaran adalah BOD dan COD. BOD Biological Oxigen Demand adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk Arie Herlambang Pencemaran dan Strategi Penggulangannya JAI Vol. 2 , 2006 menguraikan bahan pencemar dalam kondisi baku. Sedangkan COD Chemical Oxigen Demand mencerminkan kebutuhan bahan kimia yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan pencemar yang ada dalam air. Oleh karena itu nilai BOD dan COD yang tinggi menunjukkan air tercemat berat. Pada limbah-limbah yang mudah terurai secara biologi, perbandingan BOD dan COD tidak besar 1 – 1,5, tetapi untuk yang sulit terurai secara biologi perbandingannya dapat menjadi sangat tinggi 2,5 – 5. Radio BOD/COD menentukan proses pengolahan yang direncanakan dan waktu tinggal limbah dalam reaktor, yang langsung berpengaruh terhadap volume kontruksi dan luas lahan yang dibutuhkan oleh unit pengolahan limbah. 2. PENCEMARAN AIR Definisi Dalam UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP RI No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang dimaksud dengan Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Dari definisi tersebut tersirat bahwa pencemaran air dapat terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja dari kegiatan manusia pada suatu perairan yang peruntukkannya sudah jelas. Bagaimana dengan badan air yang peruntukannya belum jelas? apakah pelaku dapat dituduh sebagai pencemar ? Air Bersih dan Limbah Cair Perkotaan. Sumber air didayagunakan menusia untuk berbagai keperluan. Pendayagunaan air dalam berbagai bidang budaya, antara lain untuk transportasi, menghasilkan listrik dari energi potensial pada bendungan, industri dan pariwisata. Perkembangan budaya ini terjadi akibat peningkatan kebutuhan yang dirasakan manusia dan adanya interaksi manusia itu sendiri dengan lingkungan air. Peninggalan sejarah telah menunjukkan bahwa air telah memberi rangsangan bagi perkembangan budaya manusia purba, tampak pada benda-benda purbakala yang seringkali terdapat pada penggalian berupa periuk-periuk yang dipakai untuk menyimpan air. Perlengkapan sanitasi sudah ada sejak jaman Neolithic 2000 BC, berupa latrine kakus dan saluran drainase, ditemukan dalam masyarakat Minoan di Pulau Crete, Yunani. Pada jaman Romawi juga sudah ditemukan terowongan air besar, sepanjang 80 km, yang membawa air bersih dari pegunungan masuk ke dalam kota dan adanya saluran buangan dari kakus ke luar kota. Pada tahun 1579 di Inggris, khususnya di kota London sudah ada kebijakan yang mengatur untuk setiap 60 rumah di suatu jalan disediakan 3 buah kakus umum sistem komunal. Adanya kebijakan ini menunjukkan bahwa pada masa itu limbah domestik sudah menjadi masalah bagi masyarakat kota London. Pada tahun 1815 di Inggris sudah ada Undang-Undang yang melarang pembuangan air limbah ke saluran air hujan, karena pada akhirnya air hujan akan masuk ke sungai dan sungai merupakan sumber air bersih bagi masyarakat. Namun demikian dalam rangka memperbaiki keadaan, pada Tahun 1847 diberlakukan Undang-Undang yang mewajibkan warga London untuk membuang limbah dari kakus ke saluran air buangan. Namun air buangan dialirkan ke Sungai Thames, padahal sungai Thames dipergunakan sebagai sumber air minum. Setelah beberapa lama saluran pembuangan bocor dan akuifer air tanah tercemar dan Sungai Thames menjadi tidak nyaman untuk dipandang, bau dan menjadi sumber penyakit. Selang 7 Tahun dari kebijakan tersebut, tepatnya tahun 1854, terjadilah wabah kolera di Broad Street yang menewaskan orang. Sejak saat itu orang mulai sadar adanya hubungan antara limbah pada air minum dan penyakit, seperti kolera dan tipus. Air dan Budaya hidup nampaknya tidak banyak berubah, walaupun sudah ratusan tahun. Kondisi saat ini tidak jauh berbeda, sungai-sungai di kota besar, seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya mempunyai kecenderungan untuk tercemar dengan limbah dari domestik, industri dan pertanian. Pencemaran air di Jakarta telah menunjukkan gejala yang cukup serius, terutama yang berasal dari buangan industri dari pabrik-pabrik yang membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut, dan tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah masyarakat Jakarta itu sendiri, yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya makin hari makin besar sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota Jakarta. Kondisi tersebut diperburuk lagi dengan rendahnya kesadaran sebagian masyarakat yang membuang kotoran maupun sampah ke dalam sungai, dengan demikian akan mempercepat pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta. Padatnya pemukiman dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, serta buangan industri yang langsung dibuang ke badan air tanpa proses pengolahan telah menyebabkan pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta, dan air tanah dangkal di sebagian besar daerah di wilayah DKI Jakarta, bahkan kualitas air di perairan teluk Jakartapun sudah menjadi semakin buruk dari tahun ke tahun. Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domistik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga, dan yang ke tiga yakni air limbah dari perkantoran dan pertokoan daerah komersial. Saat ini selain pencemaran akibat limbah industri, pencemaran akibat limbah domistikpun telah menunjukkan tingkat yang cukup serius. Di Jakarta misalnya, sebagai akibat masih minimnya fasilitas pengolahan air buangan kota, mengakibatkan tercemarnya badan - badan sungai oleh air limbah domestik, bahkan badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minumpun telah tercemar pula. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum PU DKI Jakarta bersama-sama dengan Tim JICA 1989, Besarnya buangan air limbah dari rumah tangga per orang per hari adalah 118 liter, dengan konsentrasi BOD rata-rata 236 mg/lt dan pada tahun 2010 nanti diperkirakan akan meningkat menjadi 147 liter dengan konsetrasi BOD rata-rata 224 mg/lt. Jumlah air buangan secara keseluruhan di DKI Jakarta diperkirakan sebesar m3/hari, yakni air buangan domestik m3/hari, buangan perkantoran dan daerah komersial m3/hari dan buangan industri m3/hari. Untuk wilayah Jakarta, dilihat dari segi jumlah, air limbah domistik rumah tangga memberikan kontribusi terhadap pencemaran air sekitar 75 %, air limbah perkantoran dan daerah komersial 15 %, dan air limbah industri hanya sekitar 10 %. Sedangkan dilihat dari beban polutan organiknya, air limbah rumah tangga sekitar 70 %, air limbah perkantoran 14 %, dan air limbah industri memberikan kontribusi 16 %. Dengan demikan air limbah rumah tangga dan air limbah perkantoran adalah penyumbang yang terbesar terhadap pencemaran air di wilayah DKI Jakarta. Masalah pencemaran oleh air limbah rumah tangga di wilayah DKI Jakarta lebih diperburuk lagi akibat berkembangnya lokasi pemukiman di daerah penyangga yang ada di sekitar Jakarta, tanpa dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air limbah, sehingga seluruh air limbah dibuang ke saluran umum dan akhirnya mengalir ke badan-badan sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta. Ilustrasi mengenai pemakaian air dan nasibnya sebagai limbah cair tersebut memberi gambaran bahwa air merupakan sumberdaya yang harus dikelola secara hati-hati, mengingat pertumbuhan penduduk dan pengembangan industri selalu diikuti dengan peningkatan kebutuhan air bersih, bersamaan dengan itu terjadi pula peningkatan jumlah air limbah yang dibuang ke perairan, karena sebagian besar dari bersih yang dipakai akan dibuang ke perairan kembali sebagai limbah. 3. PENYAKIT DAN AIR Beberapa penyakit yang berhubungan dengan air Waterborne Deseases telah dikenal sejak lama. Pencemaran air minum oleh air limbah dan/atau oleh kotoran manusia tinja, yang mengandung organisme yang dapat menimbulkan penyakit, virus, bakteria patogen dan sebagainya, dapat menyebar dengan cepat ke seluruh sistem jaringan pelayanan air minum tersebut, serta dapat menyebabkan wabah atau peledakan jumlah penderita penyakit di suatu wilayah dalam waktu singkat. Beberapa ciri khusus penyebaran penyakit-penyakit tersebut antara lain yakni proses penularan umumnya melalui mulut; terjadi di daerah pelayanan yang airnya tercemar; penderita umumnya terkonsentrasi pada suatu wilayah secara temporer; penderitanya tidak terbatas pada suku, umur, atau jenis kelamin tertentu; meskipun sulit mendeteksi bakteri patogen dalam air, tetapi dapat di perkirakan melalui pemerikasaan/pendeteksian bakteri coli yang disebabkan oleh pencemaran tinja; dan waktu inkubasi biasanya sedikit lebih panjang dibandingkan apabila keracunan oleh makanan. Beberapa penyakit yang paling sering berjangkit antara lain yakni Disentri Penyebabnya adalah beberapa jenis bakteri dysentery baccilus, waktu inkubasi 1 - 7 hari, biasanya sekitar 4 hari atau kurang. Gejala penyakitnya antara lain bakteri dysentery yang masuk melalui mulut akan tumbuh di dalam perut besar, dan berubah secara lokal ke kondisi sakit misalnya timbulnya bisul pada selapur lendir mucous membrane. Gejala utama yakni mencret, mulas, demam, rasa mual, muntah-muntah, serta berak darah campur lendir. Infeksi penyakit ini dapat berjangkit sepanjang tahun. Penderita dan carriernya adalah sumber penuranan yang utama, dan penularannya dapat terjadi melalui makanan, air minum atau kontak orang ke orang. Tipus dan Paratifus Penyebabnya adalah jenis bacillus typhus dan parathyphus, dengan waktu inkubasi antara 1 sampai 3 minggu. Bakteri penyakit tersebut Arie Herlambang Pencemaran dan Strategi Penggulangannya JAI Vol. 2 , 2006 masuk melalui mulut dan menjangki pada struktur lympha getah bening pada bagian bawah usus halus, kemudian masuk ke aliran darah dan akan terbawa ke organ-organ internal sehingga gejala muncul pada seluruh tubuh misalnya seluruh badan lemas, pusing, hilang nafsu makan, dan timbul deman serta badan menggigil. Pada penderita yang serius sering timbul gejala pendarahan usus. Suhu badan berfluktuasi dan akan turun perlahan-lahan setelah infeksi berjalan tiga atau empat minggu, dan gejala umum juga hilang. Untuk penyakit paratyphus, gejalanya hampir sama, hanya lebih lunak. Sumber penularan yang utama adalah penderita itu sendiri atau carriernya, dan penularan dapat terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteria yang ada di dalam tinja penderita melalui air minum, makanan atau kontak langsung. Kholera Penyebabnya adalah bakteri patogen jenis vibrio cholerae, dan waktu inkubasinya antara beberapa jam sampai lima hari. Bakteri vibrio cholerae yang masuk melalui mulut akan berkembang di dalam usus halus small intestine, dan menghasilkan exotoxin yang menyebabkan rasa mual. Gejala yang penting yakni mencret atau diare dengan warna putih keruh dan muntah-muntah. Kadang-kadang juga terjadi dehidrasi, dan pada kasus yang serius kemungkin an dapat menyebabkan penderita menjadi koma. Keadaan kritis tersebut dapat dihindari apabila dilakukan penanganan yang sesuai. Sumber utama penunularan yakni air minum atau makanan yang terkontaminasi atau tercemar oleh kotoran atau muntahan penderita ataupun tercemar oleh inang atau pembawa bakteri kholera. Hepatitis A Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dengan waktu inkubasi antara 15 sampai 30 hari biasanya 30 hari. Infeksi umumnya terjadi melalui mulut. Gejala primairnya antara lain rasa mual, pusing disertai demam, dan rasa lelah/lemas di seluruh tubuh. Gelaja spesifik antara lain terjadinya pembengkaan liver dan timbul gejala sakit kuning. Sumber penularan yakni air minum atau makanan yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus hepatitis A. Poliomelistis Anterior Akut Penyebabnya adalah virus polio, waktu inkubasi antara 3 sampai 21 hari, biasanya antara 7 sampai 12 hari. Virus polio masuk melalui mulut dan menginfeksi seluruh struktur tubuh, kemudian menjalar melalui simpul saraf lokal, dan selanjutnya menyerang sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Beberapa gejala dapat terlihat antara yakni demam, rasa meriang/tak enak badan, tenggorokan sakit, pusing-pusing dan terjadi kejang mulut bibir atas dan bawah tidak dapat digerakkan. Sumber infeksi yakni virus polio yang terdapat pada tinja atau dahak penderita atau virus yang terbawa oleh inangnya carrier, dan penularan kadang-kadang juga melalui air minum atau makanan yang terkontaminasi tercemar. 4. PENYAKIT DAN ZAT KIMIA DALAM AIR Resiko atau bahaya terhadap kesehatan dapat juga akibat adanya kandungan zat atau senyawa kimia dalam air minum, yang melebihi ambang batas konsentarsi yang diijinkan. Adanya zat/senyawa kimia dalam air minum ini dapat terjadi secara alami dan atau akibat kegiatan manusia misalnya oleh limbah rumah tangga, industri dll. Beberapa zat /senyawa kimia yang bersifat racun terhadap tubuh manusia misalnya logam berat, pestisida, senyawa mikro polutan hidrokarbon, zat-zat radio aktif alami atau buatan dan sebagainya. Beberapa contoh senyawa kimia racun yang sering ada dalam air minum antara lain yakni Nitrat Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air minum yakni akibat kegiatan pertanian. Meskipun pencemaran nitrat juga dapat terjadi secara alami, tetapi yang paling sering yakni akibat pencemaran yang berasal dari air limbah pertanian yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk nitrogen urea. Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan methaemoglobinameia, yakni kondisi dimana haemoglobin di dalam darah berubah menjadi methaemoglobin sehingga darah menjadi kekurangan oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal, serta dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi. Fluorida Fluorida adalah senyawa kimia yang secara alami ada dalam air pada berbagai konsentrasi. Pada konsentrasi yang lebih kecil 1,5 mg/l , sangat bermanfaat bagi kesehatan khususnya kesehatan gigi, karena dapat mencegah kerusakan gigi. Tetapi pada konsentrasi yang besar lebih besar 2 mg/l, dapat menyebabkan kerusakan gigi fluorosis yakni gigi menjadi bercak-bercak. Pemaparan fluorida pada konsentrasi yang lebih besar lagi 3 - 6 mg/l, dapat menyebabkan kerusakan pada struktur tulang. Oleh kerana itu, dosis fluorida dalam air minum dibatasi maksimal 0,8 mg/l. Air Raksa Merkuri, Hg Air raksa atau mercury adalah unsur logam yang termasuk logam berat yang bersifat racun terhadap tubuh manusia. Bisanya secara alami ada dalam air dengan konsentrasi yang sangat kecil. Pencemaran air atau sumber air oleh merkuri umumnya akibat limbah limbah yang berasal dari industri. Pada tahun 1950an, kasus pencemaran oleh logam berar khusunya merkuri telah terjadi di teluk Minamata, Jepang, dan telah meracuni penduduk di daerah sekitar teluk Minamata tersebut. Logam merkuri atau air raksa Hg} ini dapat terakumulasi di dalam produk perikanan atau tanaman dan jika produk tersebut dimakan oleh manusia akan dapat terakumulasi di dalam tubuh. Akumulasi logam Hg ini dapat meracuni tubuh dan mengakibatkan kerusakan permanen terhadap sistem saraf, dengan gejala sakit-sakit pada seluruh tubuh. Oleh karena itu, di Jepang, penyakit karena kercunan merkuri Hg dinamakan penyakit Itai-itai yang berarti sakit-sakit, atau sering disebut juga dengan penyakit Minamata Minamata disease. Dari hasil peneletian, kasus penyakit di Minamata tersebut disebabkan karena pencemaran air oleh limbah yang mengandung merkuri khlorida HgCl yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik di sekitar teluk Minamata. Kadmium Konsentrasi kadmium Cd dalam air olahan finished water yang dipasok oleh PAM umumnya sangat rendah, karena umumnya senyawa alami senyawa kadmium ini jarang terdapat di dalam sumber air baku, atau jika ada konsentrasinya di dalam air baku sangat rendah. Selain itu dengan pengolahan air minum secara konvesional, senyawa kadmium ini dapat dihilangkan dengan efektif. Air minum biasanya mengandung kadmium Cd dengan konsentrasi 1 µg, atau kadang-kadang mencapai 5 µg dan jarang yang melebihi 10 µg. Pada beberapa wilayah tertentu yang struktur tanahnya banyak mengandung kadmium, air tanahnya kadang juga mengandung kadmium dengan konsentrasi agak tinggi. Konsentrasi kadmium dalam air minum yang cukup tinggi, kemungkinan juga dapat terjadi pada wilayah yang dipasok dengan air dengan pH yang sedikit asam. Hal ini disebabkan karena pada pH yang agak asam bersifat korosif terhadap sistem plumbing atau bahan sambungan perpipaan yang mengandung kadmium. Tingkat konsentrasi kadmium ini merupakan fungsi berapa lama air kontak/berhubungan dengan sistem perpipaan plumbing system, dan sebagai akibatnya apabila dilakukan pemeriksaan contoh pada lokasi yang sama, seringkali terdapat variasi tingkat konsentrasi. Oleh karena itu untuk mendapatkan konsentrasi rata-rata yang akurat, memerlukan data yang cukup banyak. Keracunan oleh kadmium menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala penyakit akibat keracunan senyawa merkuri Hg atau penyakit Minamata. Berdasarkan baku mutu air minum yang dikeluarkan oleh WHO 1971, kadar kadmium maksimum dalam air minum yang dibolehkan yakni 0,01 mg/l, sedangkan menurut Peraruran Pemerintah Republik Indonesia No 20 Tahun 1990, kadar maksimum kadmium dalam air minum yang dibolehkan yakni 0,005 mg/l. Selenium Selenium dalam air dengan konsentrasi yang agak tinggi biasanya terdapat di daerah seleniferous. Di daerah seperti ini kandungan selinium dalam air tanah sumur ataupun air permukaan dapat mencapai orde mg/l. Berdasarkan penelitian terhadap tikus betina, LD50 akut melalui mulut untuk sodium selenate yakni 31,5 mg/kg berat tubuh, dan berdasarkan pengetesan toksisitas akut terhadap tikus, menunjukkan penurunan gerakan spontan, pernafasan yang cepat dan hebat, diare dan selanjutnya mati karena susah bernafas. Gejala subakut meliputi menurunnya laju pertumbuhan, terjadi hambatan terhadap intake makanan, dan keluarnya cairan kotoran tinja. Berdasarkan hasil penelitian terhadap tikus dengan memberikan dosis secara kontinyu selama satu bulan melalui mulut, gejala toksisitas subakut dari sodium selenate terjadi pada dosis 1 mg/kg/hari untuk tikus jantan dan 5 mg/kg/hari untuk tikus betina. Setelah pemberian dosis terus-menerus selama satu bulan, terjadi anemia yang disebabkan menurunya jumlah sel darah merah serta jumlah haemoglobin, dan berdasarkan hasil pembedahan terjadi akumulasi sodium selenate pada hati, ginjal, testis, paru-paru dan limpha. Bedasarkan penelitian toksisitas baik akut maupun subakut dari selenium tersebut maka WHO menetapkan kadar maksimun selenium yang dibolehkan dalam air minum yakni 0,01 mg/l, dan menurut Peraruran Pemerintah Republik Indonesia No 20 Tahun 1990, kadar maksimum selenium dalam air minum yang dibolehkan juga 0,01 mg/l. Trihalomethan Saat ini beberapa salah satu masalah yang banyak dijumpai dalam air minum yakni masalah yang termasuk polutan mikro yang Arie Herlambang Pencemaran dan Strategi Penggulangannya JAI Vol. 2 , 2006 terjadi akibat hasil samping proses khlorinasi. Senyawa tersebut antara lain yakni trihalomethan atau disingkat THMs. Trihalomethane adalah senyawa organik derivat methan CH4 yang mana tiga buah atom Hidrogen Hnya diganti oleh atom halogen yakni khlor Cl, Brom Br, Iodium I. Beberapa senyawa trialomethane yang umum dijumpai antara lain yakni khloroform CHCl3, dibromokhloromethan CHBr2Cl, bromoform CHBr3. Jumlah total ke empat senyawa tersebut sering disebut total trihalomethan TTHM. Selain ke empat senyawa tersebut di atas masih ada beberapa senyawa trihalomenthan lainnya tetapi biasanya kurang stabil. Adanya senyawa trihalomethan dalam air minum ini pertama kali diungkapkan oleh J. Rook pada sekitar tahun 1972. Pada tahun 1975 Rook mempresentasikan secara lebih lengkap hasil penelitiannya tentang beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya senyawa THMs dalam air minum. Rook menyatakan bahwa senyawa THMs terbentuk akibat reaksi antara senyawa khlorine dengan senyawa alami seperti senyawa humus yang ada dalam air baku. Setelah penemuan Rook tersebut, Environmental Protection Agency EPA Amerika Serikat mempresentasikan hasil penelitian yang dilakukan oleh “National Organic Reconnaissance Survey NORS yang menyatakan bahwa THMs ditemukan hampir di seluruh air miunm finished water dan hanya kadang-kadang saja ditemukan pada air bakunya. Pada tahun 1976, National Cancer Institute mengumumkan bahwa senyawa khloroform yang merupakan senyawa senyawa THMs yang sering dijumpai dalam air minum, dengan dosis yang cukup tinggi dapat menyebabkan kanker pada tikus. Sekarang ini, hampir tidak ada keraguan lagi bahwa senyawa THMs khususnya khloroform adalah senyawa yang sangat potensial dapat menyebabkan kanker. Oleh karena itu, konsentrasi senyawa THMs dalam air maksimum yang dibolehkan umumnya yakni 0,01 mg/l, bahkan ada beberapa standar menetapkan konsentrasi maksimum THMs dalam air minum lebih kecil dari yang tersebut diatas. 5. PENYAKIT DAN KEBERSIHAN Cara Masuk Penyakit Diare atau sering disebut "buang-buang air" adalah penyakit yang erat kaitannya dengan kebersihan. Penyakit ini adalah salah satu penyakit yang paling banyak terjadi di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Yang paling banyak terserang penyakit ini umumnya adalah anak-anak balita, dan bila keadaannya parah seringkali dapat menyebabkan dehidarasi, yang apabila tidak ditangani dengan segera dapat pula menyebabkan kematian. Bakteri patogen yang menyebabkan penyakit ini berasal dari tinja, dan masuk ke tubuh manusia lewat mulut melalui makanan atau minuman atau melalui kontak orang ke orang. atau secara langsung melalui inangnya misalnya oleh lalat. Pencegahan Sering kali organisme penyebab infeksi enterik tersebut diakibatkan oleh kondisi lingkungan rumah yang kotor dan tidak sehat. Hal tersebut juga sering diakibatkan oleh pencucian tangan yang kurang bersih pada waktu buang kotoran. Salah satu faktor adalah perlunya peningkatan ketersediaan air bersih dalam sarana sanitasi. Akhir-ahkir ini mulai banyak dijual tisu basah atau dalam bentuk cairan, yang mengandung disinfektan dan mulai banyak digunakan dalam kalangan terbatas. Penyakit bisa juga terjadi akibat makanan atau minuman yang dijual oleh penjaja atau warung-warung yang kebersihannya kurang memandai. Salah satu cara yang paling sederhana untuk mencegahnya adalah menghindarinya. Kebersihan lingkungan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan kebersihan lingkungan adalah peningkatan pelayanan air bersih, disamping itu perlu diupayakan perbaikan pada sistem pembuangan limbah atau pengolahan kotoran manusia tinja, serta dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan atau lebih luas lagi mengenai kesehatan lingkungan. 6. STRATEGI PENANGULANGAN Pengaturan Tata Ruang Tata Ruang memegang peranan penting dalam pengelolaan lingkungan. Tata Ruang yang baik mengatur pemanfatan ruang dengan mempertimbangkan beban lingkungan yang akan muncul jika ruangnya sudah terpakai. Tata Ruang yang berwawasan lingkungan akan menghasilkan model-model kota atau desa yang akrab dengan lingkungan atau yang sekarang dikenal dengan "eco city". Untuk kota lama yang sudah terbangun memang sulit untuk menatanya kembali, namun demikian bukanlah tidak mungkin untuk dilakukan. Dengan bantuan penegakan hukum dan pembinaan yang terus menerus serta sosialisasi yang baik hal itu bisa dilakukan. Aspek Legal Pembinaan Dan Penegakan Hukum Pemerintah berperan sangat penting, terutama dalam penegakan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Keputusan Gubernur atau Bupati. Peraturan lingkungan banyak berubah dan bertambah dari tahun ke tahun, oleh karena itu perlu terus dilakukan sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Pelanggaran lingkungan banyak terjadi karena sebagian masyarakat belum membaca atau memahami peraturan-peraturan yang ada, mengingat isu lingkungan masih relatif baru buat Indonesia dan penegakan hukumnya masih sangat minim dibanding kasus-kasus lain. Penegakan peraturan harus diikuti pula oleh monitoring yang handal untuk mendukung data-data pencemaran. Pembuktian kasus pencemaran merupakan salah satu kelemahan yang sering terjadi dan kondisi ini mempersulit dalam penegakan hukum lingkungan di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan laboratorium lingkungan yang independen dan terakriditasi dan mempunyai sertifikasi secara internasional guna mendukung penegakan hukum. Dalam rangka pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dipergunakan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Dalam pasal 8, PP No 82 Tahun 2001 dikenal kriteria mutu air berdasarkan kelas, dimana klasifikasinya adalah sebagai berikut • Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; • Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana / sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; • Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut; • Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertamanan dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 merupakan perubahan dari Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990. Pada PP. No. 82 tahun 2001 ini sudah tidak terdapat lagi kelas air yang siap dapat diminum, seperti Golongan A pada PP. No. 20 tahun 1990. Kelas terbaiknya adalah air yang peruntukkannya digunakan sebagai air baku air minum Lampiran 1. Dengan adanya Pada PP. No. 82 tahun 2001, sebaiknya diikuti oleh pengkelasan badan air. Dengan demikian bagi Industri atau Pemukiman yang membuang limbah di badan air tersebut akan mempertimbangkan kelas peruntukkan badan air. Titik kritis perhatian terletak pada badan air yang termasuk dalam kelas satu. Dalam kondisi seperti itu apakah mungkin baku mutu air dapat berbeda dari yang ditetapkan oleh Kepmen No. 51/MENLH/10/1995 ?. Dengan Adanya otonomi daerah, pemerintah daerah sangat memungkinkan untuk mengeluarkan Perda yang aturannya lebih ketat dari Kepmen No. 51/MENLH/10/1995, dengan demikian sumber air baku untuk minumnya dapat terlindungi. Baku Mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 adalah merupakan standard badan air stream standard, sedangkan standard buangan mengacu pada standard baku mutu. Untuk baku mutu buangan tergantung kepada jenis kegiatannya, sebagai contoh 1 Baku mutu limbah cair bagi Kegiatan Industri diatur oleh KEPMEN LH Nomor 51/MENLH/10/1995; dalam Kepmen ini industri yang diatur 1. Soda/klor, 2. Pelapisan logam, 3. Penyamakan kulit, 4. Minyak sawit, 5. Pulp dan kertas, 6. Karet, 7. Gula, 8. Tapioka, 9. Tekstil, 10. Pupuk urea, 11. Ethanol, 12. Monosodium glutamat, 13. Kayu lapis, 14. Susu dan makanan yang terbuat dari susu, 15. Minuman ringan, 16. Sabun, deterjen dan produk minyak nabati, 17. Bir, 18. Baterei sel kering, 19. Cat, 20. Farmasi dan 21. Pestisida. 2 Baku mutu limbah cair bagi kegiatan hotel diatur oleh KEPMEN LH Nomor 52/MENLH/10/1995; 3 Baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit diatur oleh KEPMEN LH Nomor 58/MENLH/12/1995; dan 4 Baku mutu limbah cair bagi kegiatan minyak dan gas serta panas bumi diatur oleh KEPMEN LH Nomor 42/MENLH/10/1996. Sudah menjadi rahasia umum, walaupun lebih dari 75% pencemaran pada sungai-sungai besar berasal dari limbah domestik, seperti pemukiman dan perkantoran, namun demikian Arie Herlambang Pencemaran dan Strategi Penggulangannya JAI Vol. 2 , 2006 mengenai baku mutu limbah domestik belum diatur secara khusus. Namun demikian baku mutu yang lebih mendekati untuk limbah domestik adalah baku mutu limbah hotel, yang diatur dalam KEPMEN LH Nomor 52/MENLH/10/1995. Perlindungan Sumber Air Perlindungan sumber air meliputi perlindungan daerah resapan air dengan cara pembatasan bangunan, pelarangan penebangan hutan dan pembukaan hutan, penguasaan sumber-sumber air oleh individu atau pengambilan yang berlebihan, perlindungan dari pencemaran baik oleh domestik maupun oleh Industri. Sebagai langkah pencegahan sumber air perlu dilindungi dari pencemaran, oleh karena itu bagi Industri yang terletak di daerah hulu, harus dikenai peraturan lingkungan yang lebih ketat dibandingkan yang terletak di hilir, karena jika mereka membuang limbah ke sungai atau perairan sekitar, maka air tersebut akan mengalir ke daerah hilir dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan jika terjadi pencemaran dampaknya akan sangat luas. Dalam rangka perlindungan Sumberdaya Air ini telah telah dikeluarkan Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sebagai pengganti Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang pengairan. yang dianggap sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan, dan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 telah diatur mengenai perlindungan sumberdaya air. Monitoring dan Evaluasi Data perupakan penunjang yang sangat penting dalam mengevaluasi kondisi lingkungan dan penegakan hukum lingkungan. Untuk menghindari adanya perdebatan yang berkepanjangan tentang permasalahan lingkungan diperlukan pusat data. Untuk pengisian data diperlukan monitoring, terutama perairan-perairan yang dianggap rawan atau daerah industri yang diduga mencemari. Mengingat luasnya kegiatan dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk monitoring, maka tidak setiap daerah dapat dimonitor kualitas air secara rutin. Dalam kondisi normal monitoring yang tidak rutin tidak menimbulkan masalah, tetapi mungkin situasi tersebut dimanfaatkan oleh industri yang nakal untuk membuang limbahnya disaat lengah. Akibatnya sasaran kegiatan untuk perbaikan lingkungan tidak pernah tercapai. Penegakan hukum tidak dapat dilakukan dengan tegas tanpa didukung data pendukung hasil monitoring yang akurat dan kontinu. Data hasil monitoring juga harus diolah dalam database yang bagus dan format yang baku, mengingat demikian banyaknya permasalahan lingkungan yang ada membutuhkan kecepatan dalam proses pencarian berkas dan proses pembaharuan atau penambahan data. Dengan berkembangnya teknologi, proses monitoring dapat dilakukan secara on line atau langsung, terutama pada wilayah atau daerah yang dianggap kritis dan perlu pemantauan secara kontinu. Pengukuran pada on line monitoring dapat dilakukan secara regular dengan selang waktu yang ditentukan atau pada saat terjadi kejadian kritis dimana parameter yang diukur jauh melebihi standard baku yang ditetapkan. Data hasil monitoring sangat berguna untuk evaluasi kegiatan atau program yang telah dan sedang berjalan, apakah ada perbaikan kondisi lingkungan atau tidak. Sebagai contoh, pada suatu aliran sungai yang sedang dilakukan program kali bersih diukur kondisi awalnya, setelah program selesai apakah ada perbaikan dapat dilihat dari hasil monitoringnya apakah ada perubahan yang cukup berarti dari program yang dilaksanakan. Kelembagaan Kelembagaan sangat menentukan dalam pengelolaan lingkungan. Dalam skala nasional lembaga yang berwenang adalah Kementrian Lingkungan Hidup, dalam skala propinsi ada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup BPLHD, beberapa tempat di daerah masih memakai nama Kantor atau Dinas. Dalam dekade terakhir kelembagaan sudah jauh lebih baik dibanding dekade lalu, dan lingkungan sudah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan masyarakat. Hanya saja yang perlu disoroti adalah jumlah sumberdaya manusia SDM yang masih dirasa kurang, padahal permasalahan lingkungan demikian banyaknya. Kekurangan SDM tersebut dapat disiasati dengan memberi peran dan ruang gerak yang lebih besar pada Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, agar berperan lebih aktif dalam perbaikan lingkungan. Pemerintah hanya bertindak sebagai koordinator dan motivator. Kelompok Sadar Lingkungan Dan Lembaga Swadaya Masyarakat Penanganan lingkungan perlu didukung oleh masyarakat. Pembentukan Kelompok Sadar Lingkungan Darling dapat dalam skala nasional maupun lokal. Namun berdasarkan pengalaman yang ada, kelompok sadar lingkungan dalam skala lokal lebih nyata hasilnya dan dapat dilihat. Kelompok Darling yang sukses akan memotivasi kelompok lain, baik yang berada di hulu dan hilirnya. Penghargaan bagi kelompok yang sukses juga perlu dilakukan secara konsisten oleh pemerintah sebagai langkah pembinaan. Permasalahan lingkungan mem-punyai kecenderungan akan meningkat dari tahun ke tahun, oleh karena itu pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dan dibutuhkan partisipasi masyarakat yang lebih kuat, dalam bentuk swadaya dan swadana masyarakat maupun investasi komersil yang difasilitasi oleh pemerintah. Kelompok Darling yang maju dapat berkembang ke arah Industri Lingkungan yang menjual produknya seperti kompos, tanaman hias atau kertas daur ulang yang mempunyai nilai komersil. Gerakan Kelompok Darling ini sebaiknya dilakukan secara nasional, dan kalau perlu dilombakan seperti Klompencapir, dengan membiasakan diri untuk memelihara lingkungan dan membisakan diri untuk hidup bersih, diharapkan lingkungan akan berkembang lebih baik dan sehat dari tahun ke tahun. Produksi Bersih Produksi bersih merupakan kegiatan internal dari pemilik usaha, namun demikian kegiatan ini juga mendapat respon yang bagus dari Pemerintah. Produksi bersih bisa dimulai dari pemilihan bahan baku, pemilihan proses yang akrab lingkungan, pengepakan, sampai dengan proses pengiriman produk. Namun demikian untuk produksi bersih diperlukan semacam standard baku mutu untuk produk tertentu, misalnya berapa banyak jumlah limbah cair yang wajar dihasilkan untuk satu bungkus mie instanst ? Dengan demikian siapapun akan dengan mudah mengetahui, apakah proses pembuatan mie tersebut akrab lingkungan atau tidak. Usaha untuk melakukan produksi bersih banyak dilakukan oleh industri-industri yang berorientasi export untuk mendapatkan ISO 14000, karena negara pengimport mempersyaratkan untuk semua produknya akrab lingkungan. Produksi bersih belum masyarakat secara baik di Indonesia, karena konsumen tidak mempunyai banyak informasi, sehingga dalam pemilihan barang produk, konsumen hanya semata-mata menilai dari kualitas dan harga yang dianggap layak. Teknologi Pengolahan Limbah Sebagai langkah pencegahan, sebaiknya setiap orang berprinsip untuk tidak membuang limbah ke perairan. Pertanyaannya adalah apakah mungkin itu terjadi ? Bagi masyarakat atau industri atau kegiatan yang terletak ditepi sungai, contohnya, akan secara sengaja atau tidak sengaja akan mengalirkan limbahnya ke sungai karena faktor topografi semata. Oleh karena itu dengan adanya sosialisasi Undang-Undang dan Peraturan yang ada maka, diharapkan dengan kesadaran penuh mereka akan mengolah limbahnya sebelum dibuang ke perairan. Teknologi Pengolahan Limbah, banyak macam dan ragamnya. Setiap jenis limbah mempunyai kekhususan dalam teknologi, tergantung jenis limbah yang akan diolah dan tingkat kesulitan dalam pengolahan. Teknologi pengolahan limbah yang ada di pasar, sebagian besar adalah merupakan paket teknologi, oleh karena itu didalam pemilihan teknologi, sebaiknya dilakukan dahulu semacam penelitian untuk mengetahui karakter limbah yang akan diolah. Dengan mengetahui karakter limbah kita akan menentukan proses pengolahan limbah yang akan dilakukan, waktu yang dibutuhkan untuk proses pengolahan, bahan dan energi yang akan digunakan, biaya konstruksi dan operasi yang akan dikeluarkan. Pengetahuan akan teknologi pengolahan limbah penting agar tidak terjadi pemborosan yang berakibat kerugian. Pajak Dan Bank Lingkungan Perbaikan, pemeliharaan, dan pembangunan lingkungan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dibutuhkan suatu cara untuk mengumpulkan dana untuk pembangunan lingkungan. Selama ini, pembiayaan lingkungan tidak jelas asal-usulnya, sehingga sulit diprediksi kapan permasalahan lingkungan akan teratasi. Salah satu cara yang paling mungkin, adalah penerapan pajak lingkungan. Masalahnya bagaimana menentukan besarnya pajak lingkungan ? Dalam pajak PPN atau Pajak Pertambahan Nilai dari bahan baku menjadi barang jadi, sudah umum diketahui besarnya adalah 10%. Padahal banyak orang juga tahu bahwa dalam memproduksi barang selalu menghasilkan limbah, baik berupa air limbah atau sampah atau pencemaran udara, ataupun hanya berupa emisi panas. Dengan demikian pajak lingkungan sebaiknya diambil dari sebagian pajak PPN yang besarnya berkisar 0,5 – 1%. Dana tersebut dapat digunakan untuk perbaikan lingkungan dan membangun industri lingkungan. Industri lingkungan akan sulit berkembang, jika menggunakan dana komersil yang diambil dari Bank Komersil, karena bisnis lingkungan umumnya mempunyai break event point yang lama lebih dari 5 tahun. Oleh karena itu dibutuhkan Bank Lingkungan yang dananya dikumpulkan dari Pajak Lingkungan untuk mendanai perbaikan lingkungan dan pembangunan lndustri lingkungan dengan bunga yang sangat rendah dan masa tenggang pinjam yang lama. Pembangunan Industri Lingkungan juga dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, Arie Herlambang Pencemaran dan Strategi Penggulangannya JAI Vol. 2 , 2006 walaupun masih perlu ditunjang dengan penghargaan masyarakat yang lebih tinggi bagi mereka yang bekerja di sektor lingkungan. Industri Lingkungan Permasalahan lingkungan sering menjadi permasalahan pemerintah. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan industri, permasalahan lingkungan, baik pencemaran pada air, tanah, udara dan permasalahan sampah semakin meningkat dari hari ke hari. Akibat dari itu nampaknya pemerintah menjadi sangat sibuk mengurusi limbah dari tahun ke tahun dan kesibukan itu berakibat meningkatnya anggaran yang harus disediakan. Bersamaan dengan pembangunan dibidang ekonomi yang masih membutuhkan dana, perbaikan lingkungan sering tidak mendapat perioritas dalam pembangunan, dan bahkan cenderung pembiayaan perbaikan lingkungan didapat dari hutang atau bantuan luar negeri. Pandangan untuk melihat limbah sebagai sumberdaya memberi angin segar untuk sejenak menatap peluang yang muncul bahwa pengolahan limbah menjanjikan keuntungan dalam berusaha. Pembangunan Industri yang bergerak di bidang lingkungan sebaiknya dilaksanakan secepat mungkin, agar Industri tersebut dapat menjadi partner pemerintah dalam mengatasi masalah lingkungan. Saat ini industri yang bergerak dibidang lingkungan masih sangat sedikit, baru ada seperti PDPAL Jaya, PT WGS, dan perusahaan-perusahaan kecil yang belum muncul namanya. Jika Industri Lingkungan terus dibina dan menjadi besar dan sehat, maka suatu saat pemerintah tidak terlalu sibuk mengurusi lingkungan, namun lebih berkonsentrasi dalam membuat kebijakan-kebijakan di bidang lingkungan. 7. P E N U T U P Kerusakan dan penurunan sumberdaya air terus terjadi dan semakin parah dari tahun ke tahun. Langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan sudah banyak dilakukan, namun kerusakan tetap saja berjalan dengan kecepatan yang tidak terduga. Pencemaran air saat ini terjadi hampir diseluruh kota besar dunia dan sudah berlangsung ratusan tahun. Pengalaman negara maju ketika revolusi industri 150 tahun lalu, memberi rasa optimis bahwa masih ada kesempatan untuk Indonesia memperbaiki pencemaran yang terjadi. Dalam penanggulangan pencemaran air, perlu dikenali terlebih dahulu sumber pencemaran, material pencemaran, sifat dan karakter bahan pencemar, kemudian kemudian dilakukan pengambilan keputusan untuk mengatasi pencemaran. Pencemaran air berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan perairan. Banyak penyakit yang berhubungan dengan air yang kotor. Perlu dilakukan penggolongan atas kelas sumber air sebagai langkah pencegahan untuk perlindungan sumber air dari pencemaran dan panduan bagi penetapan baku mutu air limbah. Penetapan baku mutu air limbah harus memperhatikan kelas badan air penerima dan tidak semata-mata hanya kepada jenis industrinya. Dalam pengendalian pencemaran perlu dilakukan perlindungan sumber air dengan cara menata tata ruang yang berwawasan lingkungan dan dilindungi oleh undang-undang yang berlaku. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan dalam rangka membuat sistem data yang terpadu dan kontinu, guna menunjang penegakan hukum bagi pelangaran undang-undang. Agar kordinasi kegiatan lingkungan dapat berjalan baik diperlukan kelembagaan yang mantab dan mampu memantau semua kegiatan yang berdampak lingkungan dengan dibantu oleh Lembaga Swadaya Masyarakat. Pembentukan dan pembinaan kelompok sadar lingkungan sangat diperlukan sebagai contoh nyata pengelolaan lingkungan yang baik untuk setiap wilayah atau propinsi. Perlu penguasaan teknologi pengolahan limbah untuk mengatasi pencemaran dengan biaya investasi dan operasional yang murah. Industri lingkungan juga perlu ditumbuhkan untuk meringankan beban pemerintah dalam mengatasi persoalan lingkungan, dan guna menunjang biaya investasi perlu diadakan bank lingkungan yang sumber dananya diambil dari pajak lingkungan. DAFTAR PUSTAKA 1. Abel. 1989. Water Pollution Biology, Ellis Horwood Limited, Chichester, West Sussex, England. 2. Alaerts, G. Dan Santika, 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. 3. Brault, 1991. Water Treatment Handbook. 6 th edition. Volume I dan II. Degremont. Lavoiser Publishing. Paris. 4. Djoko Pitono, 2003, Sumbangan Brantas Untuk Pembangunan Berkelanjutan, disajikan dalam Seminar Sistem Monitoring Pencemaran Lingkungan Sungai dan Teknologi Pengelolaannya, Hotel Panghegar, Bandung, 8-9 Juli 2003, Penyelenggara PPET, LIPI. 5. Gabriel Bitton. 1994. Wastewater Microbiology, A John Wiley & Sons, INC., New York. 6. Gordon Culp. 1984. Trihalomethane Reduction in Drinking Water. Technologies, Cost, Effectiveness, Monitoring, Compliance. Noyes Publications. New Yersey. USA. 251 Hal. 7. Lay. dan Hastowo .S. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 8. Manahan, 1994. Environmental Chemistry. 6 th Edition. Lewis Publishers. Boca Raton, Florida. 810 hal. 9. MetCalf dan Eddy. 2003. Waste Water Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse. 4 th Edition, Revised by George Tchobanoglous and Franklin. L. Burton. Mc Graw Hill. New York. 1334 Hal. 10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 12. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 13. PP nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 14. Saeni, Kimia Lingkungan. Dep. P&K. Ditjen Dikti. PAU ilmu Hayat IPB, p. 15. Sawyer. dan McCarty. 1989. Chemistry For Environmental Engineering, International edition, McGraw-Hill Book, Singapore. 16. Surat Keputusan Tiga Menteri; Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum, No. 19 tahun 1984, No. 059/Pkts-II/1984 tentang Penanganan Konservasi Tanah dalam Rangka Pengamanan Daerah Aliran Sungai Prioritas. 17. Sutopo Purwo Nugroho, 2002, Pengelolaan DAS dan Sumberdaya Air yang Berkelanjutan, Peluang dan Tantangan Pengelolaan Sumberdaya Air di Indonesia, hal 165. 18. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 19. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. 20. Viessman. W. Jr. dan Hammer. 1985. Water Supply and Pollution Control. 4th Editon. Harper and Row Publishers. New York. 796 hal. 21. Wisnuprapto dan Mohajit. 1992. Prinsip Dasar Pengendalian Pencemaran Air. PAU. Bioteknologi ITB, Bandung. 22. Yuli. S. Slamet. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 225 hal. ... Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan komposisi air oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Dari definisi tersebut tersirat bahwa pencemaran air dapat terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja dari kegiatan manusia Herlambang, 2006. ...... Polusi air tanah dapat menimbulkan permasalahan yang serius jika tidak diperhatikan. Hal ini disebabkan karena air tanah adalah sumber air yang dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum Herlambang, 2006, Sudarmadji, 2007. Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan dampak dari buangan dari penggunaan lahan yang ada Tafangenyasha dan Dzinomwa, 2005. ...Thevitha Refiani ViolaAs'ari As'ariSeni Herlina Juita TongkukutChristin MalinggasSistem hidrologi suatu daerah dipengaruhi oleh bentuk topografi permukaan yang merupakan daerah tangkapan air hujan. Air hujan yang mengalami infiltrasi ke dalam tanah menjadi aliran air tanah yang mempunyai pola hidrologi tertentu. Pemetaan hidrologi air tanah bawah permukaan telah dilakukan di Kawasan Ilo-Ilo desa Wori menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi wenner Alpha. Pengukuran dilakukan pada 4 lintasan dengan spasi elektroda 10 m, 48 elektroda dan panjang setiap lintasan 480 m. Daerah penelitian terbagi menjadi 2 pola sistem hidrologi yang terpisah yaitu hasil penelitian menunjukkan bahwa lintasan 3 merupakan area yang mempunyai akuifer paling besar dan permukaannya merupakan daerah tangkapan air. Air tanah cenderung mengalir ke arah lintasan 3, karena kondisi akuifer yang lebih dalam > 60 m pada kedua sistem hidrologiThe hydrological system of an area is affected by the shape of the surface topography which is a rainwater catchment area. Rainwater infiltrated into the soil becomes a groundwater flow that has a certain hydrological pattern. The mapping of subsurface hydrological groundwater in the Ilo-Ilo area of Wori village using the Wenner Alpha configuration of resistivity geoelecrical methods has been done. Measurements was made on 4 path with 10 m electrode spacing, 48 electrodes and length of each path is 480 m. The study area is divided into 2 separate hydrological system patterns. The result show us that path 3 is the area that has the largest aquifer and its surface is a water catchment area. Groundwater tends to flow toward path 3, due to deeper aquifer conditions > 60 m in both hydrological systems... Upaya ini diantaranya berupa pengaturan jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang ke sungai. Pengaturan jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang ke sungai didasarkan atas kajian ilmiah tentang daya tampung beban pencemaran pada sungai Mahida, 2004;Herlambang, 2006. ...... Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bahan pencemar yang dibuang ke sungai tidak melampaui kemampuan air sungai untuk membersihkan sendiri. Kemampuan air untuk membersihkan diri secara alamiah dari berbagai kontaminan dan pencemar dikenal sebagai swa pentahiran atau self purification Metcalf & Eddy 1979;Herlambang, 2006 Permukiman di tepi sungai atau yang sekarang sering disebut Stren Kali atau bantaran sungai bukanlah hal yang baru. Sungai tidak hanya merupakan sarana transportasi tetapi juga merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. ...Yenni PigomeMujiati MujiatiHarmonis RanteThe riverbank area is a waterfront area that has several advantages, especially those related to more strategic functions and accessibility. The geographical condition of the State of Indonesia, especially Papua Province, which has many rivers as a life orientation, makes the riverbanks a place to live and get a livelihood. This study aims to determine or identify the factors that influence environmental pollution of the Acai River, analyze community behavior towards environmental conditions, what efforts can be made in environmental management and what are the activities and behavior of the people living on the banks of the Acai River. The results showed that the factors that influence the pollution are the lack of garbage collection basins, disposal of activity waste to the community into the river. Then the behavior of the community still does not pay attention to the environment and does not care about the condition of the environment around them, especially regarding the Kali Acai River. Recommendations of this study are intense socialization to raise awareness to the community, and intense cross-stakeholder care involving elements of the government, NGOs and local communities to produce integrated environmental management.... Secara awam air yang tercemar mudah dikenali dengan menggunakan indra penglihatan, penciuman maupun perasa. Air murni pada umumnya jernih atau tembus cahaya, tidak keruh atau berwarna, tidak menghasilkan bau dan ketika dirasakan dengan lidah tidak adanya rasa asam atau getir Herlambang., 2006. Pencemaran air terjadi karena adanya material atau bahan-bahan yang berasal dari kegiatan manusia, baik material organik dan anorganik yang sifatnya beracun atau tidak beracun, yang secara langsung maupun tidak langsung masuk ke dalam air Efbertias, S., dkk., 2022 ...... These impacts must be addressed appropriately, especially in wastewater management. Domestic wastewater disposal has a very big impact on the environment, wastewater disposal without going through the treatment process will result in environmental pollution of raw water sources for drinking water, both surface water and groundwater Herlambang, 2006;Widiyanto et al., 2015. River pollution in urban areas, more than 60% comes from domestic activities, including due to the local WWTP system that dominates residential areas has not been effective in meeting effluent quality standards Hastuti & Agustien, 2013;Yuliana, 2013. ...Imtiyaz Olaf JatmyKatharina OginawatiThe West Java Provincial Government has inaugurated a community-based sanitation program in 18 Bandung Regencies. Especially in the Citarum watershed, domestic waste contributes 68% to river pollution and has water quality status over the past 10 years, showing 54% heavily polluted, 23% moderately polluted, 20% lightly polluted, and only 3% meeting quality standards. Efforts to improve domestic wastewater pollution control require the selection of technology that is influenced by many factors, so a theoretical and practical approach that pays attention to sustainability aspects is needed. Neglasari Village, Banjaran District, Sayati village, Margahayu district, and Cipaku village, Paseh District, are Kcamatan in Bandung Regency who have run the Sanimas program that has not met the muku standards, so it is necessary to improve the performance of the Sanimas wastewater treatment plant that is sustainable. From the location of the S animal wastewater treatment plant spread from the upper reaches of the river, the location of the Sanimas wastewater treatment plant is in a densely populated area and sanitation-prone area, also has the need to deal with sanitation problems. This research was conducted using the SWOT method. A SWOT analysis is performed to obtain recommendations for priority strategies.... Sungai terdiri dari beberapa bagian yaitu bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai dimana kemudian beberapa anak sungai ini akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Manfaat terbesar sebuah sungai disamping sebagai tempat hidup beragam biota seperti makroinvertebtara, adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai Herlambang, 2006. Untuk Bali, sungai-sungai semacam ini banyak jumlahnya yang dalam bahasa local disebut tukad. ...I Gede Agus Isha PurusaI Wayan Arthana I Wayan Darya KartikaCangkir and Pakerisan are two rivers which are located in Gianyar-Bali Regency, each with a length of 23 km km2 of watershed area and km km2 of watershed area. These two rivers empties into Lebih Beach that each has a species diversity and abiotic factors. At the upstream of the rivers were occupied by tourism activities that can affect the ecosystem. This study aims to determine the diversity and distribution of macroinvertebrates in the two rivers. Sampling stations were situated at upstream area with 5 stations and 3 replications 15 points on each river. Sample identification was carried out at the Laboratory of Water Resources Management, Faculty of Marine Science and Fisheries, Udayana University. It was found four species, namely Littorina carinifera, Melanoides torulosa, Parathelphusa convexa, and Bellamya javanica. At upstream of Cangkir and Pakerisan rivers had species of random category distribution pattern with the Morisita Distribution Index value that equal to one. Physical and chemical factors had a major influence on the ecological conditions of the two rivers. The environmental conditions that consisting of substrate type, several physical and chemical parameters were unable to support the life of various biota species found in these aquatic ecosystems.... Water consumption has doubled in the last 50 years and humans have failed to prevent water quality degradation. Currently billion people in the world do not have access to clean water and almost twice that number do not have adequate basic sanitation facilities [3]. ...Wiji Luluk AgustinaVici Tiara AnjarsariThe Kanta River flows in Pujon District and Ngantang District. This river water is used for irrigation, livestock sanitation, and the main source of water for hydropower plants and tourist water sources of the Selorejo Reservoir. The high role of this river water is apparently not realized so that residents use the Sunga Kanta watershed as a place to dispose of garbage and sewage. The current water condition of the Kanta River is quite poor and the settlement around the Selorejo Reservoir as a drainage estuary is the most affected area. The author responds to this water pollution problem in a film with the title "The Impact of Canta River Water Pollution on the Socioeconomic Conditions of Residents Around the Drainage Estuary". The documentary genre is an option because according to the character of this film, which presents facts according to reality, it is actually considered capable of accommodating the message of the film. The film narrative is prepared based on research data that has been analyzed descriptively and obtained by three data collection methods which include observation, literature study, and interviews. Films are shown publicly so that the message of the film can be widely accepted by citizens. In the end, this documentary is expected to be able to give birth to awareness to jointly maintain the water ecosystem, especially AzwarThis research discusses the quantity and quality of clean water that has been used by the community in Tihang Village, Lengkiti District, Ogan Komering Ulu Regency. In the daily process, the local community uses a lot of drilled well water to facilitate their daily activities. There are 7 Drilled Well points in Tihang Village, but only 3 Drilled Well points are active. Tihang Village has a population of 1663 people 2016 statistical data center. Therefore, Tihang Village is included in the rural category with water consumption of 50 liters / person / day. The borehole water distribution system is carried out by flowing the air from the well using the intake pump to the booster, the distribution pump discharge is determined based on fluctuations in water use in one day schedule. It turns out that after conducting a simple water test that has reached the community, the pH of the water passes into the requirements stipulated under Permenkes No. 32 of 2017 concerning Environmental Health Quality Standards and Water Health Requirements. The quality of water from these three sources is quite good because the water test results simply show that the water is odorless. And from the results of laboratory test analysis, both Physical and Chemical, the clarity is sufficient because the differences are not too far away. The highest pH was in Hamlet V, while the pH of the three hamlets was only 1% different. However, the results of water from Dusun III, IV and V are good enough to be used as raw material for drinking water because the pH is neutral and non-toxic. After a simple test of water pH in Tihang Village, namely vilage III, IV and V passed the applicable requirements Keywords Quantity, Quality, Drilled Well buku ini bagaimana prinsip, sistem, sumber daya alam, pengelolaan serta permasalahan yang berada di lingkungan seperti pencemaran air, tanah, dan udara serta itu akan dirangkum melalui peraturan – peraturan tentang lingkungan. Buku Pengantar Ilmu Lingkungan ini membahas yaitu Bab 1 Prinsip Dasar Pengetahuan Lingkungan Bab 2 Lingkungan sebagai Sistem Bab 3 Lingkungan Fisik, Kimiawi, dan Hayati Bab 4 Permasalahan Lingkungan Bab 5 Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui Bab 6 Sumber Daya Alam yang Tak dapat Diperbaharui Bab 7 Pencemaran Udara Bab 8 Pencemaran Air Bab 9 Permasalahan Tanah Bab 10 Pembangunan Berwawasan LingkunganBetta RiandaRia Azizah Tri Nuraini Sunaryo SunaryoLamun jenis Enhalus acoroides merupakan salah satu komponen keanekaragaman hayati yang tumbuh di Perairan Kartini dan Teluk Awur. Aktivitas pariwisata, pelabuhan, pembuatan, pengecatan, pengelasan, pembersihan dan lalu lintas kapal nelayan menjadi penyebab terakumulasinya logam berat di perairan. Logam berat Pb merupakan logam berat beracun dan berbahaya, bahan pencemar dan cenderung mengganggu kelangsungan hidup organisme perairan. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui dan menganalisis kandungan logam berat Pb pada air, sedimen dan lamun Enhalus acoroides akar dan daun di Perairan Kartini dan Teluk Awur, Jepara, serta mengetahui tingkat pecemarannya berdasarkan baku mutu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sedangkan metode penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam berat Pb air di Perairan Kartini sebesar 0,181-0,316 mg/l dan Perairan Teluk Awur sebesar 0,001-0,157 mg/l. Kandungan logam berat Pb sedimen di Perairan Kartini sebesar 2,424-3,463 mg/kg dan Perairan Teluk Awur sebesar 2,347-2,496 mg/kg. Kandungan logam berat Pb Lamun Enhalus acoroides pada akar di Perairan Kartini sebesar 0,918–1,854 mg/kg dan Perairan Teluk Awur sebesar 0,906–1,492 mg/kg. Kandungan logam berat Pb Lamun Enhalus acoroides pada daun di Perairan Kartini sebesar 0,764–1,458 mg/kg dan Perairan Teluk Awur sebesar 0,674–1,040 mg/kg. Enhalus acoroides seagrass as a component of biodiversity that grows in the waters of Kartini and Teluk Awur. Activities in these waters include tourism, ports, manufacture, painting, welding, cleaning and traffic of fishing vessels to cause of accumulated heavy metals in the waters. Heavy metal Pb is a toxic and dangerous heavy metal, polluting material and tends to interfere with the survival of aquatic organisms. The purpose of this study was to determine and analyze the Pb heavy metal content in water, sediment and seagrass Enhalus acoroides roots and leaves in Kartini and Teluk Awur waters, Jepara, and to determine the level of pollution based on quality standards. This research uses descriptive method, while the location determination method uses purposive sampling method. The results showed that the heavy metal Pb water content in Kartini waters was mg/l - mg/l and Teluk Awur waters was mg/l. The heavy metal content of Pb sediment in Kartini waters is 2,424-3,463 mg/kg and Teluk Awur waters was 2,347-2,496 mg/kg. The heavy metal content of Pb in Enhalus acoroides in the roots of Kartini waters was mg/kg and Teluk Awur waters was mg/kg. Heavy metal content of Pb in Enhalus acoroides in leaves in Kartini waters was mg/kg - mg/kg and Teluk Awur waters was mg/kgRivatri Julianti KarilaMuhyiatul FadilahRahmawati Darrusyamsu Ganda Hijrah SelarasAir merupakan komponen yang memegang peranan penting dalam kehidupan di bumi. Air yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari memiliki standar kualitas. Namun ketersediaan air dengan kualitas yang sesuai sulit didapatkan. Hal ini disebabkan pencemaran air yang berasal dari aktivitas manusia, membuat kualitas air menurun dan tidak layak untuk digunakan. Oleh karena itu, masalah pencemaran air perlu mendapat perhatian khusus. Baru-baru ini, para praktisi menemukan solusi untuk mengatasi pencemaran tersebut, salah satunya dengan menggunakan eco-enzyme. Penelitian ini membahas prosedur sederhana berupa pengamatan fisik untuk mengetahui efektivitas eco-enzim terhadap pencemaran air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Eco-enyzme efektif dalam mengatasi pencemaran air melalui perubahan aroma, warna, dan kekeruhan. Stanley E. ManahanThis book is organized around several major sections aquatic Chemistry, atmospheric chemistry, the geosphere and hazardous wastes, toxicological chemistry, and resources and energy. Specific topics discussed in the book include a general introduction to environment chemistry, basic principles of aquatic chemistry, water pollution and water treatment, the essential role of microorganisms in aquatic chemical phenomena, atmospheric chemistry, a discussion of major threats to the global atmosphere particularly greenhouse gases and ozone-depleting chemicals, the geosphere and hazardous substances, soil chemistry, and the nature and sources of hazardous wastes. The environmental chemistry of hazardous wastes, their treatment, minimization, and recycling, and the effects of these hazardous substances in also N SawyerP L Dan MccartySawyer. dan McCarty. 1989. Chemistry For Environmental Engineering, International edition, McGraw-Hill Book, DAS dan Sumberdaya Air yang Berkelanjutan, Peluang dan Tantangan Pengelolaan Sumberdaya Air di IndonesiaNugroho Sutopo PurwoSutopo Purwo Nugroho, 2002, Pengelolaan DAS dan Sumberdaya Air yang Berkelanjutan, Peluang dan Tantangan Pengelolaan Sumberdaya Air di Indonesia, hal Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo PersadaB W LayS Dan HastowoLay. dan 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, S SaeniSaeni, Kimia Lingkungan. Dep. P&K. Ditjen Dikti. PAU ilmu Hayat IPB, S SlametYuli. S. Slamet. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 225 Dasar Pengendalian Pencemaran AirMohajit Wisnuprapto DanWisnuprapto dan Mohajit. 1992. Prinsip Dasar Pengendalian Pencemaran Air. Supply and Pollution Control. 4 th EditonW ViessmanM J HammerViessman. W. Jr. dan Hammer. 1985. Water Supply and Pollution Control. 4 th Editon. Harper and Row Publishers. New York. 796 rihalomethane Reduction in Drinking Water. Technologies, Cost, Effectiveness, Monitoring, ComplianceGordon CulpGordon Culp. 1984. T rihalomethane Reduction in Drinking Water. Technologies, Cost, Effectiveness, Monitoring, Compliance. Noyes Publications. New Yersey. USA. 251
Pencemaranudara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam, contoh : abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi. gas-gas vulkanik. debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin. bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik. 2.

Saat suatu lingkungan tercemar, tentu terdapat parameter yang menjadi indikator bahwa lingkungan tersebut tercemar. Selain dari beberapa kondisi yang terlihat secara kasat mata, terdapat juga kondisi yang tidak kasat mata. Parameter pencemaran lingkungan perlu dilakukan monitoring dan pengujian secara rutin oleh industri untuk mengetahui dampak pencemaran yang terjadi. Pencemaran terjadi akibat dari kegiatan manusia. Termasuk proses aktivitas industri yang membuang limbah secara tidak bertanggungjawab. Sehingga menyebabkan pencemaran di lingkungan sekitar. Selain itu, pencemaran juga bisa terjadi akibat ulah masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan. Seperti membuang ke lahan kosong, sumber air, dan udara seperti membakar sampah. Ada beberapa parameter yang digunakan dalam proses monitoring lingkungan. Parameter ini menjadi acuan dalam pengukuran lingkungan. Apa saja parameter yang digunakan? Parameter lingkungan harus dipantau sesuai dengan persyaratan yang yang ditentukan oleh regulasi. Secara luas, parameter pencemaran lingkungan diklasifikasikan menjadi empat kelompok. Baca Juga Definisi Polutan Udara Parameter & Fakta Penting Parameter Kimia Parameter kimia adalah parameter yang menjadi acuan dari sisi kimia, meliputi Karbon Dioksida CO2, pH, alkalinitas, fosfor, dan aktivitas berat yang menimbulkan efek kimia. Parameter Biokimia Parameter ini meliputi Biochemical Oxygen Demand atau BOD. BOD menjadi salah satu indikator dalam pengukuran pencemaran air. Untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam air, melalui penguraian bahan organik dari mikroorganisme. Parameter Fisik Parameter fisik adalah parameter yang terlihat, seperti temperatur, warna, rasa, bau, kejernihan, dan kandungan bahan radioaktif. Parameter Biologi Parameter Biologi juga menjadi acuan dalam pengukuran parameter limbah lingkungan. Biasanya mengukur mikroorganisme seperti bakteri, virus, bentos, dan plankton. Setiap unsur lingkungan bisa dilakukan pengujian untuk mengukur kadar pencemaran. Seperti pada lahan, air, dan udara. Oleh karena itu, perlu diukur secara rutin untuk mengetahui kadarnya. Parameter Keberlanjutan yang Perlu Diukur Industri Menjadi industri yang ramah lingkungan memang tidak mudah, Anda juga perlu mempertimbangkan kelestarian lingkungan dengan mempertimbangkan beberapa metrik berikut ini Risiko Iklim Risiko iklim menjadi parameter yang perlu diukur oleh industri dalam memperhitungkan perubahan lingkungan ataupun perubahan iklim dari aktivitas industri. Perusahaan perlu menganalisa apa saja risiko iklim yang terjadi akibat dari kegiatan yang dilakukan. Bisnis juga perlu menganalisa mengenai hal ini, karena risiko iklim akan berdampak pada keuangan bisnis di masa depan. Masih banyak pebisnis yang tidak memiliki pandangan luas mengenai dampak risiko iklim terhadap bisnis mereka. Pemanasan global yang terjadi memang tidak terlepas dari kegiatan bisnis yang dilakukan. Oleh sebab itu, CEO dan para Pemimpin bisnis perlu memiliki kebijakan yang tepat dalam membuat kebijakan bisnis yang tepat untuk membangun bisnis ramah lingkungan. Emisi Karbon Source Emisi karbon menjadi perjanjian yang sudah disepakati oleh negara-negara yang hadir di Konferensi Paris pada 2015 untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan. Perusahaan perlu mengurangi emisi karbon dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam aktivitas industri yang dilakukan. Perlunya melakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi energi, bermigrasi ke energi terbarukan, dan beralih dari batubara ke energi terbarukan. Konsumsi Energi Pemakaian energi yang tidak efektif menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Serta menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca dan senyawa lain yang merugikan lingkungan. Oleh karena itu, konsumsi energi yang dijalankan oleh setiap perusahaan memang penting, tetapi juga menjadi salah satu parameter pencemaran lingkungan yang perlu diuji lebih lanjut secara rutin. Untuk melakukan pengujian memang banyak industri yang tidak bisa melakukannya sendiri, oleh karena itu perlu menggandeng Laboratorium Lingkungan seperti A3 Laboratories untuk melakukan uji dan monitoring lingkungan. Dengan begitu, perusahaan bisa mengetahui tingkat emisi yang dibuang sudah sesuai dengan standar atau tidak. Baca Juga Siap Siap Kena Disisentif’ Jika Tidak Uji Emisi Minimal 6 Bulan Sekali! Penggunaan Air Air adalah bahan dasar manusia yang menjadi kunci penting kehidupan. Kebutuhan air dalam industri pun cukup tinggi, seperti dalam industri tekstil yang membutuhkan ribuan liter air hanya untuk membuat satu jenis pakaian. Setelah penggunaan pun, air hasil produksi dari industri tidak bisa dibuang begitu saja. Perlu dilakukan pengukuran baku mutu yang sesuai dengan Nilai Ambang Batas NAB dari air tersebut. Selain itu, perusahaan juga perlu membatasi penggunaan air untuk keberlanjutan lingkungan. Limbah dan Polusi Pengelolaan limbah menjadi kategori yang luas dalam industri dan menjadi masalah industri yang tidak pernah selesai untuk dibahas. Limbah dan polusi sudah menjadi bagian dari industri untuk diatasi dan dikelola secara seksama oleh bisnis. Pengelolaan limbah memang menjadi tanggung jawab industri untuk dikelola dengan manajemen terbaik. Bahkan perlu menggandeng third party untuk mengelolanya. Pemisahan limbah juga perlu dilakukan agar limbah tidak dibuang secara sembarangan dan bisa menyesuaikan dengan jenis limbah yang ada. Kesimpulan Parameter Pencemaran Lingkungan bisa digunakan oleh industri sebagai indikator dalam menganalisa dampak lingkungan terhadap aktivitas industri yang dilakukan. Perusahaan harus berkomitmen untuk melakukan upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak industri terhadap lingkungan. Perusahaan perlu menerapkan program strategis dalam mengintegrasikan metrik lingkungan ke dalam tujuan bisnis. Sehingga bisa membantu perusahaan menuju kesuksesan menjadi industri ramah lingkungan. Tak lupa, untuk menjadi perusahaan ramah lingkungan, Anda perlu melakukan uji dan monitoring lingkungan secara rutin. Anda bisa menggandeng PT Advanced Analytics Asia Laboratories untuk melakukan monitoring lingkungan. Temukan informasinya pengujian hanya di

Unggasbiasanya dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam, dilakukan penimbangan, dan pemotongan. Penyembelihan dilaksanakan dengan cara halal, dikuliti, dikeluarkan darah dan diambil berbagai Kemacetan yang terjadi dijakarta semakin lama semakin parah, hal ini tentunya berpengaruh pada pemborosan energi, hal tersebut dapat dilihat dari kemacetan yang ada, kemacetan membuat energi terbuang sia sia akibat kendaraan yang diam namun masih dalam keadaan menyala mesin, AC, dll. kapasitas jalan tidak sebanding dengan jumlah kendaraan pribadi dan umum yang menggunakannya. jumlah kendaraan yang beroperasi di jalan-jalan Jakarta untuk tahun 2007 dihitung sebanyak yang terdiri dari; kendaraan sepeda motor unit, mobil sebanyak unit, kendaraan bus berjumlah dan untuk jenis kendaraan lainnya. Dari total tersebut, kendaraan umum hanya berjumlah 2% dari seluruh kendaraan dijakarta. sumber Terkait dengan kemacetan tersebut kualitas udara ternyata berpengaruh akan kesehatan masyarakat di sekitar, hasil sisa pembakaran dari kendaraan banyak mengandung CO2, dimana zat ini merupakan racun bagi manusia. Pencemaran udara ini harus selalu diukur menggunakan Alat Pengukur Kualitas Udara atau seperti perangkat untuk mengukur kualitas udara secara indoor milik yaitu salah satunya Air Quality meter, dengan melakukan pengukuran dan monitoring lingkungan maka akan didapatkan data yang konkret untuk mengendalikan pencemaran udara pada lingkungan masyarakat, sehingga data tersebut dapat menjadi himbauan dan acuan dalam hal menangulangi dan mencegah pemcemaran udara lebih luas. Didaerah tertentu Alat pengukur kualitas udara sangat diperlukan sesuai dengan peraturan daerah yang ada, contoh Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara pengertian Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya sumber Mudah- mudahan dengan informasi yang ada dapat memberi himbauan kepada masyarakat agar mengetahui pentingnya menjaga lingkungan, terutama kualitas udara yang selalu kita hirup. dengan Alat pengukur kualitas udara dapat membantu beberapa masyarakat lebih paham dan mengetahui tingkat kualitas udara yang ada. polusi dampak pencemaran tanah dan penanggulangannya, dampak polusi air bagi kesehatan manusia dan lingkungan, 12 dampak polusi tanah terhadap lingkungan ilmugeografi com, dampak positif dan negatif dari intensifikasi pertanian, makalah polusi udara polusi air amp polusi tanah the, pencemaran tanah penyebab dampak dan

Bukit Kototabang, West Sumatera is one of the 34 global global Global scale monitoring stations in the world. Bukit Kototabang GAW Station is an implementation of the Global Atmosphere Watch GAW program initiated by the World Meteorological Organization WMO as an effort to monitor global atmospheric conditions. The Global Atmospheric Watch GAW Stations have duty to obtain atmospheric data and air quality data in remote area or relatively clean areas and far away from anthropogenic activity. Measurements of air quality parameters CO, NO2, SO2, O3 and PM10 are continuously conducted at Bukit Kototabang. The monitoring data at Bukit Kototabang GAW Station in 2012 which is converted to Indonesian Air Pollution Standard Index shows the air quality is still good, shown by 353 days classified as clean index = 0-50, 10 days is moderate index = 51-100, and 1 day is very unhealthy index = 200-299. That means 3% of daily air quality in Bukit Kototabang in 2012 is not - available via license CC BYContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1VOLUME 7 No. 1, 22 Desember 2017 Halaman 1-82PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUAgusta Kurniawan Stasiun Klimatologi Mlati, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geo agusta6872 ABSTRACT Bukit Kototabang, West Sumatera is one of the 34 global global Global scale monitoring stations in the world. Bukit Kototabang GAW Station is an implementation of the Global Atmosphere Watch GAW program initiated by the World Meteorological Organization WMO as an effort to monitor global atmospheric conditions. The Global Atmospheric Watch GAW Stations have duty to obtain atmospheric data and air quality data in remote area or relatively clean areas and far away from anthropogenic activity. Measurements of air quality parameters CO, NO2, SO2, O3 and PM10 are continuously conducted at Bukit Kototabang. The monitoring data at Bukit Kototabang GAW Station in 2012 which is converted to Indonesian Air Pollution Standard Index shows the air quality is still good, shown by 353 days classied as clean index = 0-50, 10 days is moderate index = 51-100, and 1 day is very unhealthy index = 200-299. That means 3% of daily air quality in Bukit Kototabang in 2012 is not Air Quality; Bukit Kototabang; GAW; Indonesian Air Pollution Standard Index; WMO. ABSTRAKBukit Kototabang, Sumatera Barat merupakan salah satu lokasi dari 34 Stasiun Pemantau Atmosfer Global sejenis berskala global yang ada di dunia. Stasiun Pemantau Atmosfer Global SPAG Bukit Kototabang merupakan implementasi dari program Global Atmosphere Watch GAW yang dicetuskan oleh World Meteorological Organization WMO sebagai upaya untuk melakukan monitoring terhadap kondisi atmosfer secara global. SPAG bertugas untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah dengan tipe remote atau daerah dengan kondisi udara yang relatif bersih dan jauh dari aktivitas antropogenik. Pengukuran parameter kualitas udara CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 secara terus menerus dilakukan di Bukit Kototabang. Data monitoring di SPAG Bukit Kototabang tahun 2012 yang dikonversi menjadi Indeks Standar Pencemaran UdaraISPU menunjukkan kualitas udara masih baik, ditunjukkan dengan 353 hari tergolong bersih indeks = 0-50 , 10 hari tergolong sedang indeks =51-100, dan 1 hari tergolong sangat tidak sehat indeks = 200-299.Itu berarti 3% kualitas udara harian di Bukit Kototabang tahun 2012 tergolong tidak Bukit Kototabang; GAW; ISPU; WMO; Kualitas 2089-6131 printISSN 2443-1311 OnlineDOI 2 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13PENGANTAR Bukit Kototabang GAW Station Bukit Kototabang GAW Station atau dalam bahasa Indonesia disebut Stasiun Pemantau Atmosfer Global merupakan satu-satunya Stasiun Pemantau Atmosfer Global di Indonesia skala global dan merupakan satu dari 34 Stasiun Pemantau Atmosfer Global sejenis yang ada di dunia. Stasiun Pemantau Atmosfer Global SPAG Bukit Kototabang merupakan salah satu stasiun pengamatan referensi udara bersih. Stasiun ini merupakan implementasi dari program Global Atmosphere Watch GAW yang dicetuskan oleh World Meteorological Organization WMO sebagai upaya untuk melakukan monitoring terhadap kondisi atmosfer secara global. Sampai saat ini 17 April 2012, ada 34 stasiun berskala global yang ada di dunia yang bertugas untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah dengan tipe remote atau daerah dengan kondisi udara yang relatif bersih dan jauh dari aktivitas antropogenik. Gambar 1. Lokasi Stasiun Pemantau Atmosfer Global berskala global di dunia Bukit Kototabang terletak dekat dengan garis katulistiwa ekuator, berada di Pulau Sumatera, Propinsi Sumatera Barat. sumber kawasan Asia, SPAG Bukit Koto-tabang merupakan satu dari empat stasiun GAW selain Minamitorishima Jepang, Mount Waliguan China, dan Danum Valley Malaysia. Posisi astronomis dan geografis Indonesia memberikan fenomena tersendiri dalam bidang sains atmosfer. Kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara maritim yang terletak di daerah tropis dengan keberagaman topografi dan sumberdaya alamnya telah sejak lama menjadi perhatian para peneliti di bidang sains atmosfer. Oleh karena itu, ketika Organisasi Meteorologi Dunia WMO bermaksud untuk memperluas jaringan pemantau atmosfernya, maka Indonesia dijadikan sebagai salah satu kandidat utamanya. Wilayah Indonesia yang terbagi dalam 5 lima pulau utama, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian dengan perbedaan topografi mengisyaratkan suatu pemilihan yang selektif untuk dapat merepresentasikan Indonesia sebagai titik acuan bagi pengukuran di wilayah tropis berbasis maritim. Dari kelima pulau tersebut, Pulau Sumatera dipilih karena keragaman topografi dan letaknya yang berhadapan dengan Samudera Hindia, yang telah lama menjadi salah satu perhatian kalangan meteorologis dan peneliti sains atmosfer. Selain itu, belum banyaknya titik yang berada di dekat Samudera Hindia menjadi pertimbangan khusus mengapa wilayah Sumatera dipilih. Bukit Kototabang berada di Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Secara astronomis, stasiun ini berada di 0,20°LS dan 100,32°BT. Letak astronomisnya yang sangat unik karena berada dekat dengan garis ekuator membuat 3AgustA KurniAwAn  PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUstasiun ini menjadi sangat penting untuk pengamatan kondisi atmosferik di daerah sekitar ekuator. Letak geografis dari stasiun ini juga tak kalah unik karena di bagian barat merupakan daerah pesisir yang berhadapan dengan Samudera Hindia yang luas, sementara di bagian timur merupakan wilayah dataran tinggi yang didominasi oleh Bukit Lingkungan Bukit Kototabang GAW StationFoto merupakan dokumentasi pribadi penulis, diambil tahun 2009. Bukit Kototabang dipilih sebagai tempat untuk mengukur referensi udara bersih karena bukit ini berada jauh dari sumber-sumber pencemaran udara antropogenik seperti industri, jalan raya dan pemukiman. Jalan raya dan pemukiman yang merupakan salah satu sumber pencemaran udara antropogenik berada di kaki bukit dengan jarak sekitar 3 tiga kilometer dari Bukit Kototabang, sehingga tempat ini diharapkan ideal untuk mengukur referensi udara Mutu Udara dan ISPU Indeks Standar Pencemaran UdaraKualitas udara pada umumnya dinilai dari konsentrasi parameter pencemaran udara yang terukur lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Baku mutu udara adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemaran udara yang dapat ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer lapisan udara setebal 16 km dari permukaan bumi yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara sebagaimana terlampir dalam PP No 41 Tahun 1999. Pemerintah menetapkan Baku Mutu Udara Ambien Nasional untuk melindungi kesehatan dan kenyamanan masyarakat. Baku Mutu Udara Ambien Nasional dilihat pada Tabel 1. Baku mutu udara ambien nasional menurut PP No 41 tahun 1999No. Parameter Waktu Baku Mutu1 Aerosol PM10 24 jam 150 μg/m32 Karbonmonoksida CO1 jam 30000 μg/m324 jam 10000 μg/m33 Ozon O3 1 jam 235 μg/m31 tahun 50 μg/m34 Sulfurdioksida SO224 jam 365 μg/m31 tahun 80 μg/m35 Nitrogendioksida NO21 jam μg/m31 tahun 100 μg/m3ISPU didefinisikan sebagai angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu, yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan mahluk hidup lainnya. Meskipun nilai ISPU lebih tepat digunakan untuk daerah urban, pada prinsipnya nilai ini dapat diterapkan ke semua tipe wilayah. Parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan nilai ISPU dituangkan lebih detil lagi dalam Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemaran Udara Tabel 2. 4 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Tabel 2. Parameter dasar untuk pengukuran ISPU dan periode waktu pengukurannya sesuai dengan lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997No. ParameterWaktu Pengukuran rata-rata1 Partikulat PM10 24 jam2 Sulfurdioksida SO2 24 jam3 Karbonmonoksida CO 8 jam4 Ozon O3 1 jam5 Nitrogendioksida NO2 1 jamHasil perhitungan nilai ISPU digunakan untuk melakukan kategorisasi kondisi kualitas udara di suatu tempat. Kualifikasi tersebut didasarkan pada nilai ISPU dari parameter pencemar utama. Kualifikasi kondisi kualitas udara tersebut dirangkum dalam Tabel 3 3. Kategori kualitas udara berdasarkan nilai ISPU sesuai dengan lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997No. Nilai ISPU Kategori1 0-50 Baik2 51-100 Sedang3 101-199 Tidak Sehat4 200-299 Sangat Tidak Sehat5 > 300 BerbahayaPengaruh parameter kualitas udara CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 berbasis nilai ISPU terhadap kesehatan manusia dan makhluk konsentrasi gas karbon monok-sida CO terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, tidak menimbulkan efek apapun bagi manusia dan makhluk hidup. Nilai ISPU pada kisaran 51-100 ber-kategori sedang, paparan gas CO mulai me-nim bulkan perubahan kimia darah, tetapi walaupun tak terdeteksi. Pada kisaran 101-199 berkategori tidak sehat paparan gas CO mulai meningkatkan kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung. Sedangkan pada kisaran 200-299 berkategori sangat tidak sehat, paparan gas CO akan meningkatkan kardiovaskular pada orang bukan perokok yang berpenyakit jantung, dan akan tampak beberapa kelemahan yang terlihat secara nyata. Pada nilai ISPU di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas CO berbahaya bagi semua konsentrasi gas Nitrogendi-ok sida NO2 terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, paparan gas NO2 menimbulkan sedikit bau tertentu. Nilai ISPU yang lebih tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas NO2 menimbulkan bau tertentu. Pada kisaran lebih tinggi lagi pada indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat paparan gas NO2 mulai meningkatkan bau lebih tajam dan mulai kehilangan warna gas, memberikan efek peningkatan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma. Sedangkan pada kisaran 200-299 berkategori sangat tidak sehat, gas NO2 akan meningkatkan sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas NO2 berbahaya bagi semua konsentrasi gas Ozon Per-mukaan O3 terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, paparan gas O3 dan kombinasi dengan SO2 selama 4 empat jam berturut-turut mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Nilai ISPU yang lebih tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas O3 pada jangka waktu yang lebih pendek dapat menimbulkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Pada kisaran indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat, paparan gas O3 mulai mengakibatkan penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih keras. Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299, gas O3 akan mengakibatkan pengaruh pernapasan pada pasien yang berpenyakit paru-paru kronis saat melakukan olah raga ringan. Pada nilai ISPU diatas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas O3 berbahaya bagi semua konsentrasi gas Sulfurdi oksida SO2 terhadap kesehatan manusia dan makhluk 5AgustA KurniAwAn  PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUhidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, paparan gas SO2 dan kombinasi dengan O3 selama 4 empat jam berturut-turut mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Nilai ISPU yang lebih tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas SO2 pada jangka waktu yang lebih pendek dapat menimbulkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Pada kisaran indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat, paparan gas SO2 mulai menimbulkan bau dan meningkatnya keracunan pada tanaman. Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299, gas SO2 akan mengakibatkan peningkatan sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU diatas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas O3 berbahaya bagi semua Partikulat PM10 terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, yaitu tidak ada efek apapun bila kategori ISPU berkategori baik 0-50. Pada kisaran nilai 51-100 berkategori sedang, partikulat berakibat mulai penurunan pada jarak pandang. Pada kisaran indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat, partikulat menyebabkan jarak pandang turun secara signifikan, dan terjadi pengotoran debu di mana-mana. Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299, partikulat meningkatnya sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan partikulat PM10 berbahaya bagi semua Mengenai Kualitas Udara Banyak negara di dunia termasuk Indonesia melalukan penelitian mengenai kualitas udara, antara lain Monitoring kualitas udara dilakukan di lingkungan perkotaan urban environmental di kota Catania, Italia pada tahun 2012-2013 Famoso dkk, 2015. Lima stasiun yang digunakan adalah Viale Veneto mewakili heavy traffic, Piazza A. Moro mewakili medium traffic, Librino mewakili light traffic, Parco Gioeni mewakili urban-background, Zona Industriale mewakili industrial zone. Ambang batas yang digunakan adalah European Air Quality Directive 50/2008. Nilai ambang batas masing-masing parameter sebagai berikut NO2 dan NOx sebesar 200 µg/m3 rata-rata 1 jam, sebesar 40 µg/m3 rata-rata 1 tahun O3 sebesar 120 µg/m3 8 jam/hari, sebesar 180 µg/m3 1 jamSO2 sebesar 350 µg/m3 1 jam, sebesar 125 µg/m3 1 hariC6H6 sebesar 5 µg/m3 rata-rata 1 tahunPM10 sebesar 50 µg/m3 rata-rata 1 hari, sebesar 40 µg/m3 rata-rata 1 hari.Hasil penelitian menunjukkan bahwa stasiun Viale Veneto yang mewakili heavy traffic, memiliki konsentrasi tahunan NO2 melebihi ambang batas 40 µg/m3 rata-rata 1 tahun dan konsentrasi O3 8 jam/hari melebihi ambang batas 120 µg/m3 8 jam/hari. Lalu lintas mobil dengan bahan bakar diesel dianggap penyebab hal itu Famoso et al., 2015.Penelitian serupa mengenai monitoring kualitas udara di daerah perkotaan juga dilakukan di kota Florence Italia, bedanya pada penelitian ini hanya mengukur tiga parameter CO, CO2 dan NO2 menggunakan unit monitoring kualitas udara berbiaya rendah teknologi Arduino dengan sensor resolution tinggi dilengkapi monitoring pengukur kepadatan lalulintas jalan sensor kamera dan video analisis untuk menghitung jumlah kendaraan, kecepatan, dan kategori kepadatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 dan NO2 lebih tinggi di bulan-bulan musim dingin daripada bulan-bulan musim panas disebabkan ada tambahan emisi dari pemanas pada bulan-bulan di musim dingin Gualtieri et al., 2017.Kota lain yang melakukan monitoring kualitas udara di Italia juga dilakukan di Roma Batista G.,2017. Penelitian ini juga menggunakan ambang batas European Air Quality Directive 50/2008, parameter kualitas udara yang diteliti juga sama Famoso et al., 2015, ada enam parameter NO2 dan NOx, O3, SO2, C6H6, CO dan PM10. Hasil penelitian yang sama dengan Gualtieri et al., 2017, di musim dingin konsentrasi polutan lebih tinggi karena selain kontribusi dari lalulintas kendaraan dan ada tambahan emisi dari penggunaan pemanas. 6 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Penelitian mengenai hubungan curah hujan, lalu lintas kendaraan dengan konsentrasi polusi udara dilakukan di Seoul, Korea menggunakan path analysis Kwak, H. Y. et all., 2017. Polusi udara yang diteliti ada lima parameter PM10, NO2, SO2, O3 dan CO. Hasil penelitian menunjukkan curah hujan secara langsung memberikan efek pencucian sehingga menurunkan konsentrasi polutan, tetapi curah hujan juga memberikan efek tidak langsung saat hujan lebat pandangan pengemudi berkurang, menyebabkan kendaraan berjalan lambat dan berakibat konsentrasi polutan semakin tinggi Kwak, H. Y. dkk., 2017. Penelitian mengenai kualitas udara tidak hanya terkait dengan lalulintas saja, penelitian mengenai kualitas udara saat terjadinya kabut asap di Malaysia tahun 2013, akibat kebakaran hutan di Sumatra, Indonesia Show, D. L and Chang, S. C.,2016. Penilaian kualitas udara berdasarkan konsentrasi PM10 harian yang diukur di Petaling Jaya menggunakan instrumen BAM1020. Titik panas akibat kebakaran hutan diamati dengan citra MODIS dari Satelit Terra dan Aqua. Nilai Konsentrasi PM10 tertinggi tercapai pada 23 Juni 2013 sebesar 290 mikrogram/m3, didukung dengan jumlah titik panas terbanyak yaitu 19 Juni 2013, disusul 21 Juni 2013 dan ketiga 23 Juni 2013. Peta vektor angin memperlihatkan lintasan polutan dari Indonesia ke Semenanjung Malaysia pada musim kemarau bulan Juni 2013 Show, D. L and Chang, S. C.,2016. Selain itu ada juga penelitian mengenai efek polusi udara terhadap kesehatan, khususnya penyakit asma dilakukan di kota Izmir, Turki pada tahun 2007-2010. Parameter polusi udara yang digunakan adalah SO2 dan PM10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi SO2 dan PM10 yang tinggi menyebabkan penyakit asmaOzcan, N. S. and Cubukcu, K. M., 2015.Keterbatasan penelitian/monitoring kualitas udara di daerah remote/terpencil mendorong penulis untuk melihat kualitas udara di Bukit Kototabang sebagai salah satu stasiun referensi udara bersih background monitoring di Indonesia berdasarkan kategori ISPU, serta menilai kelayakan Bukit kototabang GAW Station sebagai remote monitoring ataukah perlu dinaikkan menjadi urban atau sub-urban monitoring berdasarkan data kualitas udara tahun saat penentuan kategori kualitas udara dari lima parameter pengukuran CO, NO2, SO2, O3 dan PM10, maka kategori kualitas udara lokasi tersebut ditentukan dari kategori nilai ISPU yang terburuk pada saat yang sama. Metode Pengukuran parameter kualitas udara di Bukit kototabang GAW Station menggunakan metode monitoring. Metode monitoring disini artinya pengukuran konsentrasi CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 secara terus-menerus 24 jam tanpa henti. Periode pengukuran kualitas udara yang digunakan pada tulisan ini terbatas hanya pada tahun 2012, berkaitan dengan ketersediaan data semua parameter. Untuk menjamin kualitas data pengukuran secara berkala 2-4 tahun sekali, Bukit kototabang GAW Station diaudit oleh badan dunia yang mengurusi cuaca WMO=World Meteorology Organization, yang hasilnya tertuang dalam GAW Parameter Meteorologi Permukaan Tekanan Udara dan Temperatur UdaraParameter meteorologi permukaan seperti radiasi matahari global, curah hujan, kelembaban relatif udara, temperatur udara permukaan, tekanan udara, kecepatan angin, dan arah angin diukur dengan menggunakan instrumen Meteorological Automatic Weather Station MAWS-Vaisala. MAWS merupakan stasiun cuaca mini dan dipasang dengan menggunakan tripod portable. Instrumen ini terdiri dari beberapa sensor yang dapat digunakan untuk mengukur parameter meteorologi terdiri dari sensor angin seri QMW 101, sensor radiasi matahari QMS 101, sensor temperatur dan kelembaban QMH 101, sensor presipitasi QMR 101, sensor tekanan PMT 16A, sebuah logger QML 102, baterai internal rechargable QMB 102, dan panel surya untuk mengisi baterai internal. Resolusi data pengamatannya adalah 1 satu menitan. Komponen parameter meteorologi permukaan yang digunakan pada 7AgustA KurniAwAn  PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUtulisan ini adalah temperatur udara dan tekanan udara, dari data mentah 1 satu menitan diolah menjadi rata-rata perjam kemudian dioleh kembali menjadi rata-rata parameter gas CO, NO2, SO2, dan O3Pengukuran Ozon permukaan O3 Pengukuran ozon permukaan O3 dilakukan dengan menggunakan instrumen TEI Tipe 49C Ozone Analyzer. Detail mengenai metode pengukuran dan hasil pengukuran beserta koreksinya ini dapat dilihat pada publikasi lain Klausen et al., 2003; Mairisdawenti, 2014. Resolusi data dibuat menjadi agregat per-jam untuk selanjutnya diproses sesuai dengan keperluan perhitungan nilai ISPU, keluaran data konsentrasi O3 memiliki satuan parts per-billion ppb.Pengukuran Karbonmonoksida COPengukuran karbonmonoksida diper-oleh dari instrumen HORIBA APMA360 CO Analyzer. Instrumen ini beroperasi meng-guna kan metode Non-Dispersive Infra Red NDIR Spectroscopy. Konsentrasi CO dihitung berdasarkan kompensasi pengurangan intensitas cahaya berdasarkan prinsip Beer-Lambert. Detail mengenai metode pengukuran dapat dilihat pada publikasi lain Henne dkk., 2008. Resolusi data yang dihasilkan kemudian diolah menjadi agregat per-jam untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan keperluan perhitungan nilai ISPU. Keluaran data konsentrasi CO memiliki satuan Sulfurdioksida SO2Pengukuran gas SO2 dengan metode UV Fluoresense menggunakan instrumen TS43i. Instrumen mencatat konsentrasi gas SO2 dengan resolusi waktu setiap beberapa puluh detik namun dicatat sebagai rawdata dengan rata-rata 5 menit. Inlet berada kurang lebih 3-4 meter dari permukaan tanah. Inlet udara menggunakan bahan dari polietilen dengan pertimbangan bersifat inert atau tidak bereaksi dengan sampel yang dianalisa. Untuk menghilangkan partikel/debu pada sistem inlet dipasangkan filter inlet, dan untuk menghilangkan uap air dari udara ambien dipasang pengering berupa rubin gel. Prinsip kerja instrumen yang menggunakan metode UV Fluoresense adalah udara yang mengandung gas SO2 ditarik menggunakan pompa kemudian dibawa ke dalam ruangan pengukuran. Sumber cahaya digunakan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 320-380 nm. Saat di dalam ruangan pengukuran sampel gas SO2 akan dikenai dengan sinar ultraviolet tersebut. Selanjutnya SO2 akan mengalami eksitasi. Saat SO2 yang tereksitasi kembali keadaan dasar ground state akan memancarkan sinar, proses memancarkan sinar ini disebut dengan fluoresense. Besarnya fluoresense akan diukur dengan bagian instrumen disebut photomultiplyer Speidela, 2007.. Besarnya konsentrasi gas SO2 sebanding dengan besarnya sinar yang diukur oleh photomultiplyer. Instrumen ini dilengkapi dengan sistem kalibrasi Dynamic Gas Calibrator TS146i dan Zero Air Supply TS111 serta gas standar SO2 untuk menjamin kualitas peralatan dan data yang 3. Proses UV-Fluoresense pada gas SO2 atas, prinsip kerja instrumen dengan metode UV-Fluoresense bawahSumber M. Speidela, R. Naua, F. Arnolda, H. Schlagerb, A. Stohlc.2007. Sulfur dioxide measurements in the lower, middle and upper troposphere Deployment of an aircraft-based chemical ionization mass spectrometer with permanent in-ight calibration, Atmospheric Environment 41 2007 2427–2437. 8 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Pengukuran Nitrogendioksida NO2Pengukuran gas NO2 dilakukan instrumen TS42i-Trace Level. Instrumen ini diperuntukkan untuk monitoring gas NO, NO2, NOx di daerah terpencil, sesuai dengan istilah nama Trace Level pada nama instrumen, nilai konsentrasi gas terukur dinyatakan sebagai mixing ratio atau fraksi mol dalam orde ppb part perbillion. Prinsip kerja instrumen ini Chemiluminescent. Data gas NO2 merupakan data dengan resolusi 5 lima menit, kemudian diolah data ini kemudian diolah menjadi agregat harian. Data mentah diambil dari instrumen menggunakan software iport dengan kabel RS232. Instrumen ini dilengkapi dengan sistem kalibrasi Dynamic Gas Calibrator TS146i dan Zero Air Supply TS111 serta gas standar NO2 untuk menjamin kualitas peralatan dan data yang dihasilkan. Pengukuran Parameter Partikulat PM10Pengukuran PM10 diukur dengan meng-gunakan instrumen BAM1020. Instrumen ini bekerja berdasarkan prinsip pelemahan partikel sinar beta yang melalui materi padatan yang dikumpulkan dalam pita filter yang terbuat dari fiber. Materi padatan yang terkumpul dalam filter fiber tidak lain adalah PM10 dalam satu volume udara ambien yang dihisap oleh pompa. Konsentrasi PM10 juga ditentukan dari kompensasi pengurangan intensitas cahaya berdasarkan prinsip Beer-Lambert. Konsentrasi PM10 yang terukur disimpan di dalam data logger dan dapat ditampilkan pada layar monitor PC melalui koneksi serial RS-232. Data konsentrasi PM10 yang dihasilkan memiliki satuan μg/m3 dalam resolusi perjam. Perhitungan nilai ISPU Konsentrasi yang digunakan dalam perhitungan ISPU adalah μg/m3, konsentrasi PM10 sudah dalam satuan μg/m3sedangkan konsentrasi instrument O3, CO, NO2 dan SO2 dalam ppb, sehingga data tersebut harus dikonversi terlebih dahulu ke μg/m3 menggunakan persamaandenganp = tekanan udara PascalMr = massa molekul relatif g/molR = konstanta gas ideal N m mol-1 K-1T = temperatur udara KelvinUntuk persamaan ini, nilai tekanan udara p dan temperatur udara T digunakan pada kondisi STP temperatur udara 25 C=293K dan tekanan udara 1 atm. Koreksi tersebut dihitung dengan persamaan berikut denganX0 = konsentrasi awalX1 = konsentrasi terkoreksiT0 = temperatur udara STP KT1 = temperatur udara rata-rata Kp0 = tekanan udara STP Pap1 = tekanan udara rata-rata PaTabel 4. Batas Atas ISPU Indeks Standar Pencemaran Udara dalam Satuan SI sesuai dengan Lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997ISPU24 Jam PM10 μg/m38 jam SO2μg/m38 Jam COμg/m31 Jam O3 μg/m31 Jam NO2μg/m300 0 0 0 050 50 80 5 120 0100 150 365 10 253 0200 350 800 17 400 1130300 420 1600 34 800 2260400 500 2100 46 1000 3000500 600 2620 1200 3750nilai 0 disisipkan dalam tabel untuk mempermudah pemahaman dalam perhitungan.Periode paparan seperti yang disebutkan dalam Tabel 4 menentukan resolusi data yang digunakan dalam perhitungan. Untuk data O3 dan NO2 yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai maksimum dari rata-rata perjam dalam satu hari. Data konsentrasi CO dan SO2 yang digunakan dalam perhitungan dipilih dari nilai maksimum dari rata-rata per 8 delapan 9AgustA KurniAwAn  PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUjam dalam satu hari. Sementara itu, konsentrasi PM10 merupakan data rerata harian digunakan dalam perhitungan. Setelah dari data μg/m3 diubah menjadi nilai indeks ISPU terhitung, dengan caradenganI = ISPU terhitungIa = ISPU batas atasIb = ISPU batas bawahXa = ambien batas atasXb = ambien batas bawahXx = konsentrasi ambien nyata hasil pengukuranHASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pengukuran di Bukit Kototabang GAW Station periode dari 1 Januari 2012 – 31 Desember ISPU Karbonmonoksida CO Gambar 4. Nilai ISPU Karbonmonoksida CO pada tahun 2012 di Bukit KototabangSelama tahun 2012, dari pengukuran karbonmonoksida Gambar 4 menunjukkan nilai ISPU berada pada kisaran 0-50, artinya kondisinya udara baik dan tidak menimbulkan efek bagi kesehatan manusia dan makhluk ISPU Nitrogendioksida NO2Gambar 5. Nilai ISPU Nitrogendioksida NO2 pada tahun 2012 di Bukit Kototabang 10 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Serupa dengan pengukuran karbon-monoksida CO, nilai ISPU Nitrogendioksida NO2 di Bukit Kototabang selama tahun 2012 gambar 5, berada pada kisaran 0-50, yang artinya kondisinya udara baik dan tidak menimbulkan efek bagi kesehatan manusia dan makhluk ISPU Sulfurdioksida SO2Gambar 6. Nilai ISPU Sulfurdioksida SO2 pada tahun 2012 di Bukit KototabangSama dengan dua parameter sebelumnya CO dan NO2, Sulfurdioksida SO2 gambar 6 juga menunjukkan kualitas udara yang baik dan tidak ada efek bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup selama tahun 2012 di Bukit Kototabang, dengan kisaran ISPU ISPU Ozon Permukaan O3Ozon permukaan O3 lihat gambar 7, selama tahun 2012 366 hari di Bukit Kototabang, mempunyai nilai ISPU sebanyak 358 hari berada pada kisaran 0-50 yang artinya kualitas udara baik, 7 tujuh hari berada pada kisaran 51-100 yang artinya berada pada kategori sedang efeknya menimbulkan luka pada beberapa spesies tumbuhan dan 1 satu hari pada 30 Agustus 2012 berada pada kisaran ISPU 200-299, yang artinya kualitas udara sangat tidak sehat Olah raga ringan mengakibatkan pengaruh pernapasan pada pasien yang berpenyakit paru-paru kronis. Kualitas udara termasuk pada kategori sedang adalah 7 tujuh hari di mana nilai ISPU berada pada kisaran 51-100, yaitu pada 13 Februari 2012 nilai ISPU 85, 24 Juli 2012 nilai ISPU 61, 26 Juli 2012 nilai ISPU 50, 28 Agustus 2012 nilai ISPU 58, 3 September 2012 nilai ISPU 52, 30 September 2012 nilai ISPU 55 dan 1 Oktober 2012 nilai ISPU 63.Gambar 7. Nilai ISPU Ozon Permukaan O3 pada tahun 2012 di Bukit Kototabang 11AgustA KurniAwAn  PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUAda beberapa penyebab mengapa kualitas udara di Bukit Kototabang dari parameter ozon permukaan O3 berkategori sedang nilai ISPU 51-100 bahkan sampai kondisi sangat tidak sehat nilai ISPU 200-299, antara lain karena ada transport polutan dari daerah lain misalnya dari Riau atau Palembang, dibuktikan dengan adanya titik api hotspot di pulau Sumatra karena kebakaran hutan, selain itu ada faktor lokal yang ikut berperanan adalah adanya pembakaran ladang di sekitar lokasi station dan banyak pemakaian bahan VOC Volatile Organic Compounds sebagai precursor pembentukan ozon permukaan di sekitar lokasi Stasiun. Senyawa VOC yang biasanya digunakan misalnya pengencer cat, pengharum ruangan, dan ISPU partikulat PM10Untuk parameter Partikulat PM10 gambar 8, selama tahun 2012 366 hari di Bukit Kototabang, nilai ISPU sebanyak 363 hari berada pada kisaran 0-50 yang artinya kualitas udara baik, 3 tiga hari berada pada kisaran 51-100 yang artinya berada pada kategori sedang efeknya terjadi penurunan pada jarak pandang. Tiga hari tersebut teramati pada 14 Juni 2012 nilai ISPU 53, 15 Juni 2012 nilai ISPU 54 dan 17 September 2012 nilai ISPU 51. Penyebab turunnya kualitas udara dari Parameter partikulat PM10 dari kategori baik menjadi sedang, adalah karena ada transport polutan misalnya karena adanya titik api hotspot di Pulau Sumatra, selain itu dari faktor lokal adalah adanya pembakaran ladang di sekitar lokasi station. Sumber dari kendaraan bermotor dan asap pabrik dapat diabaikan Sudalma dkk., 2015 dan Kwak dkk., 2017 mengingat Bukit Kototabang adalah daerah yang terpencil dan jauh dari aktivitas 8. Nilai ISPU partikulat PM10 pada tahun 2012 di Bukit KototabangHubungan antara Nilai ISPU dengan Kategori Kualitas UdaraDengan melihat nilai dari parameter ISPU dapat dipastikan bahwa selama tahun 2012, kualitas udara di Bukit Kototabang masih berkategori baik, berada dalam kisaran ISPU 0-50. Penurunan parameter menjadi kategori sedang terjadi 7 tujuh hari untuk parameter ozon permukaan O3 dan 3 hari untuk parameter partikulat PM10, dan menjadi kategori sangat tidak sehat hanya 1 satu hari untuk parameter ozon permukaan O3 artinya hanya 11 hari dari 366 hari atau hanya 3 % berkategori tidak baik, sisanya 97 % berkategori baik. 12 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Gambar ISPU CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 pada tahun 2012 di Bukit KototabangIni berarti Bukit Kototabang masih dikatakan daerah yang bersih dan masih dapat digunakan sebagai background monitoring kualitas udara di Indonesia, dan status Bukit Kototabang GAW Station masih dikatakan sebagai remote hasil analisa di atas, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut Kualitas udara di Bukit Kototabang selama tahun 2012 tergolong baik, dibuktikan hanya 11 hari dari 366 hari atau hanya 3 % berkategori tidak baik, sisanya 97 % berkategori baik. Kategori tidak baik itu berasal dari parameter ozon permukaan O3 dan partikulat PM10. Perlunya data yang lebih panjang, minimal lima tahun dengan tersedianya semua parameter kualitas udara CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 untuk melihat status Bukit Kototabang GAW Station sebagai background monitoring dan remote monitoring. Kedua, perlu adanya lokasi lain daerah urban dan sub urban di Indonesia yang melakukan pengukuran kualitas udara secara TERIMAKASIHTerima kasih penulis ucapkan kepada rekan-rekan dari Bukit Kototabang GAW Station yang telah melakukan pengukuran, perawatan terhadap instrumen SO2 Analyzer TS43i, NO2 Analyzer TS42i-Trace Level, O3 Analyzer TE49i, CO Analyzer HORIBA APMA 360, PM10 Analyzer BAM1020 dan MAWS Vaisala. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr Joerg Klausen, Dr. Christoph Zellweger, Dr. Martin S. dari EMPA Swiss yang telah melakukan audit komprehensif dan kalibrasi terhadap instrumen di Bukit Kototabang GAW Station, serta mengirimkan data-data CO dan Ozon permukaan ke World Data Center for Green House Gasses WDCGG dan mengirimkan data aerosol/partikulat PM10 ke World Data Center for Aerosol. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pusat Instrumentasi dan Kalibrasi BMKG yang telah melakukan kalibrasi terhadap peralatan MAWS PUSTAKABattista, G., of the Air Pollution Sources in the city of Rome Italy.Energy Procedia 126392-397, doi F., Lanzafame, R., Monforte, P., Oliveri, C., Scandura, P. F. quality data for Catania analysis and investigation casestudy 2012-2013. Energy Procedia.81644 – 654, doi 13AgustA KurniAwAn  PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUGualtieri G., Camilli F., Cavaliere A., De Filippis T., Di Gennaro F.,Dini F., Gioli B., Matese A., Nunziati W., Rocchi L., Toscano P., Di Lonardo S., Vagnoli C., Zaldei A. 2017. An integrated low-cost road traffic and air pollution monitoring platform to assess vehicles’ air quality impact in urban Research Procedia 27609–616, doi S., Klausen, J., Junkermann, W., Kariuki, J. M., Aseyo, J. O. and Buchmann, B. 2008. Represen-tativeness and climatology of carbon monoxide and ozone at the global GAW station Mt. Kenya in equatorial Africa. Atmos. Chem. Phys.83119– Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 Tanggal 21 November 1997 Tentang Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara, J., Zellweger, C., Buchmann, B. and Hofer, P. 2003. Uncertainty and bias of surface ozone measurement at selected Global Atmosphere Watch sites. Journal of Geophysical Research. 108 D19 4622, doi A. 2010. Pengaruh Letusan Gunung Sinabung Terhadap Pengukuran Deposisi Asam di Bukit Kototabang. Megasains 14 218-229, ISSN H. Y., Ko, J., Lee, S., Joh, Identifying the correlation between rainfall, traffic flow performance and air pollution concentration in Seoul using a path analysis Identifying the correlation between rainfall, traffic flow performance and air pollution concentration in Seoul using a path analysis. Transportation Research Procedia 253552–3563, doi Ko, J., Lee, S., Joh, 2017. Identifying the correlation between rainfall, trafic flow performance and air pollution concentration in Seoul using a path analysis, Transportation Research Procedia 253552-3563, doi Speidela, R. Naua, F. Arnolda, H. Schlagerb, A., Stohlc 2007. Sulfur dioxide measurements in the lower, middle and upper troposphere Deployment of an aircraft-based chemical ionization mass spectrometer with permanent in-flight calibration. Atmospheric Environment 41 2427– Dwi Pujiastuti, D., Ilahi, 2014. Analisis Pengaruh Intensitas Radiasi Matahari, Temperatur Dan Kelembaban Udara Terhadap Fluktuasi Konsentrasi Ozon Permukaan Di Bukit Kototabang Tahun 2005-2010. Jurnal Fisika Unand 33177-183, ISSN N. S. and Cubukcu, K. M., of Air Pollution Effects on Asthma Disease The case of Izmir. Procedia - Social and Behavioral Sciences 202448–455Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tanggal 26 mei 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, D. L. and Chang, S. C., 2016. Atmospheric impacts of Indonesian fire emissions Assessing remote sensing data and air quality during 2013 Malaysian haze. Procedia Environmental Sciences 36176–179, doi Sudalma, S., Purwanto, P., and Santoso, L. W. 2015. The Effect of SO2 and NO from Transportation and Stationary Emissions Sources to SO42- and NO3- in Rain Water in Semarang. Procedia Environmental Sciences 23247–252, doi . ... WHO in 2019 reported that at least 7 million deaths occur annually due to air pollution. It can be caused by climate change, the greenhouse effect, and significant air pollutants such as particulate matter, sulfur dioxide, nitrogen dioxide, carbon monoxide, and ozone [2]. The increasing population and high energy consumption in urban areas cause air pollution to worsen. ...... where Di,j = Distance of data to I to cluster center j-th x ki = Data to i-th on attribute data to k-th x kj = The j-th center point on the k-th attribute 2. Clustering data, the smaller the distance from the center of the cluster, the higher the similarity of the data. 3. Defining a new cluster center, with the following calculations Based on the results of the initial clustering of k-Means to the distribution points of air volume, the SOM algorithm [2] was used to visualize the clustering results with the following steps. ...... It showed that the air content during the day with the highest average was CO and far above the average content of other parameters due to the density of vehicles during the day. Subsequently, industrial and construction workers operating in urban areas also contribute to high levels of air pollution [1,2]. Based on air quality parameters using k-Means, there are seven regional clusters. ...Air pollution is an important environmental problem for specific areas, including Makassar City, Indonesia. The increase should be monitored and evaluated, especially in urban areas that are dense with vehicles and factories. This is a challenge for local governments in urban planning and policy-making to fulfill the information about the impact of air pollution. The clustering of starting points for the distribution areas can ease the government to determine policies and prevent the impact. The k-Means initial clustering method was used while the Self-Organizing Maps SOM visualized the clustering results. Furthermore, the Geographic Information System GIS visualized the results of regional clustering on a map of Makassar City. The air quality parameters used are Suspended Particles TSP, Sulfur Dioxide SO2, Nitrogen Dioxide NO2, Carbon Monoxide CO, Surface Ozone O3, and Lead Pb which are measured during the day and at night. The results showed that the air contains more CO, and at night, the levels are reduced in some areas. Therefore, the density of traffic, industry and construction work contributes significantly to the spread of CO. Air conditions vary, such as high CO levels during the day and TSP at night. Also, there is a phenomenon at night that a group does not have SO2 and O3 simultaneously. The results also show that the integration of k-Means and SOM for regional clustering can be appropriately mapped through GIS visualization.... The ISPU value in the range of 201-300 will be sensitive to humans, especially for the individuals who already have asthma and bronchitis. In turn, ISPU > 300, categorized as a hazard, will severely affect the entire population Kurniawan, 2017. ...... The ISPU value in the range of 200-299 is categorized as unhealthy for smokers, will increase cardiovascular risk, and weaken the body significantly. Meanwhile, ISPU values ranging from >300 can have a dangerous impact on all living things Kurniawan, 2017. ...This study identified the spatial distribution pattern of the ambient air quality in the Yogyakarta Urban Area. It was performed to determine the distribution pattern of SO2, CO, and NO2 concentrations for 2016–2019 pre-pandemic and 2020 during pandemic. Furthermore, the spatial analysis was performed using the Inverse Distance Weighting interpolation method. This study proved that spatial modeling using this method has good accuracy, and it is easier to map the distribution pattern of ambient air quality. In 2020, most of the locations met the quality standard As a result, the SO2 and CO parameters immediately showed that most conditions are satisfactory. In 2016, the SO2 parameters met the quality standards at of locations. In 2020, the number increased to In addition, the CO parameter reached the quality standard at of locations in 2016 and a perfect level of 100% in 2020. This occurred due to the effects of the COVID-19 pandemic because most human and business activities decreased drastically. Therefore, all studies can be used as the basis for air quality modeling and post-COVID-19 predictions. This study is also important as a policy material in the monitoring and management system of ambient air quality in urban areas... Air pollution has a negative impact, such as human health problems, especially children, women or the elderly who suffer from respiratory problems [2]. To monitor air quality, the government sets the National Ambient Air Quality Standard which is used as the maximum limit for the levels of elements present in ambient air [3]. Air pollution is assessed from the concentration of several parameters compiled in the Air Pollution Standard Index ISPU. ...... ISPU has parameters according to Decree of the Head of the Environmental Impact Management Agency Attachment Number 107 of 1997, which are SO2, PM10, NO2, O3, and CO. From the five parameter values obtained, those will be classified based on the highest value [3]. To assist in determining the category in the ISPU, it can predict or classify the air quality [1]. ...Sugandi Yahdin Anita desianiShania Putri AndhiniDitia Fitri ArindaThe increase in the use of energy sources causes air pollution. The Air Pollutant Index API is information about the air quality of a place and at a certain time. API has several parameters, namely SO2, PM10, NO2, O3, and CO. In this study, the KNN method was used to assist categorize air quality. However, all training data were used during the classification process with KNN causes a long prediction process. Another problem with KNN is difficult to determine the optimal value of the K parameter in KNN. The Particle Swarm Optimization PSO method can be used for problems on KNN. Therefore, the aim of this study is to predict air quality based on the API by combining the KNN-PSO method. The dataset used is the API dataset for the DKI Jakarta area 2017-2019 totaling 1075 data. The results showed the accuracy for the KNN-PSO method was with a precision value of and a recall value of To further analyze the results on the combined method, the results of this study were compared with the KNN method only. The results obtained from the KNN method are lower than the KNN-PSO method. So it can be concluded that the KNN-PSO method is great and robust in air quality classification or prediction.... Secara keseluruhan rata-rata konsentrasi tertinggi yakni pada titik lokasi 6 sedangkan terendah pada titik lokasi 1. Hal ini dikarenakan pada titik lokasi 6 merupakan kawasan pemukiman yang berdekatan dengan jalan raya dan memiliki aktivitas transportasi Kurniawan, 2017. Nilai ISPU berkisar anatara 51 -100, berdasarkan hasil peta tersebut di kawasan Bundaran Taman Pelangi Surabaya di keenam titik sampling memiliki indikator warna yang sama yakni warna biru, dengan demikian dapat diartikan termasuk kedalam kategori pencemaran udara dengan tingkat sedang. ...Zakaria AmrizalIda MunfaridaAmrullahMasalah pencemaran udara merupakan persoalan tahunan yang terus terjadi di setiap kota. Kota Surabaya adalah salah satu kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat sehingga berbanding lurus dengan jumlah kendaraan bermotor yang digunakan. Kendaraan bermotor serta kawasan perindustrian yang berada di Surabaya menyumbang emisi terbesar ke udara sehingga memiliki kualitas udara yang rendah kareana adanya pencemaran tersebut. Kualitas udara berkaitan erat dengan pencemaran, untuk mengetahui tingkat kadar pencemaran udara pengukuran kualitas udara mengacu pada indeks standar parameter pencemaran udara ISPU. Parameter pemantauan yang digunakan salah satunya adalah Particulate matter 10. PM10 merupakan pencemar primer yang beremisi langsung ke udara yang berdampak serius bagi kesehatan dan lingkungan. Penelitian ini dilakukan di kawasan Bundaran Taman Pelangi Surabaya selama 3 hari dengan selang waktu hari kerja dan hari libur dengan interval waktu pada pagi, siang dan sore hari. Analisis data konsentrasi dihitung menggunakan alat HVAS dengan metode gravimetri serta dipetakan mengunakan program ArcGIS. Hasil studi menunjukkan konsnetrasi tertinggi pada titik lokasi sampling 6 dengan nilai PM10 = μg/m3 , dan terendah pada titik lokasi sampling 1 Pm10= μg/m3... Minamitorishima adalah sebuah pulau yang terletak di wilayah paling tenggara Jepang di Samudra Pasifik Utara, sekitar km tenggara Tokyo. Stasiun pemantau ketiga terdapat di Mount Waliguan, Republik Rakyat Tiongkok dan di Danum Valley, Sabah, astronomis dan geografis Indonesia memberikan fenomena tersendiri dalam bidang sains atmosferKurniawan, 2017. Tujuan dibangunnya stasiun pemantau atmosfer global adalah untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah dengan kondisi udara yang relatif bersih dan jauh dari aktivitas antropogenik. ...... Dari keseluruhan reaksi di atas, diketahui bahwa di aliran pendingin helium akan terbentuk pengotor antara lain CO, CH 4 , CO 2 , H 2 , H 2 O, dan O 2 [16]. Sedangkan pengotor N 2 timbul karena adanya udara yang masuk ke pendingin primer, dan secara alamiah udara telah mengandung N 2 [25]. Gambar ...PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA OLEH KOLOM MOLECULAR SIEVE PADA SISTEM PEMURNIAN HELIUM DALAM PELUIT. Peluit adalah desain konseptual reaktor daya yang dirancang berdasar teknologi High Temperature Gas-cooled Reactor HTGR, dengan siklus konversi daya tidak langsung. Pendingin primer Peluit adalah gas helium dan harus dijaga kemurniannya dari pengotor CO2 dibawah 0,6 parts per million by volume ppmv berdasarkan persyaratannya. CO2 terbentuk karena reaksi oksigen atau air dengan karbon di teras pada saat kejadian water/air ingress. Dampak CO2 terhadap sistem, struktur dan komponen SSK adalah terjadinya reaksi dekarburisasi pada tabung steam generator. Dalam sistem pemurnian helium Peluit, komponen penyerap CO2 adalah kolom molecular sieve jenis 5A. Penelitian ini bertujuan mendemonstrasikan simulasi proses penyerapan pengotor CO2 pada kolom molecular sieve sepanjang ketinggian kolom yang dirancang sehingga hasil penyerapan menghasilkan konsentrasi batas maksimal pada pendingin primer tidak terlampaui. Metodologi yang digunakan adalah pemodelan perhitungan dengan software Matlab dengan metode penyerapan adalah metode Henry. Tinggi kolom diasumsikan 200 cm, diameter kolom 50 cm, laju aliran gas helium adalah 5% dari aliran utama pendingin primer setara dengan 3,0 kg/s, dan konsentrasi pengotor CO2 adalah 40 ppmv. Berdasarkan simulasi diketahui bahwa setelah 5 detik, gas helium bersih sudah keluar dari ujung kolom dengan konsentrasi pengotor CO2 tersisa 4×10-5 ppmv. Dengan hasil ini menunjukkan bahwa kolom molecular sieve mampu membersihkan pengotor CO2 dengan efisiensi 99,99% dan dapat disimpulkan bahwa molecular sieve tipe 5A cocok digunakan pada sistem pemurnian helium Peluit.... The air quality detector prototype describes an online air quality monitoring system that provides information on indoor and outdoor air quality via the Internet. The variable observed is the level of air quality [9]. The components connected to the IoT include an active gas sensor to detect gas. ...Irmayatul HikmahAfifah Dwi RamadhaniF T SyifaThe efforts to maintain indoor air quality from dangerous viruses need to be improved. One way is by sterilizing the room using a disinfectant which has a weakness, namely that it is unsafe if the disinfectant is exposed to the body, especially, when entering the respiratory system, it will become dangerous toxins. Therefore, an innovation of a healthy room that is safe for the respiratory system is needed by applying essential oil as a natural antiseptic liquid which is converted into gas through a diffuser that is connected to a gas sensor equipped with the Internet of Things IoT technology. It can record air quality data and connect to an Internet server to monitor indoor air quality easily and practically. The research was conducted by making different variations in the concentrations of essential oil to obtain maximum air quality. From the results we obtained, the level of air quality is getting better when the oil concentration is increased because more gas particles can bind contaminant molecules in the air. Karina AnggraeniHeru Dwi WahjonoMuhammad Agus SalimPenerapan TeknologiPemantauan kualitas air dan udara merupakan salah satu kegiatan pengendalian Quality Monitoring SystemAQMS dan Water Quality Monitoring SystemWQMS merupakan salah satu teknologi pelaporan kualitas udara dan air secara kontinu tanpa pengambilan sampel secara manual. Kebutuhan monitoring kualitas air dan udara di Indonesia di berbagai daerah maka diperlukan suatu inovasi dengan dibuatnya integrasi pemantauan kualitas air dan udara untuk pelaporan kualitas lingkungan. Integrasidilakukandengan meletakkan alat pemantauan kualitas air Onlimo dan alat pemantauan kualitas udara Sipaku secara berdekatan di dalam 1 stasiunyang sudah diterapkandiPos Pemantauan Sungai CisadaneTangerang. Adanya integrasi ini diharapkan dapat menghemat biaya maintenance alat Onlimo dan Sipaku dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan Onlimo dan Sipaku untuk pemantauan kualitas lingkungan secara integrasi Onlimo dan Sipaku dimulai dengan perancangan dan perakitan Sistem Onlimo dan Sipaku, uji coba peralatanSistem Onlimo dan Sipaku, pemasangan Sistem Onlimo dan Sipaku di Pos Pemantauan Sungai Cisadane Tangerangdan evaluasi pengukuran kualitias air dan udara yang diukur oleh AlatOnlimo dan Sipaku. Sistem integrasi pemantauan kualitas air dan udara di Sungai Cisadanedapat diterapkan dengan baik tetapi perlu adanya peningkatan keandalan dan kestabilan alat Onlimo dan Eko CahyonoParikesit Benny JoyReza MahdiThe impact of global warming caused by the increasing CO2 concentrations has emerged as one of the most critical issues to be globally addressed. The top two sectors contributing to the country's emissions are forestry and energy, emissions from deforestation, and power generation. Most of the fuel used in petroleum and coal are identified as contributors to Indonesia's CO2 emissions. This study employs a comprehensive modelling tool, the GAINS energy planning system, to project CO2 emissions from 1990 to 2050 for each sector. Furthermore, it is compared with projections from Agency for the Assessment and Application of Technology BPPT, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi of Indonesia and the Secretariat General of the National Energy Council SGNEC to find out which energy sector is the largest contributor to CO2 emissions. Then a projection was made using the Autoregressive Integrated Moving Average ARIMA model for CO2 data at the GAW station, West Sumatra. Actual and projected data show that the CO2 concentrations were above 400 ppm, which had the potential to cause global warming. The government is recommended to use this projection as an effort to reduce global warming. The Indonesian government, with The Paris Agreement, is willing to reduce CO2 emissions by 41% by IsfiyaAir pollution can be interpreted as the presence of foreign substance or level substance contained in the air, so that it can cause changes in the composition of the air from normal conditions. The presence of pollutants sourced from moving and immovable sources can be in the form of dust particles that can affect the level of air quality in the environment and interfere with human health, so that air quality is measured. The measurement of air quality particulates carried out aims to determine the quality of outdoor air at PSDKU Airlangga University in Banyuwangi. This type of research is descriptive observational research. The method used in sampling is purposive sampling. This research was conducted in 5 locations, namely Sobo basketball court, student parking lot, outdoor student discussion area I, Sobo campus outdoor canteen, and outdoor student discussion area II. The result of measurements of dust particulate levels showed that all places were in the good category, but the student parking lot had the highest average which is equal to 1,572 µ/m3, compared to the other 4 places. Efforts that can be made to overcome the high levels of dust particulates in PSDKU Airlangga University in Banyuwangi include reducing the use of motorized vehicles, as well as always covering the helmet and wearing masks when driving, as well as care free day policies in the campus KwakJoonho KoSeungho Lee Ch JohExtreme weather events including a heavy rain and the snow are known to have negative impacts on the traffic flow and on the air quality in turn. Rainfall however has a moderate effect of washing the pollution in the air as well. The literature has mostly concerned one of these two conflicting impacts, but they are better analyzed by simultaneous linear equations. The paper employs a path analysis to investigate the complex impact of rainfall on the air pollution on the road via the change in traffic flow. The results differ between the amounts of rainfall and between pollutants. De Lin ShowSu-Chin ChangThe 2013 Malaysian haze event coincided temporally with rising trends of hotspots detected in Sumatra, Indonesia. Based on satellite remote sensing, air quality data and wind vector maps, our study aims to provide a preliminary assessment on the remote effects of Indonesian forest fires on the Malaysian haze. In order to locate and detect the occurrence of active fires in Sumatra, MODIS Active Fire Data was retrieved from NASA/LANCE – FIRMS for satellite imagery and analysis. Air quality at Petaling Jaya was assessed based on PM10 concentration and meteorological data provided by the Malaysian Meteorological Department. Wind vector maps for the Indian Pacific region were constructed with the NCEP/NCAR Reanalysis Product developed by NOAA-ESRL. In June, southwesterlies prevailed in the region and brought substantial amounts of particulate matter from Sumatra to Peninsular Malaysia, with Petaling Jaya being one of the most severely inflicted air pollution is undoubtedly a significant risk factor for human health and has been increasing due to increasing population, population density, rapid urbanization, industrialization, traffic density, since the 1950s. The aim of the study is to test the relation between the number of asthma cases and the levels of air pollutants sulfur dioxide SO2 and particulate matter PM10. The data are collected for six districts in Izmirfor the years between 2007 and 2010. The results from the regression show that there is a statistically significant relation between the number of asthma cases and the level of urban air is the central of economic growth in the Central Java; grow as the city of industry, trade, services and education. One of the impacts of urban development is air pollution and acid rain. This study aims to analyse the impact of emissions of SO2 and NO2 emissions from stationary sources and mobile sources of the content of SO42-and NO3− in the rain. Research method using Gaussian distribution models to determine the contribution of SO2 and NO2 emissions from 98 industrial stacks and transport activity of 43 major roads in the city of Semarang and its correlation with SO42-and NO3− in the rain at points monitored. Location of monitoring conducted at 13 monitoring points includes residential areas, industrial areas and areas with dense transport. Number of samples rainwater 131 samples during the period February - May 2013. SO2 emissions from stationary sources and transportation caused to Whereas NO2 impact of emission sources in Semarang on nitrates in rain water was of rain events during the period January - June Global Atmosphere Watch GAW program currently coordinates 22 ground-based atmospheric background monitoring stations of global scope. The GAW World Calibration Centre for Surface Ozone, Carbon Monoxide and Methane WCC-EMPA is responsible for tracing surface ozone measurements at these stations to the designated reference within the GAW program, the Standard Reference Photometer SRP 2 maintained at the National Institute of Standards and Technology NIST. The recommended method for surface ozone measurements is based on UV absorption at 254 nm Hg line. Repeated and regular intercomparisons of station instruments are necessary to achieve and maintain high and known data quality. In this paper, the traceability chain is explained, and standard uncertainties for each element are evaluated. Data of 26 intercomparisons performed at 14 stations between 1996 and 2002 are analyzed. On 23 occasions, the instruments passed the audit with “good” agreement, in one case with “sufficient” agreement. On 2 occasions, both first audits at the site, the audited instrument did not comply with the minimal data quality requirements. The best instruments in use exhibit a median absolute bias of approximately ppbv and a standard uncertainty of approximately ppbv 0–100 ppbv. The quantitative improvement of data quality as a result of repeated audits can be demonstrated with several tropics strongly influence the global atmospheric chemistry budget. However, continuous in-situ observations of trace gases are rare especially in equatorial Africa. The WMO Global Atmosphere Watch GAW programme aimed to close this gap with the installation of the Mt. Kenya MKN baseline station. Here, the first continuous measurements of carbon monoxide CO and ozone O3 at this site covering the period June 2002 to June 2006 are presented. The representativeness of the site was investigated by means of statistical data analysis, air mass trajectory clustering, interpretation of biomass burning variability and evaluation of O3-CO relationships. Because of its location in eastern equatorial Africa, the site was rarely directly influenced by biomass burning emissions, making it suitable for background observations. Located at 3678 m above sea level the night-time 2100–0400 UTC measurements of CO and O3 were in general representative of the free troposphere, while day-time measurements were influenced by atmospheric boundary layer air. Increased night-time concentrations were observed in 25% of all nights and associated with residual layers of increased CO and water vapour in the free troposphere. Six representative flow regimes towards Mt. Kenya were determined eastern Africa 21% of the time, Arabian Peninsula and Pakistan 16%, northern Africa free tropospheric 6%, northern Indian Ocean and India 17%, south-eastern Africa 18% and southern India Ocean 21% flow regimes. The seasonal alternation of these flow regimes was determined by the monsoon circulation and caused a distinct semi-annual cycle of CO with maxima during February primary and August secondary, annually variable and with minima in April primary and November secondary, annually variable. O3 showed a weaker annual cycle with a minimum in November and a broad summer maximum. Inter-annual variations were explained with differences in southern African biomass burning and transport towards MKN. Although biomass burning had little direct influence on the measurements at MKN it introduces inter-annual variability in the background concentrations of the southern hemisphere that subsequently reaches Kenya. The measurements at MKN were representative of air masses with little photochemical activity as indicated by weak O3-CO correlations, underlining the baseline character of the site. Inter-comparison of O3 at MKN with sounding data from Nairobi revealed a positive offset of the sounding data, most likely due to additional photochemical production of O3 in the Nairobi city plume. Future extensions of the measurement programme will provide better understanding of the atmospheric chemistry of this globally important of atmospheric SO2 have been made at altitudes between ground level and 12 km in the lower, middle and upper troposphere. The measurements were carried out within the framework of the ITOP Intercontinental Transport of Ozone and Precursors campaign in summer 2004 above Europe and the Eastern Atlantic. They were made using a novel very sensitive and fast-response aircraft-based ion trap CIMS instrument ITCIMS; CIMS=chemical ionization mass spectrometry, which was continuously calibrated using isotopically labelled SO2. During a total of eight flights of the research aircraft FALCON DLR air masses of different origin and different degree of pollution, indicated by measured elevated atmospheric SO2 mole fractions, were intercepted. Often elevated concentrations of SO2, which stemmed from North America were observed over Europe and the eastern Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar UdaraTahun 1997 Tanggal 21 November 1997 Tentang Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara, Effect of SO 2 and NO from Transportation and Stationary Emissions Sources to SO 4 in SemarangS SudalmaP PurwantoL W SantosoSudalma, S., Purwanto, P., and Santoso, L. W. 2015. The Effect of SO 2 and NO from Transportation and Stationary Emissions Sources to SO 4 in Semarang. Procedia Environmental Sciences 23247-252, doi

Kondisiruangan yang lembab dengan suhu tinggi dan aliran udara yang tenang biasanya menebarkan bau kurang sedap karena proses pembusukan oleh mikroorganisme (Mukono, 1993). 7. Ventilasi Yang dimaksud dengan ventilasi adalah proses, dimana udara bersih dari luar ruang secara sengaja dialirkan ke dalam ruang dan udara yang buruk Dipublish tanggal Sep 20, 2019 Update terakhir Okt 12, 2020 Waktu baca 5 menit Berdasarkan pengukuran kualitas udara yang dilakukan BMKG, Indeks Standar Pencemaran Udara ISPU di sejumlah wilayah di Indonesia memasuki kriteria sangat tidak sehat bahkan berbahaya. Per tanggal 19 September 2019 kemarin, akibat pengaruh kabut asap kebakaran hutan membuat udara Kota Pekanbaru tergolong sangat tidak sehat, bahkan di Kota Palangka Raya mencapai status berbahaya. Setelah maraknya isu polusi di Jakarta yang berpedoman pada angka AQI dan Anda mungkin baru mendengar soal Indeks Standar Pencemaran Udara ISPU. Simak informasi lengkapnya berikut ini. Baca Selengkapnya Polusi Udara Jakarta Makin Parah, Berapa Angka AQI dan yang Aman? Apa itu Indeks Standar Pencemar Udara ISPU? Indeks Standar Pencemar Udara atau ISPU adalah angka yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di suatu lokasi. Indeks ini ditentukan berdasarkan 5 parameter utama, yaitu Partikulat PM10 diukur dalam waktu 24 jam Sulfur dioksida SO2 diukur dalam waktu 24 jam Karbon monoksida CO diukur dalam waktu 8 jam Ozon O3 diukur setiap jam Nitrogen dioksida NO2 diukur setiap jam Setiap parameter tersebut diukur dan diambil rata-ratanya. Setelah itu, hasil pengukuran akhir ISPU dilaporkan kepada masyarakat setiap 24 jam, mulai pukul WIB sampai WIB keesokan harinya. Semakin besar angka ISPU, maka tingkat polusi dan pencemaran udaranya juga semakin parah. Cara membaca polusi udara dengan ISPU ISPU terbagi menjadi kategori-kategori tertentu yang ditentukan berdasarkan dampaknya pada kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, berikut kategori Indeks Standar Pencemar Udara ISPU, yaitu Baik 1-50 hijau Tingkat kualitas udara cenderung aman, dalam artian tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia, hewan, maupun tumbuhan. Kondisi udara juga tidak mengganggu nilai estetika lingkungan dan bangunan. Sedang 51-100 biru Tingkat kualitas udara cukup aman bagi kesehatan manusia atau hewan, tapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif. Kondisi udara juga mulai mengganggu nilai estetika lingkungan. Tidak sehat 101-199 kuning Kualitas udara mulai memburuk dan tidak sehat bagi manusia maupun hewan yang sensitif. Kondisi ini bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan dan nilai estetika lingkungan. Sangat tidak sehat 200-299 merah Tingkat kualitas udara dapat merugikan kesehatan seluruh masyarakat. Kondisi udara sudah sangat tidak layak, sehingga sebaiknya tetaplah berada di dalam rumah untuk menghindari paparan polusi. Berbahaya 300 ke atas hitam Udara mengandung partikel berbahaya yang dapat memicu masalah serius pada tubuh. Bila tidak segera diatasi, bisa mengancam kesehatan dalam jangka pendek hingga jangka panjang. Pengaruh ISPU untuk setiap parameter pencemar Setiap parameter yang digunakan untuk mengukur pencemaran udara memiliki efek tersendiri pada kesehatan. Ambil contoh pada PM10, yaitu partikel udara yang ukurannya 10 mikron mikrometer yang umumnya berasal dari debu, diesel truk, pembangkit listrik, hingga tungku kayu. Semakin banyak partikel PM10 yang terhirup, tubuh lama-kelamaan akan mengalami gejala berupa Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan Batuk dan sesak napas Detak jantung tidak teratur Serangan asma Penurunan fungsi paru-paru Serangan jantung Kematian dini, terutama bagi penderita penyakit jantung atau paru-paru Begitu juga dengan karbon monoksida CO, sulfur dioksida SO2, nitrogen dioksida NO2, dan ozon O3. Gabungan dari zat-zat polutan inilah yang dapat menurunkan kesehatan tubuh. Tidak hanya soal aman atau tidaknya udara, Anda juga perlu memahami bahwa setiap parameter pencemar dalam kategori ISPU punya pengaruhnya masing-masing pada kesehatan. Berikut selengkapnya Pengaruh ISPU baik pada kesehatan Kondisi udara masih cukup bersih dan aman bagi kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Karbon monoksida CO Tidak ada efek bagi kesehatan. Nitrogen dioksida NO2 Sedikit berbau. Ozon O3 Dapat menimbulkan luka pada beberapa tumbuhan akibat kombinasi dengan sulfur dioksida selama 4 jam. Sulfur dioksida SO2 Dapat menimbulkan luka pada beberapa tumbuhan akibat kombinasi dengan ozon selama 4 jam. PM10 Tidak efek. Dengan kategori ISPU yang baik, masyarakat bisa bebas beraktivitas, termasuk anak-anak, ibu hamil, lansia, maupun orang-orang dengan penyakit tertentu. Pengaruh ISPU sedang pada kesehatan Kualitas udara cukup baik untuk manusia dan hewan, tapi bisa memberikan sedikit efek buruk pada tumbuhan yang sensitif. Karbon monoksida CO Memicu perubahan kimia darah, tapi tidak terdeteksi. Nitrogen dioksida NO2 Berbau. Ozon O3 Menyebabkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Sulfur dioksida SO2 Menyebabkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. PM10 Menyebabkan udara kotor dan menurunkan jarak pandang. Meski sudah masuk ke kategori ISPU sedang, masyarakat masih bisa beraktivitas dengan bebas seperti biasanya, termasuk kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Pengaruh ISPU tidak sehat pada kesehatan Kualitas udara memburuk dan mulai tidak sehat bagi manusia maupun hewan yang sensitif, bahkan dapat merusak tumbuhan. Karbon monoksida CO Meningkatkan gejala kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung. Nitrogen dioksida NO2 Bau dan kehilangan warna. Terjadi peningkatkan reaktivitas pembuluh di tenggorokan pada penderita asma. Ozon O3 Menurunkan kesehatan atlet yang sedang berlatih keras. Sulfur dioksida SO2 Bau, meningkatkan kerusakan tanaman. PM10 Udara berubah jadi kotor dan penuh debu, jarak pandang kian menurun. Sebaiknya kurangi aktivitas atau olahraga di luar rumah, terutama bagi lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Bila terpaksa harus ke luar rumah, selalu gunakan masker untuk menghindari paparan polusi. Sementara bagi Anda yang punya riwayat gangguan paru-paru, penyakit jantung, atau penyakit kronis lainnya, sebaiknya hindari beraktivitas di luar rumah. Baca Selengkapnya Lagi Ngetren Masker Elektrik, Bisakah Lindungi Tubuh dari Polusi? Pengaruh ISPU sangat tidak sehat pada kesehatan Kualitas udara sudah sangat tidak layak dan mengganggu kesehatan seluruh makhluk hidup. Karbon monoksida CO Meningkatkan gejala kardiovaskular pada non-perokok yang sakit jantung. Tampak beberapa tanda-tanda kelemahan yang bisa dilihat dengan jelas. Nitrogen dioksida NO2 Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis. Ozon O3 Menyebabkan gangguan pernapasan pada pasien dengan paru-paru kronis yang melakukan olahraga ringan. Sulfur dioksida SO2 Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis. PM10 Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis. Sebaiknya hindari beraktivitas di luar rumah agar tidak terpapar bahaya polusi udara. Pengaruh ISPU berbahaya pada kesehatan Bila Indeks Standar Pencemar Udara sudah mencapai kategori berbahaya, artinya udara sudah sangat tidak sehat dan bisa memicu masalah serius pada tubuh. Hal ini bisa mengancam kesehatan secara menyeluruh untuk semua populasi yang terpapar. Sebaiknya tetaplah berada di dalam rumah, terutama untuk anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang-orang yang punya riwayat gangguan pernapasan atau sakit jantung. Bagi Anda yang sedang berada di daerah yang penuh polusi atau kabut asap, sebaiknya pantau terus Indeks Standar Pencemar Udara ISPU secara berkala. Selalu ikuti arahan petugas berwenang setempat agar tetap aman dan sehat. Baca Juga 5 Kiat Jaga Tubuh Tetap Fit Saat Dikepung Kabut Asap 12 Referensi Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini. Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya. Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat .
  • hxahph7yg4.pages.dev/8
  • hxahph7yg4.pages.dev/965
  • hxahph7yg4.pages.dev/648
  • hxahph7yg4.pages.dev/446
  • hxahph7yg4.pages.dev/171
  • hxahph7yg4.pages.dev/36
  • hxahph7yg4.pages.dev/761
  • hxahph7yg4.pages.dev/882
  • hxahph7yg4.pages.dev/197
  • hxahph7yg4.pages.dev/64
  • hxahph7yg4.pages.dev/712
  • hxahph7yg4.pages.dev/651
  • hxahph7yg4.pages.dev/265
  • hxahph7yg4.pages.dev/806
  • hxahph7yg4.pages.dev/426
  • pencemaran udara biasanya diukur dengan satuan